Sudah hampir sore Sso tak juga pulang ke rumah, Taehyung begitu dengan rasa gelisah menunggu di depan sofa ruang tamu, perasaannya campur aduk.
Pintu rumah itu terbuka, sosok gadis mungil dengan stelan mantel berwarna pastel membuat wajah gadis itu terlihat semakin manis, pakaian berwarna memang sangat cocok untuk Sso.
Sso masuk, melepas alas kakinya, dan begitu terkejut melihat Taehyung sedang duduk dan melihatinya dengan tenang. Perasaan apa ini? Jantung Sso kian berdetak saat lelaki itu hanya melihatinya tanpa bicara, dia ketakutan, seperti tertangkap basah.
"Kau sudah pulang?" Kini Sso yang bertanya, karena pakaian kantor Taehyung masih melekat di badannya.
Taehyung mengangguk, bangkit dari duduknya dan tersenyum. "Kau sudah makan?"
Sso terdiam, membiarkan perasaan itu kembali berkecamuk. Taehyung dan Seok Jin, sama-sama menyimpan rahasia masing-masing di masa lalu. Dan Sso tidak di biarkan tahu menahu soal itu. Lantas ia harus bagaimana? Siapa yang harus ia percaya? Seok Jin yang begitu dekat menemaninya, ternyata juga ingin dia patah sedalam-dalamnya.
"Aku ingin tidur, tapi bila kau lapar, aku bisa membuatkan makan malam dulu untukmu."
Taehyung mencebik, melipat tangannya di depan dada dan melihati Sso dengan intens. "Apa kau sudah bertemu dengan Seok Jin?"
"Iya!"
"Oh-- begitu, kau bisa langsung ke kamarmu jika mau! karena aku akan pergi."
Sso memicingkan matanya, "Kemana?"
Pertanyaan itu begitu refleks dan lolos begitu saja dari mulutnya, Taehyung menaikkan alis dan tersenyum teduh, "Apa kau mau ikut?"
Sso menggeleng, "Aku hanya ingin menyiapkan jawabanku yang paling tepat, jika tiba-tiba saja Ibumu menelfon."
"Ahhh---" Taehyung mengangguk-angguk. "Jawab saja apapun sebisamu! Seperti kau juga bicara tanpa perduli perasaanku,"
Sso terdiam.
Taehyung tersenyum getir, mengambil jas kantornya yang tersampir di sofa lalu pergi meninggalkan Sso yang masih berdiri mematung, mencerna apa yang Taehyung katakan padanya.
Taehyung menyendiri di sebuah bar, club malam yang sudah tidak pernah ia datangi lagi bersama Jimin. Karena lelaki bantet itu yang selalu mengajaknya untuk ke tempat redup dengan dentuman musik kuat.
Nafas lelaki itu tidak beraturan, ia mengusap gelas yang kini sudah berada di tangannya dengan perasaan gelisah. Taehyung bukan peminum, tapi malam ini dia ingin meredam apapun yang mengoyak hatinya.
Karena lelaki itu pengecut, dia tidak tahu harus melakukan apa, dia hanya takut bahwa istrinya akan pergi.
"Taehyung Hyung?"
Taehyung menoleh, melihat sosok lelaki dengan setelan berwarna hitam yang kini berdiri tidak jauh darinya. "Jungkook?"
"Iya, Jungkook. Sepupu Namjoon Hyung, kau ingat?"
Taehyung terkekeh, merangkul pria itu dengan hangat. "Apa kabar?"
"Hei aku baik, meski kita tidak pernah bertemu lagi, tapi kau tahu bukan bila aku adalah adik tiri istrimu?"
"Tentu saja aku tahu!"
Jungkook tertawa, dia duduk di samping Taehyung lalu pesan minuman pada bartender di depannya. "Sansachun satu botol ya!"
Taehyung melirik Jungkook, tampilan lelaki itu semakin menarik, apalagi badan kekarnya. "Jadi apa yang kau lakukan disini?"
Jungkook mendengus, "Sedikit kesal, di tempat kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐞 | 𝐊𝐓𝐇
Teen Fiction[ 𝘾 𝙊 𝙈 𝙋 𝙇 𝙀 𝙏 𝙀 ] Sinopsis : Bercerita tentang perjuangan seorang gadis yang menutupi tempramen yang semakin menjadi. Ia memiliki sakit mental yang di sebabkan oleh masa lalu. Kematian ibunya yang di pukuli ayah kandung di depan matanya, d...