05 •

3.4K 343 41
                                    

Di tengah malam itu Sso kembali terbangun, putaran memori sudah seperti kaset di otaknya. Bayangan bagaimana Ibunya dulu yang sangat ia sayang berkata bahwa dirinya harus menjadi orang yang hebat, melihat Ibunya yang tidak bisa melakukan apapun karena di pukuli secara brutal, dan berakhir dimana ia melihat pemakaman ibunya di depan sana.

Keringat dingin menetes di pelipisnya, kalau boleh jujur, Sso masih merasa tertekan dengan segala sesuatu yang berhubungan masa lalunya. Apalagi sampai dengan sebuah kematian, itu sudah seperti momok yang sangat menakutinya.

Nafas Sso kembali tak beraturan, pertahanannya kali ini benar-benar runtuh. Mengingat kembali kesakitannya dulu bersama dengan ibunya, dan terakhir Jeni sahabatnya.

Dia kehilangan akal, obat penenangnya sejauh ini juga sudah berhenti ia konsumsi agar tidak terus ketergantungan. Tapi nyatanya sejak dirinya bertemu dengan Taehyung, rasa emosi itu kembali hadir. Ia tidak bisa mengelak, atau bahkan menolaknya.

Sso tidak ingin menyakiti Alex, Ayahnya.

Sso bangkit ia mengambil minum di lemari es-nya, dan menemukan satu kaleng sereal yang belum terbuka. Gadis itu mengalihkan atensinya untuk makan, mungkin akan lebih baik.

"Sial kenapa susah sekali di buka!"

Sso terus bersusah payah untuk membukanya, sampai ia menemukan cutter di sampingnya.

Sso mencoba lagi, dan lagi. Malah silet yang di dalam cutter itu terputus. Sso frustasi, apa yang ia lakukan malah tidak berhasil sama sekali. Dia membuang asal cutter dan kaleng sereal itu ke sembarang tempat.

Gadis itu jatuh terduduk dengan nafas yang masih memburu, pikirannya sangat kacau. Ia tidak membawa obat penenang ataupun obat tidur.

Bayangan Ibunya di pukuli, dan bayangan Jeni menangis dan mengusap perutnya menjadi sebuah boomerang. Sso berteriak, dan menjambak rambutnya dengan keras.

Ia berharap bayangan itu lenyap, hatinya sangat nyeri.

Pandangannya teralih pada satu potongan silet cutter yang berada di sebelahnya, Sso tersenyum tenang dan mengambilnya.

Atensinya beralih pada lengan tangan kirinya, ia mencoba menggores dengan pelan. Tapi Sso tidak merasakan apapun, kedua kali dan ketiga kali sampai kulitnya mengeluarkan darah segar.

Tak sampai di situ Sso kembali menggoresnya berkali-kali di samping goresan yang lainnya, Sso tidak pernah berfikir bekas dan akan menimbulkan apa yang akan terjadi. Sso melakukan lagi sampai ia benar-benar lega, dan tertidur.










6.12 Am, Apartemen

Seok Jin sengaja pagi-pagi sekali datang untuk mengajak sahabatnya itu pergi jauh, Ya anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena Sso sudah ada dalam hidupnya.

Pria itu membawa beberapa makanan untuk keperluan nanti, bahkan dia sangat siap. Menunggu pintu apartemen itu tak kunjung di buka, Seok Jin berinisiatif untuk langsung masuk. Toh dirinya juga memiliki kepercayaan khusus dari Sso dan Paman Alex.

Ia masukkan enam digit angka disana, Jin sedikit berdecih karena password itu merupakan hari kelahiran Yoongi. Sso masih tak segan untuk menggantinya, membiarkan semuanya mengalir seperti kata hatinya.

Dasar gadis bodoh, batin Jin.

Suara pintu terbuka, Jin masuk dengan nafas lelah. Rumah ini sudah seperti kapal pecah, sampah bekas makanan berserakan dimana-mana.

Ia meletakkan barang bawaannya di sofa ruang tamu, tanpa berniat menata. Lalu mencari kemana Sso, mengapa ponselnya mati dari semalam.

Kebiasaan buruk untuk seorang Ssoviane,

 𝐋𝐢𝐞 | 𝐊𝐓𝐇 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang