FORCED

1.9K 309 34
                                    

"Bisakah kita berhenti, Youn-ah?"

Seungwoo yang duduk bersandar bantal dan kepala ranjang, meremat selimut putih yang membungkus tubuhnya, juga tubuh seseorang yang lain yang tidur menyamping, memunggunginya. Matanya menatap punggung telanjang penuh ukiran tinta itu dengan pandangan sendu. Tangannya tanpa sadar bergerak, mengusap pelan punggung dengan gambar lilin favoritnya itu.

"Youn—"

"Tidak. Tidak bisa, Hyung. Aku tidak mau."

Bisikan lirih dari lelaki itu membungkam Seungwoo. Tahu bahwa ia tidak mungkin menghindar. Sadar bahwa semua ini takdir untuk keduanya. Bahwa mereka memang akan terus bersama sepanjang hidupnya, sekalipun salah satu dari mereka, atau bahkan keduanya, tidak setuju. Mereka sebenarnya tidak ingin kebersamaan ini diselimuti seuah keterpaksaan, dan juga keadaan yang tidak sesuai keinginan.

"Seungyounnie."

"Kalau kau bicara padaku hanya untuk membujukku menerima kalian, kau boleh keluar dari sini, Seungwoo Hyung."

Tubuh Seungwoo merosot, kembali berbaring menyamping menghadap punggung lelaki yang lebih muda. Tangannya melingkari perut Seungyoun, merapatkan kembali kedua tubuh telanjang itu hingga seakan tak berjarak. Seungwoo merasa kehangatan yang mereka bagikan satu sama lain beberapa saat yang lalu perlahan hilang. Digantikan dengan suasana dingin yang seolah menyelimuti punggung di depannya.

"Seungyoun-ah. Kita sudah membicarakan ini—"

"Aku hanya diam dan mendengarkan. Ini hanya pembicaraan kalian. Ini keputusanmu, dan para orang tua bodoh itu."

Seungyoun perlahan melepaskan pelukan Seungwoo, hingga ia bisa membalikkan badan dan menatap pemuda yang lebih tua. Keduanya saling melempar tatapan sendu bercampur kegelisahan dan rasa frustrasi yang hampir tak bisa ditahan. Kedua pasang mata itu berkaca-kaca.

"Hyung, aku tidak ingin bersamamu dengan kondisi kita seperti ini."

"Tapi Youn-ah, kau, aku, kita tidak akan bisa—"

Kalimat Seungwoo terhenti ketika pipinya bersentuhan dengan telapak tangan Seungyoun yang tengah tersenyum simpul menatapnya.

"Kita bisa, Hyung. Bukankah kita hanya meminta sebuah perpisahan pada mereka?"

"Tidak, Youn!"

"Tapi Seungwoo Hyung—"

"Han Seungyoun!"

Pekikan penuh amarah itu akhirnya keluar, meninggalkan perih di hati Seungyoun. Ternyata Seungwoo tidak ingin bersamanya, ternyata Seungyoun bukan prioritasnya. Ternyata Seungwoo tidak berjalan di jalur yang sama dengannya.

"Kau tahu Seungwoo Hyung, aku tidak pernah menyukai margamu berada di depan namaku."

Seungwoo hanya terdiam memandang seseorang yang berharga di dekapannya meneteskan air mata yang mengaliri pipi pucatnya. Tangisan Seungyoun yang menyandarkan kepala di dadanya pecah. Tubuhnya bergetar akibat menangis hebat dalam pelukan Seungwoo

"Aku tidak ingin menyandang marga Han dengan status sebagai adik tirimu, Seungwoo Hyung!"

.

.

.

W/N:

I was planning to write this yesterday but, you know, that vlive ruined ma plan. Entah ini nulis apaan yaampun pusing sama ryeonseung.

And, 1k readers already? Thank you pals!!!! Love ya!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And, 1k readers already? Thank you pals!!!! Love ya!!!!

THE MOST ONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang