DAY AFTER TOMORROW

1.4K 291 69
                                    

Disarankan sambil memutar lagu 'Untuk Perempuan Yang Sedang Dipelukan – Payung Teduh'

.

Seungyoun tersentak ketika sebuah tangan meraih ponsel yang sejak tadi digenggamnya dan disimpan dalam saku celana. Milik Seungwoo tentu saja. Siapa yang berani bertindak seperti itu padanya jika bukan sang leader? Menghela nafas, Seungyoun memutar badannya lalu menarik lengan Seungwoo dengan kencang hingga berakhir dengan posisi memeluk pria yang lebih tua. Seungwoo yang sempat terkejut, kini kedua lengannya ikut melingkari punggung Seungyoun, melenyapkan jarak dan mengeratkan pelukan.

"Melihat berita lagi, hm? Aku sudah peringatkan untuk tidak mengecek ponselmu."

Seungyoun mengangguk dua kali, mengiyakan. Sudah tertangkap basah. Tinggal mengaku saja, bukan?

"Sudah kuduga kau akan selalu jadi member yang paling susah diatur, Han Seungyoun."

Seungyoun mendongak dengan pandangan kesal. Hidungnya sempat menyentuh dagu Seungwoo kasar karena bergerak tiba-tiba. Seungwoo hanya meringis geli melihat wajah merajuk dengan bibir yang mengerucut milik Seungyoun.

"Aku Cho, hyung! Aku tidak mau jadi adik Seonhwa noona!"

"Kalau begitu jadi adik iparnya mau?"

Seungyoun buru-buru menyembunyikan wajahnya di pundak Seungwoo. Malu? Sudah pasti. Ini seperti lamaran, walaupun bercanda. Tapi serius juga Seungyoun tetap malu. Bahkan ingin sembunyi di kutub selatan, jika ia bisa. Seungwoo tidak pernah kehabisan akal membuat Seungyoun kesulitan menyembunyikan rona wajahnya yang tersipu.

"Seungwoo hyung?"

"Hm?"

Seungwoo menepuk-nepuk punggung Seungyoun pelan, sesekali mengusap rambut sang all-rounder dan membenarkan posisi mereka yang masih merengkuh kehangatan masing-masing. Angin malam di musim gugur memang cukup dingin untuk menyapa kulit mereka.

"Apa yang lain sudah tidur?"

Seungwoo menjawab dengan gumaman pelan.

"Ini sudah hampir tengah malam, magnae line kita sudah terlelap di bawah selimut saat aku memeriksa kamar mereka. Yohan dan Hangyul sepertinya masih belum selesai dengan urusan menenangkan diri bersama Wooseok. Dan seseorang membuatku harus memeluknya karena ia nekat membuka portal berita dan media sosial. Membuang-buang waktu untuk membuat dirinya sendiri merasa cemas."

"Memangnya hyung tidak takut menghadapi esok hari?"

Seungwoo tertawa pelan. Sangat pelan seperti desisan angin malam yang membelai rumput di halaman asrama mereka saat ini. Lalu tak lama kemudian Seungyoun memejamkan kedua matanya. Tangannya mencengkeram pinggang Seungwoo saat dirasa pucuk kepalanya bersentuhan dengan bibir Seungwoo.

"Tentu saja aku khawatir, Youn-ah. Tapi sekarang aku punya lelaki yang sedang ada dalam pelukanku. Itu sangat membantu, kau tahu?"

Seungwoo bisa merasakan Seungyoun tersenyum. Kalau bisa, ia ingin melihat gigi kelinci itu mengintip dari lengkungan bibir lelaki yang lebih muda. Tapi, tentu saja Seungwoo lebih memilih tetap pada posisinya kali ini. Berpelukan adalah favorit mereka.

"Kau tahu, Seungyounie? Apapun yang terjadi besok, aku percaya tidak akan ada yang berubah. Aku percaya pada kalian dan penggemar kita."

"Ya, tentu saja aku tahu. Karena leader keras kepala ini pasti bisa menjagaku dan yang lainnya. Juga fans kita yang sangat banyak di seluruh dunia."

Seungwoo tertawa lagi. Seungyoun memang yang terhebat untuk obat penghilang kecemasan atau penghangat tubuh dan pembangkit energi. Seperti sekarang, di penghujung malam dengan angin musim gugur yang memeluk keduanya. Seungwoo mendongak sambil mendorong pelan tubuh Seungyoun hingga sedikit berjarak darinya.

"Lihatlah, Youn-ah. Bintang malam ini sedikit sekali."

Seungyoun ikut memandang langit dengan kerutan di dahinya.

"Mendung, hyung?"

"Bukan. Bukan karena mendung."

Seungyoun menatap Seungwoo penasaran. Yang lebih tua perlahan menangkup kedua pipi Seungyoun dalam genggaman. Membuat Seungyoun sepenuhnya memusatkan perhatian pada kedua iris kelam Seungwoo yang serupa pemandangan langit malam di atas mereka.

"Mereka malu dan memilih bersembunyi di matamu, Youn-ah."

Detik berikutnya, sebuah cubitan pedas menghampiri perut Seungwoo. Vokalis utama itu memekik nyaring dan meringis kesakitan dengan satu tangan mengelus bekas cubitan miliknya berulang-ulang. Seungyoun hanya mencebik dan itu sama sekali tidak membantu Seungwoo menghentikan rasa panas di kulitnya.

"Sakit, Cho Seungyoun! Jari-jari kecilmu itu benar-benar."

"Rasakan! Siapa yang menyuruhmu menggombaliku seperti anak muda, dasar tidak sadar umur!"

Seungwoo mengulas senyum tipis.

"Aku hanya ingin membuat suasana hati kita lebih baik, Seungyounie. Kau terlihat begitu cemas karena berita tentang voting dan segala hal tentang kita yang akan muncul besok. Aku tidak akan berbohong karena aku juga merasa takut dan khawatir. Anggap saja kita ini sedang dalam pelarian sejenak."

Seungwoo bisa melihat pelupuk mata Seungyoun mulai berkaca-kaca. Mungkin satu kedipan bisa membuat bendungan itu runtuh. Tangannya bergerak dengan sendirinya menyentuh ujung mata Seungyoun, menghapus cairan bening itu dari sana sebelum jatuh dan mengaliri pipi pucat itu.

"Jika bisa, aku tidak ingin hari itu tiba. Aku ingin melompatinya, Seungwoo hyung."

Seungwoo menggeleng sambil tetap mengelus pelan satu sisi pipi Seungyoun, sedang tangannya yang lain berada di pinggang lelaki di depannya itu.

"Tidak. Kau, aku, dan yang lain tidak boleh dan tidak akan lari. Kita akan menghadapinya bersama-sama besok, ok?"

Seungyoun mengangguk mantap. Leader mereka memang selalu bisa membuat semua hal yang akan terjadi baik-baik saja. Tidak akan ada yang berubah, Seungyoun juga akan percaya pada hal itu. Ada Seungwoo dan yang lainnya. Mereka pasti bisa melewatinya.

"Seungwoo hyung?"

"Hm? Sudah mengantuk? Ingin tidur sekarang?"

Seungwoo bisa melihat Seungyoun tersenyum padanya dengan hidung yang masih memerah.

"Aku terima tawaran hyung."

"Hah?"

Seungyoun melingkarkan kedua lengannya di leher Seungwoo, lalu mendaratkan sebuah kecupan di bibir lelaki yang lebih tua.

"Aku mau jadi adik ipar Seonhwa noona mulai besok lusa."

.

.

.

W/N:

Hanya butuh melampiaskan kecemasan mengenai 'hari esok'. Dan terima kasih untuk semua yang sudah menengok The Most One hingga bisa menyentuh angka 10k kali dilihat. Thank you pals.

 Thank you pals

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MOST ONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang