.
Jika ditanya mengenai rasa syukur dan terima kasih, yang ada dalam benak Han Seungwoo saat ini adalah seorang pemuda yang sedang memasuki kamarnya, dengan senyuman lebar sambil menunjukan sebuah kantong kecil yang baru saja ia bawa pulang dari sebuah toko obat di seberang asrama mereka.
.
"Hyung ingin memasangnya sendiri atau—"
Seungwoo menyela pertanyaan (yang sebenarnya berbuntut pilihan) dari Seungyoun dengan mengulurkan satu rol kecil plester berwarna coklat muda—hampir serupa dengan kulit pucatnya. Yang diberi plester hanya mengulas senyum simpul. Seharusnya ia tak perlu bertanya karena memang kebiasaan Seungwoo sudah benar-benar dihapalnya.
"Aku tidak suka diberi pilihan yang kaupun sudah tahu jawabannya, Seungyounnie."
"Manja."
Seungyoun mencebik.
"Hanya padamu."
"Jika Dongpyo melihat, kau tidak akan pernah dipanggil 'ayah' lagi untuk selamanya, Hyung."
Seungyoun menyindir, tapi tangannya mulai terampil menggunting plester coklat itu menjadi dua bagian yang cukup lebar dan agak panjang,
Setidaknya cukup untuk menutupi tulisan favorit Seungyoun yang tercetak di dada kanan leader grup-nya itu.
"Buka sedikit kemejamu, Hyung."
"Hei, kau terlihat mesum sekali Woodz-ssi"
Seungyoun yang kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan Seungwoo melebarkan mata dan segera melayangkan tatapan tajam—tidak terima diberi julukan mesum padahal dia hanya berniat membantu sang leader. Kedua tangannya masih berada di depan Seungwoo, merentangkan plester agar siap menempel di kulit si kakak tertua.
"Bisa lihat tanganku, Han Seungwoo-ssi? Aku sedang membantumu dan kau membuatku seperti gadis remaja yang sedang menggoda kekasihnya."
Nada bicara Seungyoun tentu saja cukup tinggi. Tapi sayang hal itu tidak membuat Seungwoo takut. Seungwoo masih sempat tertawa geli dan mencubit pelan pipi Seungyoun.
"Aku tidak masalah jadi kekasih yang sedang kau goda. Hanya saja kau tidak perlu jadi gadis cantik, S A Y A N G."
Seungwoo yang menekankan kata 'sayang' bahkan sempat mengedipkan sebelah matanya pada Seungyoun yang dibalas dengan delikan sadis.
"Hyung, aku serius. Jadi bisakah kau buka bajumu dan kita selesaikan ini sebelum Dohyon atau yang lain datang kemari? Cepat!"
Seungwoo menuruti Seungyoun. Membuka kemejanya sambil menarik bibirnya ke atas hingga tawa merdunya menyapa pendengaran Seungyoun.
"Setelah ini aku juga bisa membantumu menutupi gambar pistol di pinggangmu, jadi—aduh!"
Seungyoun baru saja menepuk dada Seungwoo dengan keras usai si plester benar-benar menempel di kulit pemuda yang lebih tua. Desisan keluar dari mulut Seungwoo—sapaan kasar telapak tangan Seungyoun benar-benar perih di kulitnya.
"Han Seungwoo-ssi. Di panggung nanti aku memakai kemeja tertutup, bukannya bertelanjang dada. Jadi, terima kasih untuk niat baikmu."
Seungwoo tertawa keras setelahnya.
"Kalau begitu, bisakah aku mengganti niat baikku dengan sebuah pelukan Seungyoun-ah? Aku sedang gugup. Takut nada tinggiku tidak sempurna."
Seungyoun yang hendak berdiri, hanya menghela nafas bosan mendengarnya. Matanya melirik Seungwoo yang sudah merentangkan kedua tangannya—menanti dibalas oleh lelaki yang lebih muda sambil mengulas senyum teduhnya. Kalau begini, tentu Seungyoun tidak bisa tidak segera membalasnya.
"Ah, rasanya aku bisa memelukmu seperti ini selama lima tahun ke depan."
"Seungwoo Hyung! Jangan bicara seperti itu! Kita baru saja debut."
Tanpa melihat, Seungyoun tahu Seungwoo sedang tersenyum saat dagu sang leader menyentuh pundaknya. Tangan Seungwoo yang menepuk pelan punggung Seungyoun, sesekali berpindah untuk mengusap helai rambut hitam yang lebih muda.
"Seungyoun-ah."
"Apa?"
Seungyoun membalas panggilan yang lebih tua sedikit galak. Masih kesal karna Seungwoo baru saja membahas hal-hal sensitif baginya, juga rekan grup-nya yang lain. Ini masih tertalu awal untuk lima tahun yang akan mereka jalani nantinya.
"Tetaplah jadi orang yang bisa kuandalkan sampai saat itu tiba. Tetaplah di sampingku agar aku selalu tertawa."
Rasanya Seungyoun ingin menangis mendengar ketua grupnya seakan-akan menggantungkan hidup padanya. Seungwoo bukan pemuda lemah, tapi Seungyoun tahu pasti ia butuh seseorang yang menguatkannya saat berada di titik rendah, yang membuatnya tersenyum saat lelah, dan yang membuatnya bahagia saat rasa sedih menyapa. Seungyoun ingin jadi sosok itu. Maka, saat itu juga ketika ia tahu Seungwoo menganggapnya seseorang yang bisa menguatkan sang leader, Seungyoun berjanji akan selalu berada disamping seorang Han Seungwoo.
.
'Tentu, Hyung. Karena itu, tetaplah jadi pemimpin yang kuat, jadilah orang yang akan selalu memberi pelukan menenangkan seperti ini, Seungwoo-Hyung.'
.
.
.W/N:
This came from this:::
Please show more skin(?), ugh. I love their tattoos wohoo, uri tattoos couple.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST ONE ✔
Short StorySHORT STORIES FROM THE LEADER AND HIS BELOVED ALL-ROUNDER. X1'S HAN SEUNGWOO - X1'S CHO SEUNGYOUN. RYEONSEUNG. WOO AND YOUN.