33

665 81 10
                                    

Jimin POV

"Tapi, appa ....", belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, appa sudah mematikan panggilannya.

"Wae?", tanya seorang wanita yang tak lain adalah Dahyun.

Eoh, sudah sekitar dua minggu lalu dia tinggal dirumahku. Dan itu karena Hanbin. Dia bilang sedang menghindari Hanbin. Aku tak tau pasti apa alasannya menghindari Hanbin, tapi aku senang karena dengan begitu dia tak lagi mengganggu rumah tangga adikku. Dan aku lebih senang lagi ketika dia menjadikanku sebagai pelindungnya lagi. Memang jika dipikir-pikir, aku selalu dimanfaatkannya. Tapi tak apa, aku rela. Karena aku mencintainya.

"Appa menyuruhku datang kerumah adikku.", kataku.

Dan sampai sekarangpun, Dahyun belum juga tau apa hubunganku dengan Hanbin.

"Untuk apa?", tanya Dahyun.

"Makan malam keluarga. Appa ingin mengenalkanku pada keluarga dari istri adikku.", kataku.

"Kalau begitu aku ikut.", kata Dahyun.

"Mwo? Yak! Apa kau yakin?", tanyaku.

"Hem, memang kenapa? Aku kan hanya menghindari Hanbin saja, bukan keluargamu. Jadi, kau tenang saja.", kata Dahyun.

"Tapi, Hanbin adalah ....", belum sempat aku memberitaukan Dahyun tentang hubunganku dengan Hanbin, dia sudah memotongnya.

"Hanbin adalah apa? Yak! Sudahlah jangan membuang waktu, lebih baik kita siap-siap sekarang.", kata Dahyun.

Lalu, dia pergi meninggalkanku.

Kenapa sulit sekali ingin memberitaukannya bahwa Hanbin adalah adikku?

Jimin POV End

Author POV

Terlihat berbagai makanan sudah tertata rapi dimeja makan dan tak lama kedua orang tua Jennie dan Hanbinpun sampai dirumah mereka.

"Eommonim.", panggil Jennie dengan menggemaskan saat eomma mertua serta eommanya menghampirinya di meja makan.

Lalu, Jenniepun berlari untuk memeluk eomma mertuanya.

"Yak! Kau bahkan tak memeluk eomma terlebih dahulu?", kata eomma Jennie cemburu.

"Aku merindukan eommonim, eomma.", kata Jennie masih dengan mengemaskan.

"Aigoo ... kita bahkan baru sebulan tak bertemu. Biasanya kita sampai berbulan-bulan tak bertemu dan kau tak juga mengunjungi eommonim.", kata eomma Hanbin.

"Jeosonghaeyo, eommonim.", sesal Jennie yang sampai sekarang masih dengan cara berbicaranya yang menggemaskan.

"Berhentilah aegyo, kau tak menggemaskan sama sekali.", kata Hanbin sinis.

Mendengar ucapan Hanbin, Jennie langsung melepas pelukannya dengan eomma mertuanya.

Lalu, dia menghadap kearah suaminya dan menatapnya dengan tajam.

"Ais, kenapa kau berbicara seperti itu pada istrimu?", tanya eomma Hanbin pada anaknya itu.

"Karena dia memang tak menggemaskan, eomma.", kata Hanbin bohong.

Padahal, sudah sedari tadi Hanbin ingin mencubit kedua pipi istrinya itu.

"Yak! Kim Hanbin, kalau begitu ....", kata Jennie menggantungkan kalimatnya.

"Mwo?", tanya Hanbin.

"Ceraikan aku.", kata Jennie tanpa suara.

"Eoh, geurae.", kata Hanbin mantap.

Tapi dia hanya bercanda. Jika dia serius, maka dia akan sangat menyesal nantinya.

"Ah, andwae! Aku hanya bercanda.", kata Jennie sambil berlari kearah Hanbin dan memeluknya.

"Kau ingat kan apa yang kubilang tadi? Aku selalu ingin hidup bersamamu.", kata Jennie lirih dan itu hanya Hanbin saja yang bisa mendengarnya.

Lalu, Hanbinpun langsung mencubit kedua pipi Jennie. Dia semakin gemas pada Jennie.

"Aigoo ... kalian manis sekali. Kalian terlihat seperti remaja yang sedang jatuh cinta.", kata eomma Jennie.

"Ais, eomma. Anakku bahkan sudah dua, dan mereka semua sudah besar sekarang.", kata Jennie.

"Eomma ingin memiliki bayi, Jennie-ya.", kata eomma Jennie tiba-tiba.

"Mwo? Yak! Aku tak ingin memiliki adik. Lagi pula aku sudah tak pantas memiliki adik, eomma. Jangan lagi memiliki anak!", perintah Jennie.

"Apa aku saja tak cukup?", tanya Jennie lirih dan itu hanya bisa didengar Hanbin.

Hanbin yang mendengarnyapun hanya terkekeh.

"Aniya, maksud eomma itu adalah kau.", kata eomma Jennie.

"Aku?", tanya Jennie sambil melepaskan pelukannya dengan Hanbin.

"Eoh, buatkanlah eomma dua cucu kembar Jen.", kata eomma Jennie.

"Eoh, kau benar. Aku juga ingin memiliki cucu kembar. Selama ini, keluargaku belum memiliki keturunan kembar.", kata eomma Hanbin pada eomma Jennie.

"Ne, eomma. Akan kuusahakan.", kata Hanbin semangat.

"Yak! Apa-apaan kau ini. Kau pikir, mengandung dan melahirkan itu mudah? Bahkan mengandung satu anak saja itu sulit, apalagi jika anak kembar?", kata Jennie sambil memukul perut Hanbin pelan.

Eomma Jennie dan eomma Hanbinpun hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil anak-anaknya.

Tapi kemana kedua appa serta anak-anak Jennie dan Hanbin? Jangan ditanya, mereka sedang meluapkan kerinduan mereka ditempat lain.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Ditengah-tengah makan malam, appa Hanbin terlihat gelisah.

"Ada apa, yeobo?", tanya eomma Hanbin.

"Ne, abeonim. Ada apa? Apa masakkanku tak enak?", tanya Jennie.

"Eoh? Aniya, Jen. Masakkanmu sangat enak.", puji appa Hanbin.

"Lalu, ada apa?", tanya eomma Hanbin lagi.

"Apa dia tak datang?", tanya appa Hanbin pada eomma Hanbin.

"Nugu?", tanya Hanbin dengan cepat.

Dia sudah mencurigai seseorang.

Dan tak lama, orang yang dicurigai Hanbinpun datang.

"Annyeonghaseyo, maaf aku terlambat.", sesal Jimin.

"Yak! Park Jimin!", teriak Hanbin dan appa Hanbin bersamaan.

Kenapa appa Hanbin berteriak?
Jika itu Hanbin, mungkin sudah jelas jawabannya. Karena Hanbin membenci Jimin dan dia tak ingin Jimin ada dirumahnya. Maka dari itu, Hanbin berteriak.

Author POV End
.
.
TBC

Gimana part 33nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang