12

686 87 6
                                    

Author POV

'Drrrt ... drrrt ... drrrt ... '

Terlihat, Dahyun sedang mencari dimana getaran itu.

"Ah, disini kau rupanya?", tanyanya pada ponsel yang bergetar itu.

Lalu, dia melihat ke arah kamar mandi.
Mengapa? Memangnya apa hubungannya ponsel itu dengan kamar mandi?

Eoh, ponsel itu milik Hanbin. Dan Hanbin kini sedang berada dikamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Aku calon istrinya, maka tak apa kan jika aku melihat siapa yang mengirimi pesan pada calon suamiku?", tanya Dahyun sambil mengambil ponsel Hanbin yang berada diatas nakas samping ranjangnya.

"Dan tak salah kan jika aku membaca pesan ini?", tanya Dahyun lagi, lalu dia mulai membacanya.

Isi Pesan

Jennie

Tadi siang, eommonim menghubungiku. Eommonim bilang, eommonim dan abeonim akan datang untuk berkunjung. Tapi, aku bilang bahwa kita dan anak-anak yang akan mengunjungi mereka. Aku bilang seperti itu, karena kupikir ... orang tuamu bisa saja tak menemukanmu dirumah.
Aku tak terlalu berharap kau datang, jadi ... itu terserah padamu. Aku tak akan memaksa. Aku mengerti, dia lebih penting daripada kami semua. Tapi aku akan berusaha melindungimu semampuku. Jika eommonim bertanya, aku akan bilang jika kau mungkin lembur.
Aku juga sama sepertimu, aku tak ingin mereka semua tau kelakuanmu ... lalu kecewa padamu. Biar aku saja yang merasakannya, tidak untuk mereka terutama anak-anak kita.

"Cih, dasar ... kau pasti sangat mencintainya kan? Sampai-sampai kau rela menutupi kelakuan suamimu itu. Tapi, aku dapat menjaminnya ... bahwa kau akan merasa lebih kecewa lagi karena sudah menutupi kelakuan suamimu itu. Karena dengan begitu, tak ada yang menghalangi kami untuk menikah. Dan jika kami sudah menikah, aku akan mencari cara agar Hanbin oppa mau menceraikanmu.", kata Dahyun lirih setelah membaca pesan yang ada diponsel Hanbin.

"Apa yang kau lakukan?", tanya Hanbin dengan ekspresi datarnya.

"Eoh? Kau sudah selesai?", Dahyun terkejut.

Lalu dia bertanya untuk mengalihkan keterkejutannya.
Tapi, Hanbin tak menjawabnya ... melainkan bertanya kembali.

"Mengapa ponselku ada padamu?", tanya Hanbin kembali.

"Ah, ini ... em, ponselmu tadi bergetar. Aku hanya ingin mengeceknya, siapa tau itu penting. Dan ternyata, itu adalah pesan dari istrimu.", kata Dahyun sambil memberikan ponsel Hanbin.

"Lain kali, jangan lagi seperti ini. Aku tak suka.", kata Hanbin.

"Tapi aku calon istrimu, oppa.", kata Dahyun.

"Walau kau calon istriku sekalipun, aku tak suka. Bahkan Jennie saja yang sudah menjadi istriku selama belasan tahun tak pernah menyentuh ponselku. Dan kau? Statusmu itu baru calon istri, tapi kau sudah berani mengusik privasiku.", kata Hanbin sedikit emosi.

"Baiklah, aku minta maaf oppa. Aku menyesal.", sesal Dahyun yang sudah dapat ditebak bahwa dia tak tulus mengatakannya, yang artinya ... mungkin suatu saat dia akan mengulanginya lagi.

"Dan bisakah kau tak membandingkan aku dengannya? Aku juga tak suka.", lanjut Dahyun.

Hanbin jelas mendengarnya, tapi dia memilih untuk tak memperdulikan Dahyun. Dia lebih memilih membaca pesan Jennie. Dan tanpa membalas pesan Jennie, Hanbin langsung bersiap-siap.

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang