.
Adalah sebuah makan malam terlambat yang membuat keduanya mengadu sendok dan garpu di atas piring hingga berdenting gaduh. Jarum jam menunjuk angka dua belas dan satu, lewat tengah malam. Dan dua lelaki yang dirundung lapar itu tidak saling bicara selama beberapa menit untuk mengisi perut mereka yang ribut. Kebiasaan dan adab bagi keduanya untuk tidak mengobrol jika sudah berhadapan dengan makanan sampai semua tandas.
"Youn?"
Itu Seungwoo yang mendahului obrolan ketika keadaan hening tanpa suara, yang menandakan keduanya selesai makan hampir bersamaan.
"Hm?"
Seungyoun, yang tengah meneguk minuman, menjawabnya dengan gumam singkat.
"Cuci piring?"
Gelasnya diletakkan dimeja dengan bunyi yang cukup keras karena sebuah pernyataan yang disamarkan jadi pertanyaan dari Seungwoo.
"Hyung saja, ok?"
Dahi Seungwoo mengernyit hendak menautkan kedua alisnya. Kedua lengan dilipat di atas meja sambil mengumbar tatap tajam pada sosok yang duduk di seberang.
"Berikan alasan yang cukup kuat untuk menolaknya, Cho Seungyoun, karena aku yang memasak makanan yang baru saja mengasup nutrisi bagi cacing-cacing di perutmu. Jadi kali ini giliranmu membalas budi."
Seungyoun tak mau kalah apalagi terintimidasi. Punggungnya bersandar santai di kursi. Kedua tangan juga tak lupa saling bersilang di depan dada.
"Aku sudah mandi dan hyung tahu aku tidak suka basah lagi."
"Alasan ditolak. Sana cuci piring!"
Porselen berbentuk bundar pipih itu didorong mendekat ke arah Seungyoun, yang tidak terima dan menghentikan gerakan Seungwoo. Tangan Seungyoun ikut mendorong kembali si piring ke arah semula.
"Tidak, Seungwoo hyung. Aku tidak akan cuci piring karena jika ya, aku tidak akan tidur nyenyak dan esok hari kau akan menemukan all-rounder grupmu bangun dengan tubuh lemas dan mata sayu jadi--"
"Cho. Seungyoun."
Shit. Seungyoun benci atmosfer menekan ini.
"Tidak, Han Seungwoo-ssi."
Tapi pertahanan keras perlu dibangun untuk tidur yang berkualitas, bukan?
"Cuci piringnya dan kau akan bangun dengan segar bugar."
Sial. Seungyoun benci diintimidasi. Benci sampai pada titik ia hilang kontrol dan--
"Aku tidak suka diperintah kecuali dalam keadaan telanjang, Seungwoo hyung."
--mengatakan hal yang tidak masuk akal.
Seungwoo terkejut, tapi tidak cukup terkejut utuk sekedar mengulas seringai tampan. Seringai favorit sekaligus yang paling dibenci Seungyoun.
"Siapa? Aku atau kau yang telanjang?"
Seungyoun melebarkan kelopak mata.
"Oh, apa mungkin kau yang ingin telanjang sendiri atau aku yang harus menelanjangimu, Cho?"
See? Itu tadi Han Seungwoo dan mulut kotornya.
"Hyung, please?"
"Aku yakin semua sudah tidur. Sekalipun ada yang masih terjaga, aku jamin itu bukan Hangyul yang akan menertawakanmu mencuci piring tanpa sehelai benangpun. Jadi?"
Seungyoun semakin bergidik dan menyesal telah diberikan mulut sial yang sulit sekali dikontrol ketika tangan Seungwoo berpindah dari piring porselen ke arah jari-jarinya yang mungil sambil mengelusnya sensual.
Sial. Sial. Sial.
"Ehm, hyung?"
"Sendiri atau kutelanjangi, Seungyounie?"
Merinding. Menggigil. Panas. Han Seungwoo dan sentuhannya. Han Seungwoo dan kalimat-kalimat seduktif lagi kotor miliknya. Semuanya menyiksa Seungyoun sampai ke tulangnya.
"Se-sendiri, hyung."
Seungyoun segera menarik tangannya dari jangkauan Seungwoo dan segera mengambil piring-piring yang ada di meja ketika yang lebih tua tersenyum tipis dan melonhgarkan genggamannya.
"Deal. Aku hanya akan melihatmu dari sini, jadi kau tidak perlu khawatir tentang bercinta di wastafel sambil bermain busa pencuci piring denganku, ok?"
Han Seungwoo dan dominasi yang tak bisa dilawan, Seungyoun membencinya. Bukan Han Seungwoo dan yang ada padanya. Melainkan kelemahannya pada perintah sang leader yang selalu tidak pernah bisa disanggah olehnya.
.
W/N: heeee yg kotor omongan woo doang sih ya 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST ONE ✔
NouvellesSHORT STORIES FROM THE LEADER AND HIS BELOVED ALL-ROUNDER. X1'S HAN SEUNGWOO - X1'S CHO SEUNGYOUN. RYEONSEUNG. WOO AND YOUN.