29

611 74 6
                                    

Author POV

Sama halnya Dahyun, pagi ini Jenniepun sudah diperbolehkan pulang.

Sebenarnya Kai sangat terpaksa memperbolehkan Jennie pulang, tapi apa yang Kai bisa? Dia tak memiliki hak apapun atas Jennie. Lagi pula, jika Jennie tak pulang ... akan sampai kapan Kai menyuruh Jennie untuk tetap tinggal dirumah sakit?

"Apa suamiku memang seromantis ini?", tanya Jennie ketika melihat Hanbin yang membukakan pintu mobil untuknya.

"Appa memang seperti itu eomma.", kata Ella lesu.

Ella tak seperti biasanya, Ella kehilangan semangat. Itu semua karena otaknya kembali mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Sungguh, itu sangat memberatkannya.

Yang Ella pikirkan hanyalah rasa takut. Takut jika kedua orang tuanya berpisah.
Berbeda dengan Haru, yang kini sudah tau kebenarannya. Hanya saja, Haru belum memiliki bukti untuk dia tunjukkan pada kedua orang tuanya ... terutama appanya.

Jadi, Haru sangat senang melihat momen manis itu. Dia sangat berharap, masalah keluarganya ini cepat selesai dan kedua orang tuanya bisa semakin romantis. Intinya dia berharap, keluarganya bisa kembali harmonis seperti dulu.

Saat mobil Hanbin mulai berjalan meninggalkan parkiran rumah sakit, Haru tak sengaja melihat ahjussinya. Dan dia sangat penasaran, kenapa ahjussinya berada dirumah sakit dengan seoarang wanita yang menggendong bayi.

"Appa, apa ahjussi memang sudah menikah? Dan memiliki anak?", tanya Haru.

"Ahjussi? Nugu?", tanya Hanbin tak mengerti.

Karena faktanya, dia adalah anak tunggal. Jadi, siapa yang Haru maksud ahjussi?

"Hyung appa. Siapa namanya? Aku lupa.", kata Haru.

"Cih, dia bukan hyung appa.", kata Hanbin sinis.

Dia sangat malas membahas Jimin.

"Baiklah, terserah appa ingin menganggapnya apa. Yang penting, jawab pertanyaanku.", kata Haru.

"Entahlah, setau appa dia belum menikah apalagi memiliki anak.", kata Hanbin.

"Tapi, dia bilang ... dia memiliki kekasih. Dan kekasihnya itu juga seorang pasien dirumah sakit tadi.", lanjut Hanbin.

"Kekasih?", tanya Haru memastikan.

"Hem, wae? Kenapa kau ingin tau tentangnya? Appa tak suka.", kata Hanbin kesal.

"Aigoo ... sebenarnya ada apa? Siapa yang kalian bahas? Apa hanya aku saja yang tak tau? Ais, ini karena penyakit sialan yang menyerang otakku.", kata Jennie ikut kesal sambil memukul kepalanya pelan.

"Eomma, jangan sakiti diri eomma sendiri. Aku tau, selama ini eomma sering tersakiti. Jadi, jangan sakiti diri eomma lagi.", kata Ella yang menahan tangis.

"Yak! Wae?", tanya Haru.

"Hem, wae? Jelaskan padaku, apa maksudmu? Aku ... ah, maksudku eomma. Eomma sering tersakiti? Siapa yang menyakiti eomma?", tanya Jennie.

Jennie memang belum terbiasa memanggil dirinya sendiri dengan sebutan eomma pada kedua anaknya. Dia juga masih merasa canggung pada Hanbin. Tapi, dia selalu berusaha untuk mengingat dan membiasakan diri terhadap suami dan anak-anaknya.

"Aniya, Jen. Jangan terlalu memikirkannya. Nanti, kepalamu sakit.", perintah Hanbin dengan lembut, sambil mengusap kepala Jennie dengan sebelah tangannya.

"Ah, geurae. Kai bilang, aku tak boleh memaksakan diri untuk mengingat. Karena dengan perlahan, ingatanku akan kembali dengan sendirinya.", kata Jennie sambil tersenyum.

"Kai? Dokter itu? Eomma tau namanya? Apa eomma mengenalnya?", tanya Haru penasaran.

"Haru-ya, jangan bertanya macam-macam dulu pada eommamu.", nasihat Hanbin.

Jujur, dia juga sangat penasaran tentang hubungan Jennie dan Kai. Tapi, dia tak ingin membuat Jennie merasa kesakitan karena mencoba mengingatnya.

"Kai? Eoh, dia dokter yang menangani eomma. Dia adalah teman eomma semasa JHS. Dulu, eomma menyukainya. Hahaha ... tapi saat Kai mengungkapkan perasaannya pada eomma, eomma menolaknya. Karena eomma sadar, bahwa eomma hanyalah anak dari keluarga sederhana. Sedangkan Kai, dia adalah anak dari keluarga kaya raya. Jadi, eomma pikir kami tak cocok jika bersama. Sampai akhirnya Kai pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya dan tanpa eomma sangka, kami kembali dipertemukan dirumah sakit itu.", cerita Jennie.

"Kau mengingatnya?", tanya Hanbin dengan nada kecewa.

"Eoh, aku mengingatnya.", kata Jennie dengan senyum cerianya.

"Lalu, apa kau mengingat masa SHS?", tanya Hanbin.

"SHS?", tanya Jennie sambil mengingat.

"Ah, aku tak ingat.", kata Jennie kesal pada dirinya sendiri.

"SHS, masa dimana Tuhan mempertemukan kita. Masa yang paling berharga untukku, karena saat itu ... kau mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.", kata Hanbin.

"Aku kecewa kau mengingatnya, tapi tidak denganku.", lanjut Hanbin.

"Mianhae, aku tak tau kenapa aku bisa mengingatnya tapi tidak denganmu. Tapi kau harus tau, bahwa aku ingin sekali bisa mengingatmu. Aku ingin ingatan tentang suamiku dan anak-anakku kembali.", kata Jennie sambil menatap Hanbin.

Entah kenapa, Jennie menyesal membuat Hanbin kecewa. Padahal dia tau, bahwa saat ini dia tak bisa mengingat Hanbin dan anak-anaknya itu bukan keinginannya.

"Tak apa, ingatlah kami secara perlahan. Aku tak akan memaksamu untuk mengingatku. Setidaknya, tetaplah disisiku.", kata Hanbin sambil membalas tatapan Jennie.

Tapi tak lama, dia kembali fokus pada jalanan.
Haru senang melihat kedua orang tuanya yang sekarang ini, tapi kepalanya seperti berasap setelah mendengar cerita eommanya tentang dokter itu.

"Dokter Kai, Ahjussi, wanita itu ... lalu dokter Taehyung. Baiklah, perlahan saja Haru-ya. Tak apa, yang penting keluargamu bisa kembali harmonis.", kata Haru pada dirinya sendiri (dalam hati).

"Apa Tuhan mempertemukan eomma dengan dokter itu sekarang, agar dokter itu bisa menggantikan posisi appa? Jika eomma dan appa bercerai, lalu eomma akan menikah dengan dokter itu? Ah, andwae!", kata Ella (dalam hati).

Author POV End
.
.
TBC.

Gimana part 29nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang