16

654 84 5
                                    

Dahyun POV

"1 ... 2 ... Deg."

Oh, Tuhan ... terima kasih.

Detik itu juga, aku sangat bersyukur saat Hanbin membuka lemari tanpa ada Jimin didalamnya.

Jimin? Eoh, dia adalah appa kandung dari anakku.

"Tapi, dimana dia sekarang?", tanyaku (dalam hati).

Lalu, akupun melihat sekeliling kamarku. Tapi, aku tak menemukannya sama sekali.

"Kau sedang mencari seseorang?", tanya Hanbin.

"Ne? Eoh, aniya. Aku ... aku ... aku sedang mencari handuk. Eoh, handuk.", kataku dengan terbata.

"Handuk? Untuk apa? Kau bahkan terlihat sudah mandi.", kata Hanbin.

"Eoh? Hehehe ... aniya, aku ingin mencucinya.", kataku asal.

Dan sepertinya, Hanbin percaya karena dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Em, aku akan mengeceknya dikamar mandi.", kataku.

Ah, semoga saja Jimin ada dikamar mandi sekarang. Dan semoga juga, Hanbin tak memasuki kamar mandi itu.
Saat aku ingin membuka kamar mandi, Hanbin memegang pundakku. Sungguh aku terkejut.

"Aku ingin kekamar mandi sebentar.", katanya.

"Mwo? Andwae!", teriakku.

Wah, bukankah sekarang aku sangat mencurigakan?

"Memang kenapa?", tanya Hanbin sambil mengerutkan keningnya.

"Em, maksudku ... jangan sekarang. Lebih baik kau kemasi pakaianmu dulu, setelah itu letakkan didepan. Baru kau boleh menggunakan kamar mandi.", kataku.

Aku benar-benar takut Hanbin melihat Jimin didalam.

"Kau sangat mencurigakan.", kata Hanbin lalu berbalik untuk kembali mengemasi pakaiannya.

"Ais, sial! Karena Jimin, aku jadi harus merelakan Hanbin pergi dari rumahku sekarang.", kataku kesal (dalam hati).

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Setelah cukup lama, Hanbin selesai mengemasi pakaiannya dan diapun langsung pergi begitu saja.

"Aku tak jadi menggunakan kamar mandimu, karena aku hanya ingin melihat reaksimu saja.",kata Hanbin sambil berjalan keluar.

"Dan benar saja, kau memang mencurigakan.", lanjut Hanbin.

"Aku tau dia ada dikamarmu, tapi aku tak tau pasti dimana dia berada. Mungkin dia ada dilemari, tadi? Atau sekarang dikamar mandi? Atau bahkan dibawah ranjang, mungkin.", lanjut Hanbin lagi yang membuatku kini berpikir keras.

"Apakah Hanbin melihat Jimin?", tanyaku penasaran.

Dahyun POV End

Author POV

Setelah Hanbin benar-benar pergi, Dahyun terlihat terburu-buru berjalan menuju kamarnya.

"Yak! Park Jimin, keluar kau!", teriak Dahyun emosi.

Kini Dahyun membuka pintu kamar mandi, dan kamar mandi itu terlihat kosong.
Satu tempat yang dia pikirkan sekarang, dibawah ranjangnya.

Dan benar saja, dapat Dahyun lihat Jimin yang sedang keluar dari bawah ranjangnya.

"Yak! Sialan kau!", teriak Dahyun sambil menarik rambut Jimin dengan kencang karena dia sangat kesal.

"Appo, Dahyun-ah. Yak! Bicaralah baik-baik!", perintah Jimin.

Lalu, Dahyunpun melepaskan tangannya dari rambut Jimin. Dahyunpun mendudukan tubuhnya dipinggir ranjang.

"Ada apa?", tanya Jimin dengan santainya.

"Kau masih bertanya, ada apa? Yak! Hanbin pasti melihatmu tadi. Dia bilang, kau pasti ada dikamarku. Entah itu di lemari, kamar mandi atau dibawah ranjang. Dan benar saja, kau ada dibawah ranjang. Dia pasti melihatmu, Park Jimin!", kata Dahyun emosi.

"Lihat, karena kau ada dikamarku ... aku jadi tak bisa menahan Hanbin agar tak pergi dari rumahku.", lanjut Dahyun.

"Setelah ini, bagaimana caranya aku membujuknya untuk kembali kerumah ini? Itu pasti akan sangat sulit karena dia sudah melihatmu. Dia pasti berpikir bahwa kau adalah appa kandung dari anakku, dan dengan begitu ... dia tak akan mau menikahiku.", lanjut Dahyun lagi.

"Sudah?", tanya Jimin.

"Apanya yang sudah?", tanya Dahyun kesal.

"Ocehanmu.", jawab Jimin singkat.

"Yak! Aku sedang tak bercanda. Ais, aku pusing.", teriak Dahyun frustasi.

"Jika Hanbin tak ingin menikahimu, maka itulah yang terbaik. Tuhan tak mungkin tega membuat satu hambanya bahagia, sedangkan hamba lainnya bersedih atau tersakiti. Tuhan tak akan seperti itu. Tuhan maha adil.", kata Jimin.

"Tak perlu berbelit-belit, sebenarnya apa maksudmu?", tanya Dahyun kesal.

"Kau masih punya aku, pria yang tulus mencintaimu. Jika Hanbin tak mau menikahimu, maka akulah yang akan menikahimu.", kata Jimin.

"Cih, teruslah bermimpi sampai kau tak lagi bisa bermimpi.", kata Dahyun.

"Sudah, lebih baik kau pergi dari rumahku dan jangan kembali lagi!" Perintah Dahyun sambil mendorong Jimin keluar dari rumahnya.

Author POV End

Jennie POV

"Letakkan saja, aku yang akan merapikannya. Lebih baik kau jemput anak-anak sekarang.", kataku yang melihat Hanbin sedang terburu-buru merapikan pakaiannya untuk dia letakkan dilemari.

"Eoh? Memang jam berapa sekarang?", tanya Hanbin sambil melihat jam tangannya.

"Aigoo ... aku telat.", lanjutnya.

"Kau memang telat, tapi tetaplah ingat keselamatan. Jangan berkendara dengan kecepatan tinggi. Dan setelah kau sampai di sekolah mereka, katakanlah bahwa kau menyesal datang terlambat. Aku yakin, mereka pasti akan mengerti.", kataku.

"Hem, Jen. Kalau begitu aku pergi, eoh?", pamitnya dengan senyuman sambil mengacak rambutku.

Lalu, diapun pergi.

Dia kembali, aku sangat senang. Dan semoga saja, dia tak akan pergi lagi meninggalkanku dan kedua anak kami.
Aku percaya pada Tuhan, bahwa kami pasti akan bahagia bersama ... selamanya. Aku percaya, walau aku tak tau kapan. Tapi aku yakin, bahwa hari ini adalah awal dari kebahagiaan kami.

Jennie POV End
.
.
Tbc.

Gimana part 16nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang