31

614 82 2
                                    

1 Bulan kemudian

Author POV

Hanbin terlihat sedang menghubungi seseorang dan itu sudah yang kesekian kalinya.
Setelah hari dimana Hanbin dan anak Dahyun melakukan tes DNA, Dahyun menghilang. Dia sulit dihubungi, bahkan setiap kali Hanbin mendatangi rumahnya ... itu selalu kosong.

Sebenarnya Hanbin senang, dengan begitu dia tak merasa terganggu. Tapi, dia hanya ingin membuktikan kebenarannya pada Jennie. Jika memang terbukti bukan dia appa kandung dari anak Dahyun, maka Dahyun tak akan lagi bisa macam-macam dengan keluarganya. Dahyun tak akan bisa memanfaatkan Hanbin semaunya.

#flashback on

"Kenapa kau baru datang? Hasil tes ini bahkan sudah lama keluar.", kata Taehyung pada Dahyun.

"Untuk apa aku buru-buru? Aku sudah tau apa hasilnya, karena aku percaya padamu.", kata Dahyun santai.

"Aku tak lagi bisa kau percaya.", kata Taehyung lirih sambil memberikan hasil tes DNA pada Dahyun.

"Mwoya? Selama ini kau bisa kuandalkan. Aku akan selalu percaya padamu.", kata Dahyun dengan senyum cerianya.

Tapi tak lama, senyum itu pudar setelah dia melihat hasil tesnya.

"Yak! Kenapa seperti ini? Kenapa?", tanya Dahyun emosi saat tau Taehyung tak memalsukan hasil tesnya.

"Aku memintamu untuk memalsukannya! Kenapa tak kau palsukan? Yak! Cepat musnahkan ini dan buatkan aku hasil tes palsunya! Cepat! Dia akan curiga jika dalam sebulan ini aku tak memberikannya hasil tes itu.", kata Dahyun khawatir.

"Anaknya datang mengancamku. Aku tak ingin kehilangan pekerjaanku bahkan dipenjara hanya untuk membantumu. Aku menyayangimu seperti adikku sendiri dan aku mencintaimu seperti kekasihku sendiri, tapi jika aku harus kehilangan pekerjaan dan dipenjara ... aku tak bisa.", jujur Taehyung.

"Hahaha ... anaknya? Jadi, kau takut pada ancaman anak kecil itu? Dasar pengecut!", kata Dahyun meremehkan Taehyung.

"Kau bilang kau mencintaiku? Tapi, kau tak mau berkorban demi aku.", lanjutnya.

"Mianhae.", sesal Taehyung.

"Simpan saja permintaan maafmu itu! Aku tak butuh!", kata Dahyun.

"Kupikir, aku tak pantas untukmu.", kata Taehyung.

"Ah, aniyo. Kau yang tak pantas untukku.", ralatnya.

"Mwo?", teriak Dahyun tak terima.

"Selama ini aku memaklumimu. Semuanya, pekerjaanmu ... sifat dan sikapmu ... aku memakluminya selama ini. Maka dari itu aku masih mau menjadi teman setiamu. Karena kupikir, kau akan berubah suatu saat nanti. Tapi nyatanya, semakin jauh kau semakin menjadi. Jujur sebelum anak itu mengancamku, aku sudah ragu ingin membantumu. Saat aku sudah memantapkan diri untuk membantumu, anak itu datang. Dan dia bilang aku sudah dibutakan oleh cinta.", kata Taehyung.

"Dan setelah kepergiannya, aku terus berpikir ... aku aku akan tetap membantumu atau tidak. Dan inilah jawabanku. Dari hasil tes itu, kau tau jawabanku.", lanjut Taehyung.

"Ais! Sialan kau! Kupikir kau memang teman setiaku, tapi apa? Hanya karena ancaman anak sialan itu, kau berubah pikiran untuk membantuku? Dasar pengecut!", teriak Dahyun sambil mendorong bahkan memukuli tubuh Taehyung berulang kali.

"Mianhae. Kuharap kau berhenti. Jika kau tak ingin hidup dengan Jimin yang miskin itu, maka hiduplah denganku. Tapi, sebaiknya kau memilih Jimin. Karena bagaimanapun dia adalah appa kandung dari anakmu. Selagi dia mau bertanggung jawab, kenapa tidak?", pesan Taehyung.

"Ais!", teriak Dahyun frustasi.

Akhirnya dia memilih pergi dari ruangan Taehyung.

#flashback off

Author POV End

Hanbin POV

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?", tanyaku pada Jennie yang berada tepat disampingku.

Kini kami sedang berada dibalkon kamar kami.

"Aku ingin mengundang eomma dan appa serta kedua orang tuamu untuk makan malam.", kata Jennie.

"Eoh, geurae. Lalu, kenapa kau terlihat sangat ceria hari ini?", tanyaku.

"Sepertinya ingatanku tentangmu sedikit demi sedikit sudah kembali.", kata Jennie dengan senyum manisnya.

"Benarkah?", tanyaku yang ikut tersenyum.

"Aku menemukan sebuah celengan berbentuk bebek digudang dan entah kenapa sepertinya itu tak asing bagiku. Aku sedikit mengingat masa lalu kita saat sedang memegang celengan itu. Apa itu milikku?", tanya Jennie.

"Hahaha ... itu milikku. Celengan itu sudah sangat lama, bahkan sebelum kita menikah. Bagaimana sekarang? Pasti sudah sangat berdebu?", tanyaku.

"Milikmu? Ah, dulu kau pasti rajin menabung?", tanya Jennie.

"Hem, berkatmu.", kataku sambil menangkup kedua pipinya.

"Aku?", tanya Jennie dengan wajah yang terlihat lucu karena aku terlalu kuat menangkup pipinya, jadi saat dia mengatakan kata 'aku' maka bibirnya menjadi mengerucut.

Karena gemas aku mengecupnya sekilas.

"Yak!", katanya lirih sambil melepaskan tanganku dari pipinya.

"Wae?", tanyaku.

"Lupakan!", kata Jennie dengan pipinya yang sudah memerah karena malu.

"Aku senang semenjak kau kecelakaan, kita tak lagi bertengkar dan bersandiwara.", kataku.

"Mwo?", tanya Jennie tak mengerti.

"Terkadang aku ingin bercerita, tapi aku takut kau akan ingat semuanya dan kau kembali menghindar dariku. Aku tak bisa, Jen. Aku selalu ingin berada disismu.", kataku.

Dan detik itu juga, Jennie memelukku.

"Aku istrimu, aku tak akan menghindari suamiku sendiri.", kata Jennie.

"Jadi, ceritakanlah semuanya. Aku ingin bisa mengingatmu dengan lebih lagi. Aku janji akan membiarkanmu untuk selalu ada disisiku. Dan aku berjanji tak akan menghindarimu, bahkan meninggalkanmu.", kata Jennie yang masih memelukku sambil menatap tepat dimataku.

"Kau harus janji padaku. Setelah kau mengingatku, kau tak boleh menghindari bahkan meninggalkanku.", kataku.

"Hem, aku janji.", kata Jennie.

Hanbin POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 31nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang