VERSE

881 192 19
                                    

.

Seungwoo cukup terkejut saat membuka pintu ruang latihan vokal dan mendapati sosok lain masih berada di sana di waktu selarut ini. Kepala berbungkus topi berwana putih itu bersandar pada sebuah sofa yang tidak terlalu panjang sambil sesekali memgangguk dan menggeleng. Di tangannya terdapat satu kertas dengan banyak tulisan dan beberapa coretan.

Seungwoo melirik satu tangan yang kini tengah menggenggam satu cup kopi hangat. Dengusan pelan keluar ketika ia sadar seharusnya ia membuat dua cup kopi untuknya dan juga pemuda lain yang berbagi ruang dengannya. Tapi apa boleh buat, ia tidak berpikir jika Seungyoun juga akan menghabiskan malam di ruangan yang sama dengannya.

"Youn?"

Kepala itu menoleh ke belakang ketika merasa namanya dipanggil. Senyumnya yang manis mengembang, menunjukkan giginya yang lucu. Seungwoo pun turut melakukannya, melengkungkan bibir untuk membalas.

"Aku tidak tahu Seungwoo hyung juga masih di sini?"

"Sama. Aku juga tidak mengira akan menemukanmu di tempat ini."

Seungwoo memilih untuk duduk di samping Seungyoun ketika pemuda itu menggeser tubuhnya untuk berbagi tempat dengan sang leader.

"Kopi untukku ya, hyung? Baik sekali."

"Sebenarnya tidak. Tapi aku tidak keberatan kau ikut meminumnya."

Seungwoo menahan tawa ketika melihat bibir Seungyoun mencebik karena kecewa kopi itu bukanlah untuknya sekalipun Seungwoo sudah memberikan ijin untuk berbagi. Pada akhirnya sang leader hanya meletakkannya di atas meja tanpa meminumnya. Barangkali saja Seungyoun berubah pikiran dan mau mencicipinya nanti.

"Membuat lirik lagu? Boleh aku lihat?"

Seungyoun mengangguk lalu memberikan kertas-kertasnya yang sudah penuh oleh tulisan pada Seungwoo.

"Bukan lagu cinta ya?"

"Bahaya, hyung. Belum waktunya ada lagu cinta di album kita."

Seungwoo beralih ke lembar kedua. Membaca dengan raut wajah seriusnya. Pemandangan yang sempat membuat Seungyoun tidak bisa beralih dari sana.

"Padahal dengan lirik seperti ini, kau bisa mengganti beberapa kata dan akan bisa jadi lagu romantis yang bagus, Seungyounie."

Seungwoo masih memandangi bait-bait yang tertera di kertas milik Seungyoun. Sesekali si main vocal juga menggaruk pelipisnya dan mengerutkan dahi ketika berusaha memahami lirik lagu yang sedang dibuat oleh Seungyoun. Tak lupa sesekali tersenyum ketika mendapati beberapa kata yang menggelitik pikirannya.

"Youn?"

"Hm?"

"Mengapa menurutmu album kita belum waktunya mengambil tema romantis?"

Seungwoo meletakkan kertas di atas meja dan kini menghadap Seungyoun sepenuhnya dengan sebuah tatapan dalam penuh rasa penasaran. Dilihatnya Seungyoun berpikir dengan jari-jari kecilnya menggaruk dagu. Seungwoo gemas hingga tanpa sadar mengeratkan kepalan tangannya.

"Karena beberapa adik kita masih berada di bawah usia legal, Seungwoo hyung. Rasanya aku lebih suka membuatnya jadi lagu tentang musim panas atau bercerita tentang sebuah pencapaian yang luar biasa."

"Lalu bagaimana pendapatmu jika kita berdua membuat satu unit khusus untuk menyanyikan lagu romantis?"

Seungyoun mengerutkan dahi, dan itu membuat Seungwoo ingin tertawa.

"Bercanda, Seungyounie."

Seungwoo mengambil kopi lalu meminumnya hingga tersisa setengah gelas. Hendak kembali menaruh cup-nya di meja, tubuh Seungwoo ditubruk oleh Seungyoun hingga punggungnya menabrak pelan sandaran tangan di ujung sofa. Seungwoo dihimpit, ia berada diantara sofa dan tubuh Seungyoun di atasnya yang tengah tersenyum lebar.

"Hyung mau bernyayi bersamaku?"

Seungwoo membalas ya dengan mengangguk kaku.

"Kalau begitu aku akan menulis lirik lagu yang baru dan kita akan membuat aransemennya bersama. Ok, hyung?"

Melihat Seungyoun yang bersemangat, Seungwoo tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum dan memgangguk untuk sebuah jawaban 'ya'.

"Kalau begitu aku akan tidur sekarang untuk membangun energi positif dan kita bisa membuat lagu all-rounder unit terbaik. Sampai besok, Seungwoo hyung."

Seungwoo terkejut ketika sebelum beranjak dari atas tubuhnya, Seungyoun menyempatkan diri untuk menempatkan satu kecupan di ujung bibirnya. Setelah itu sang all-rounder meraih kertas-kertasnya dan berlari cepat ke arah pintu.

"Rasa kopinya pas, hyung. Tapi lain kali minum yang benar, ok?"

Dan pintu ruangan itu tertutup, menyisakan Seungwoo juga setengah cup kopi di tangan dan jemari yang menyentuh sudut bibirnya sendiri.

.

W/N: rindu ryeonseung dan anak2ku di X1, tolong...

W/N: rindu ryeonseung dan anak2ku di X1, tolong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MOST ONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang