29 •

2.9K 272 43
                                    

Seok Jin terbangun dari tidurnya, apa dia tidak sadar bahwa beberapa hari ini sudah membuat orang lain khawatir dan senam jantung bergantian.

Dia jarang sekali terlihat sakit, sekali sakit akan seperti sekarang ini.

Ia melihat ke kanan dan ke kiri, suasana ini bukan lagi dari kamar pribadinya. Dan ia harus rela melihat tangannya di tusuk ribuan jarum untuk segera pulih.

Jungkook duduk di samping ranjang Seok Jin dengan pandangan kosong, kedua tangan ia lipat di depan dada dengan nafas yang naik turun.

“Jung,”

Jungkook terkejut, kala mendapati mata Seok Jin yang sudah terbuka. Sepupunya itu telah sadar dari beberapa hari tidur tanpa terbangun sama sekali.

“Hyung! Aku senang sekali kau bangun,” Papar Jungkook bahagia, dan refleks merangkul Seok Jin yang sudah siap memukul kepala Jungkook kapan saja.

Bukan ia tidak mau di peluk, tapi tingkah pemuda itu membuat selang infus di tangannya tertarik dan sakit.

“Yaa, yaa! Lepaskan, ini sakit bodoh.”

Jungkook terkekeh, melepas sejenak pelukannya lalu mencium kepala Hyungnya.

“Aigoo manis sekali, ada apa? Tumben sekali kau melakukan ini?”

“Hei, aku tidak suka kau berfikiran buruk padaku Hyung.”

Jungkook terkekeh, ia kembali duduk dan melipat tangannya di depan dada.

“Kemarin Sso Noona kemari, dia melihatmu sakit. Tapi kau tidak memperbolehkan aku memberitahunya. Aku menjadi merasa berdosa Hyung,” Jelasnya dengan wajah sedih.

Seok Jin menghela nafas, menatap langit-langit ruangan dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

“Selamat pagi Seok Jin-ssi,”

Seorang gadis cantik, dengan balutan jas Dokter rapi begitu membuat Jungkook tepanah, sedangkan Seok Jin yang menoleh hanya menelan salivanya dan tersenyum pedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik, dengan balutan jas Dokter rapi begitu membuat Jungkook tepanah, sedangkan Seok Jin yang menoleh hanya menelan salivanya dan tersenyum pedih.

Dokter itu semakin mendekat, memeriksa denyut nadi di tangan Seok Jin dan terakhir melakukan pengecekan stetoskop pada jantung Seok Jin. “Maaf, dan permisi aku harus melakukannya.”

Seok Jin mengangguk, melihati Dokter itu tanpa berniat bicara.

“Selesai, aku senang sekali bahwa perkiraanku benar. Kalau begini akan lebih cepat kau pulang ke rumah,”

“Terimakasih Ai,”

Dokter itu tampak terkejut, melihati Seok Jin sebentar dengan gurat merah merona di pipi yang terlihat kontras di kulit putihnya.

“Ai? Ai? Ai apa? Kau mengenal Dokter Aira, Hyung?” Jungkook terkejut, ia melihati Seok Jin dan Aira secara bergantian.

“Berisik.” Sanggah Seok Jin.

 𝐋𝐢𝐞 | 𝐊𝐓𝐇 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang