Suara dering telfon berasal dari atas meja kerja Alex, pria paruh baya itu masih terus memantau dan mengamati bagaimana dan sejauh apa, lelaki kelainan mental itu lakukan. Ia tidak akan diam bila itu menyangkut salah satu keluarganya. Apalagi Ssoviane adalah putri yang ia urus dari semasa remaja, dimana dirinya berusaha menjaga dan mengobati gadis itu dengan sepenuh hati.
“Hallo,”
“Kabar baik Tuan, baru saja aku melihat putramu keluar dengan membawa banyak bawaan di tangannya.”
“iya—aku menyuruh dia meninggalkan tempat itu secepatnya. Apa ada kabar lain?”
“Aku tidak melihat pemilik dari tempat ini muncul.”
“Mungkin dia sengaja mengulur waktu untuk membuat semua orang lengah.”
“Anda benar Tuan,”
“Bagaimana rencanamu selanjutnya?”
“Studio itu hanya tempat sewa, pemiliknya bukan orang yang anda maksud. Dan sekarang aku bisa melakukan tindakan yang lebih kejam untuk menggusur tanah di depan sana secepatnya.”
“Bagus.”
“Kapan bisa di lakukan?”
“Besok, aku akan menyuruh beberapa rekanku untuk memberi waktu mengosongkan tempat itu, dalam kurun waktu tiga jam.”
“Lalu?”
“Anda bisa melakukan hal lain setelah ini, tapi—aku khawatir putrimu akan lebih tersorot.”
“Bagaimana mungkin kau bisa bicara seperti ini?”
“Lelaki itu akan melakukan tindakan bodoh apapun, meski itu membahayakan. Ia akan berfikir bahwa apa yang ia alami adalah salah satu musibah yang di sebabkan oleh putrimu.”
“Gila!”
“Dia memang gila Tuan.”
“Lakukan apapun! Jangan sampai satu jengkal ia menyentuh putriku.”
“Siap Tuan.”
**
Pagi itu di sebuah rumah besar yang hanya di tinggali Sso dan Taehyung, bel rumah berbunyi. Sso bangkit, sedikit mengusap punggung suaminya agar ikut terbangun juga, nyatanya Taehyung masih asik dan mengabaikannya. Sso mendengus, memukul pantat suaminya dengan gemas lalu berangsur pergi.
“Yaa—kenapa memukulku?”
“Kau pemalas.” Teriak Sso dari depan kamarnya.
“Aku mengantuk!”
Sso mendesis, merapikan rambutnya dan mengikatnya ke atas. “Sebentar.”
Semakin dekat dengan pintu masuk, membuka perlahan dan begitu terkejut mendapati Ny. Ahn, ibu mertuanya itu datang dengan paper bag besar di tangannya. “Eomma—”
“Aigoo—menantuku baru saja bangun ya? Mana Taehyung?” Ny. Ahn masuk ke dalam.
“Masih tidur Oemma, kebetulan sekarang hari minggu. Jadi Taehyung bisa istirahat lebih lama.” Jawab Sso sembari mengikuti Ibu mertuanya dari belakang.
“Tidak biasanya, Taehyung itu sangat suka bangun pagi.”
Sso tampak mengingat sesuatu, memutar matanya melihat ke kanan dan ke kiri lalu ia meng-iyakan saja. Tapi sejak mereka tinggal satu kamar, Taehyung lebih suka bangun lebih akhir ketimbang dirinya. “Mungkin dia kelelahan Oemma.”
“Hm, yasudah. Ayo kita memasak! Oemma sudah membawakan bahan makanan kesukaan kalian.”
Sso mengangguk saja, dengan sangat antusias ia menuruti permintaan sang Ibu mertua. Biar saja nanti Taehyung bangun dengan banyak makanan kesukaan di meja makan.
Di sela mereka memasak, Ny. Ahn terus bercerita tentang masa kecil Taehyung. Bagaimana lelaki tampan itu selalu juara kelas tanpa di bantu belajar dan bagaimana bandelnya Taehyung saat berebut mainan dengan Jimin, sahabatnya.
“Dia itu anak nakal, tapi oemma bersyukur. Ia juga sangat pandai.”
Sso tertawa, “Apa dia selalu membuatmu marah Ma?”
“Setiap hari sayang! Kau tahu, dia itu akan melakukan hal-hal yang tidak Oemma sukai. Sampai Oemma marah dan sempat menguncinya di dalam kamar.”
“Omo—benarkah? Memang apa kesalahan yang paling fatal?”
“Saat itu Oemma baru saja membuat design gaun pengantin. Itu adalah pesanan pelanggan. Sangat rumit, dan si Taehyung kecil malah menumpahkan cat air dengan alasan ingin bermain saja dengan Oemma! Memang Oemma salah, begitu banyak kesibukan sampai mengabaikan Taehyung. Karena itu salah satu cara pelarian untuk melupakan kesedihan sejenak, setelah Ayah Taehyung meninggal.”
“Oemma, maafkan Sso!”
“Gwenchana Sayang. Itu sudah berlalu,” Ny. Ahn mengusap lembut pundak Sso.
Mereka bercerita kesana-kemari, terkadang juga menceritakan tingkah absurd sang suami yang masih kekanakan bila sedang bersamanya.
Taehyung sudah bangun, lebih cepat dari dugaan Sso. Dia berjalan dan menguap. Menuju dapur dan mencium lembut kening istrinya, “Selamat Pagi Sayang,”
Sso merona, tingkah Taehyung selalu berubah-ubah. Masih saja membuatnya malu dan senang secara bersamaan.
Ny. Ahn mengetuk kepala Taehyung dengan spatula, sang empu terkejut dan mengusap kepalanya dengan gerakan cepat. “Ish—Oemma!”
“Hei, Tuan muda! Kau sudah bangun rupanya?”
“Oemma kenapa disini?”
“Heol—apa Eomma tidak boleh kemari? Kau ingin di kutuk menjadi batu?”
“Berlebihan! Kan aku hanya bertanya, mengapa Oemma malah menjawab dengan panjang seperti membaca puisi.”
“Taehyung!” Sela Sso gemas.
“Hehe—Maaf Oemma, Bagaimana kabarmu Eoh? Kau sehat? Makanmu teratur bukan?” Taehyung merangkul erat ibunya dan tersenyum kecil.
“Dasar kau ini.” Ny. Ahn memukul lengan Taehyung. “Oemma sangat sehat, lihat! Masih cantik seperti Song Hye Kyo.”
“Jangan dusta Ma, dosa!” Taehyung menjawab cepat.
Ny. Ahn menciubit perut buncit Taehyung gemas, anak lelakinya itu selalu saja membuatnya ingin di pukul setiap hari.
“Sakit Ma, astaga!” Taehyung melepas pelukannya, Ny. Ahn mendengus dan mengabaikan saja. Ia kembali melanjutkan memasaknya yang hampir selesai.
“Sayang kau memasak apa?” Taehyung merangkul badan istrinya dari belakang dan menciumi pipi Sso berkali-kali
“Makanan kesukaanmu!”
“Omo—benarkah? Mana aku ingin menciumnya!” Taehyung semakin mendekat tapi bukan mencium apa yang istrinya masak, melainkan mencium wajah istrinya.
“Yaa, Ahn Taehyung.” Sentak Sso gemas, ia hanya malu di lihati Ibu mertua dari samping.
Ny. Ahn kembali mendengus, memukul punggung Taehyung. “Bawa ini ke meja makan!” Ny. Ahn berbalik, mengambil mangkuk lalu di berikan pada Taehyung.
Taehyung menerima saja, wajahnya begitu berbinar kala melihat potongan-potongan kepiting yang sudah tertata rapi dengan bumbu asam manis kesukaannya. “Woahh—daebak!”
Ia merapatkan hidungnya ke bawah, semakin mencium aroma melezatkan dari masakan sang Ibu. Tapi tiba-tiba ia merasa kepalanya pusing, perutnya mual. Taehyung meletakkan mangkuk itu di atas pantry lalu berlari ke kamar mandi.
Sso terkejut, tidak biasanya Taehyung seperti barusan. Makanan laut adalah yang paling ia sukai, terutama kepiting asam manis.
“Oemma, Taehyung kenapa?”
Ny. Ahn mennggeleng, “Apa dia sakit?”
“Dia baik-baik saja kemarin, dan tadi pagi juga masih sangat sehat.”
Sso melepas apronnya dan menghampiri Taehyung. Gadis itu sedikit bingung kala melihat Taehyung memuntahkan isi perutnya. Hanya sebuah cairan berwarna putih, tapi berkali-kali.
Wajahnya menjadi pucat, Sso mengusap punggung Taehyung sembari menenangkannya.
“Kenapa Tae?”
Taehyung menegakkan badan, nafasnya ngos-ngosan, mengusap bibir dengan punggung tangannya dan melihati Sso dengan wajah pucat. “Aku tidak tahu,”
“Sayang, kau sakit?” Sso mengusap wajah Taehyung yang basah karena keringat, dengan tangannya.
Taehyung menggeleng, ia mendekat lalu merangkul badan istrinya dengan erat. Badan Taehyung tidak demam, hanya perutnya yang bermasalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐞 | 𝐊𝐓𝐇
Fiksi Remaja[ 𝘾 𝙊 𝙈 𝙋 𝙇 𝙀 𝙏 𝙀 ] Sinopsis : Bercerita tentang perjuangan seorang gadis yang menutupi tempramen yang semakin menjadi. Ia memiliki sakit mental yang di sebabkan oleh masa lalu. Kematian ibunya yang di pukuli ayah kandung di depan matanya, d...