.
Cho Seungyoun dengan senyum lebar memapah pemuda lainnya menuju mobilnya. Sekalipun itu membuatnya sangat kesulitan mengingat tubuh yang dipapah—atau mungkin lebih tepat jika menyebutnya diseret olehnya itu tampak lebih tinggi juga lebih besar dari milik Seungyoun sendiri. Namun itu bukan masalah besar bagi Seungyoun, bahkan ia terlihat baik-baik saja sekalipun nafasnya sulit diatur.
Sampai di dekat mobilnya, Seungyoun sempat menekan kunci mobil lalu bersusah payah membuka pintu dan membuat lelaki itu duduk di kursi samping kemudi. Saat tangannya meraih dan memakaikan sabuk pengaman, Seungyoun memanfaatkan itu juga untuk mendekatkan wajahnya hingga kedua hidung mereka bersentuhan. Lalu ia sempatkan untuk mencuri sebuah kecupan kecil di bibir lelaki itu.
"Bagaimana bisa kau tidur lelap seperti itu sedangkan kau berbohong padaku untuk tidak lagi berhubungan dengannya, hm, Seungwoo hyung?"
Tidak ada jawaban untuk pertanyaannya, namun Seungyoun tetap tersenyum maklum. Wajah tampan pemuda yang dipanggilnya Seungwoo itu diusapnya pelan, pipi dinginnya bersentuhan dengan tangan Seungyoun yang lebih hangat. Lalu bibir Seungyoun kembali menempatkan sebuah ciuman kupu-kupu pada ujung hidung mancung itu sebelum wajahnya berjarak dan menutup pintu untuk berjalan ke sisi lain mobil.
Setelah mobil dinyalakan, dengan segera Seungyoun menginjak pedal gas dengan cukup kasar, membuat suara decitan ban yang beradu dengan aspal terdengar memekakkan telinga. Namun hari telah melewati tengah malam, siapa peduli dengan suara-suara itu. Dua tangannya berimbang, memegang setir dan beberapa kali memutarnya saat ingin mendahului kendaraan lain maupun berbelok sembari mengatur tuas gigi, juga sesekali menyempatkan diri meraih tangan Seungwoo yang terkulai di paha dan menggenggamnya jari-jarinya dengan erat.
"Hyung pasti kedinginan. Aku akan menaikkan suhunya. Ah, aku pikir udara malam yang sedikit hangat akan terasa lebih baik."
Seungyoun mematikan pengatur suhu di mobilnya. Kemudian dibukanya jendela di sisinya juga Seungwoo hingga dalam sekejap mata angin malam musim semi membelai kulit mereka dan menerbangkan anak-anak rambut keduanya. Seungyoun kembali melirik Seungwoo dari ujung mata rubahnya lalu tersenyum mengagumi wajah tampan itu. Rupanya Adonis memiliki saingan berat, batin Seungyoun tertawa.
"Seungwoo hyung, sekalipun kau tidak mendengarnya, tapi aku akan tetap mengatakan hal ini, ok?"
Tentu saja tidak ada jawaban. Tapi apa peduli Seungyoun? Pemuda itu tak akan diam dengan sejuta energi yang terlihat seolah tak ada habisnya. Mengoceh sepanjang perjalananpun bukan masalah besar. Didengarkan atau tidak, Seungyoun akan tetap berbicara panjang lebar. Bahkan Seungwoo sekalipun tidak akan mampu menghentikannya.
"Hyung, aku suka padamu, kau tahu?"
Seungyoun tertawa lepas setelahnya, masih dengan dua tangan yang mencengkeram erat setir mobilnya.
"Aku menyukaimu, Han Seungwoo!"
Kali ini teriakan yang keluar dari bibir pucatnya. Namun percuma saja, deru mesin dan angin meredam semua. Sekalipun ia berteriak kuat-kuat, sekalipun suaranya habis hingga tenggorokannya sakit, semua tidak akan mendengar pengakuannya. Tidak ada yang tahu tentang perasaannya.
"Tapi aku tidak suka kau menolakku dan lebih memilih lelaki lain untuk kau kencani."
Satu tetes air mata turun lalu mengaliri pipi Seungyoun yang kini mulai memerah tersapa angin. Kulit sensitif itu memang tidak pernah bisa bersahabat dengan cuaca malam. Ditambah lagi dengan suasana hati yang sedang tidak baik karena perlakuan pria yang duduk diam tanpa respon di sampingnya. Wajah Seungyoun benar-benar terlihat merah padam menahan emosi yang meluap hebat.
"Karena itulah Seungwoo hyung, maafkan aku—"
Seungyoun kembali menatap Seungwoo yang terlihat semakin pucat dengan beberapa noda darah yang sedikit mengering di dahi dan pipinya. Kedua mata yang tidak terpejam dan memandang kosong itu semakin membuat Seungyoun mengerang kencang dengan tangisan. Tangan dingin Seungwoo yang sudah kehilangan nafasnya sejak beberapa jam lalu itu kembali digenggam erat ketika Seungyoun semakin keras menginjak pedal gas-nya. Sekalipun ia memilih jalur yang salah dan di depannya melintas sebuah truk besar dengan bunyi klakson yang mengerikan.
"—maafkan aku tidak bisa merelakanmu untuk orang lain selain diriku."
Dan benturan hebat itu terjadi, membawa Seungyoun menyusul lelaki terkasih yang lebih dulu pergi karena rasa cemburu yang dilampiaskan dengan tiga pukulan hebat di kepala saat melihat Seungwoo diam-diam menelepon kekasihnya.
.
.
.
W/N: cemburu menguras darah, uyea!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST ONE ✔
Short StorySHORT STORIES FROM THE LEADER AND HIS BELOVED ALL-ROUNDER. X1'S HAN SEUNGWOO - X1'S CHO SEUNGYOUN. RYEONSEUNG. WOO AND YOUN.