SWING

1.5K 260 77
                                    

.

Seungyoun kecil berlari kecil saat bel pulang sekolah berbunyi. Siswa taman kanak-kanak itu terlihat paling senang ketika keluar dari kelasnya menuju taman bermain milik sekolah. Seperti biasa, bocah itu bermain terlebih dahulu sambil menunggu ibunya menjemput. Seungyoun mengeratkan pegangannya pada tali ransel yang mengalung di punggung dan berjalan dengan semangat.

Tapi apa yang dilihat membuat Seungyoun menghentikan langkah sejenak. Mata rubahnya bergerak-gerak karena gugup. Lelaki kecil itu menatap sebuah ayunan di tengah taman bermain yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Kakinya melangkah maju perlahan-ragu-ragu mendekati ayunan yang sudah diduduki orang lain. Seungyoun ingin menaikinya, tapi sepertinya sudah ada lelaki kecil lain yang mendahului. Padahal biasanya hanya dirinya yang mau menaiki ayunan itu.

"Kau ingin naik ayunan juga, adik manis?"

Bocah kecil itu mengangguk malu. Seungyoun sadar bahwa bocah lain yang berhenti mengayun dan turun untuk berjalan mendekatinya itu memakai seragam biru. Berarti dia murid sekolah dasar yang berada satu komplek dengan taman kanak-kanak tempatnya belajar.

"Ingin mengayun sendiri atau kubantu?"

Seungyoun lagi-lagi mengeratkan pegangan pada tasnya.

"Se-sendiri, ehm, hyung?"

Kepalanya tertunduk saat tawa ringan bocah di depannya mengalun. Seungyoun tidak paham dengan apa yang dirasakannya sekarang. Temannya banyak, dan dia bukanlah anak kecil yang pendiam. Tapi dengan laki-laki yang sepertinya lebih tua di depannya ini, Seungyoun merasa malu luar biasa. Oh, mungkin karena ia lebih muda, Seungyoun masih siswa taman kanak-kanak dan lelaki di depannya sudah duduk di bangku sekolah dasar.

"Padahal lebih seru jika diayun orang lain, lho!"

Seungyoun mendongak, menatap yang lebih tua dengan kening berkerut tanda penasaran.

"Mau tidak?"

Bibir bawahnya dikulum. Apa perlu mengiyakan penawaran orang asing di di depannya? Tapi ibu selalu bilang padanya jika Seungyoun tidak boleh percaya begitu saja dengan orang asing.

"Tidak akan jatuh, kok. Kalau jatuh, aku akan menangkapmu supaya tidak sakit, ok?"

Seungyoun merubah raut wajahnya. Dari keraguan menjadi rasa minat yang tinggi bercampur keingintahuan akan hal baru. Akhirnya anggukan kepalanya yang menjadi jawaban. Dan Seungyoun benar-benar melihat senyum lebar merekah dari wajah bocah sekolah dasar yang akan mendorong ayunannya.

"Jadi siapa namamu, adik kecil?"

Dua anak kecil itu sudah pasang posisi masing masing. Seungyoun duduk pada papan, dan dibelakangnya sudah ada sosok lain dengan kedua tangan berada pada besi ayunan, sudah siap untuk mendorong

"Seungyoun. Cho Seungyoun. Lalu, hyung?"

Dua lengan itu mulai menarik ayunannya hingga kaki Seungyoun mulai bejarak dari tanah tempatnya berpijak.

"Aku Seungwoo, Han Seungwoo. Kelas dua sekolah dasar."

Seungyoun tidak melihatnya tapi ia bisa merasakan jika sosok dibelakangnya tengah tersenyum padanya. Tidak lama kemudian, ayunan itu mulai bergerak ke depan, lalu kembali ke belakang. Begitu, berulang-ulang. Membawa tubuh kecil Seungyoun menabrak udara di sekitarnya. Rambut hitamya bergerak-gerak lucu. Sesekali matanya terpejam dengan senyum timbul dari lengkung bibirnya. Memang lebih seru jika diayun oleh orang lain, Seungyoun tidak perlu mengeluarkan tenaga. Seungwoo-siswa sekolah dasar yang membantunya di belakang sana sesekali mendorong papan tempat Seungyoun duduk agar ayunannya tidak berhenti.

"Seungyounie?"

"Ya, hyung?"

Tubuh kecil Seungyoun terus bergerak bersama ayunan itu, semakin tinggi dan semakin cepat. Membuat kedua kaki Seungyoun semakin jauh dari tanah untuk ditapak dan tubuhnya yang meringan diterpa semilir angin. Matanya terpejam, merasa lebih bersemangat.

"Ingin kuayun lebih tinggi lagi?"

Belum sempat mengiyakan, sebuah teriakan memanggil nama Seungyoun.

"Tidak! Seungyounie!"

.

Yang terakhir kali diingat Seungyoun adalah suara sang ibu yang berteriak histeris sebelum tubuh kecil miliknya terlempar kasar dari ayunan dan menubruk tanah. Sakit yang teramat sangat menyapa setiap inchi tubuh Seungyoun hingga rasanya tulang-tulangnya remuk. Kepalanya pening, dengan suara dengingan menyapa pendengaran. Penglihatannya memburam. Seungyoun mencium bau karat. Itu adalah darah miliknya sendiri, yang mengaliri wajah dan sebagian keluar dari telinganya. Seungyoun benar-benar menutup matanya usai melihat satu bayangan anak kecil dengan wajah penuh darah menunduk di depannya dengan senyum lebar.

"Seungwoo hyungie?"



'Ya, ayo ikut bermain bersamaku selamanya, Seungyounie!'

.

.

.

W/N:

Ingin membuat sesuatu yang lucu related to Ryeonseung so jadilah anakTK!Youn dan siswaSD!Woo.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MOST ONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang