INK 🔞

3.8K 348 53
                                    

All hail dirty-mind.

.

"Saat itu, apa yang kau pikirkan?"

Menarik diri dari sebuah rengkuhan yang menghangatkan bahunya, Seungyoun melempar perhatiannya pada Seungwoo yang baru saja bertanya padanya. Alisnya berkerut, seolah berbalik mengajukan pertanyaan, bukannya menjawab. Karena pada dasarnya, yang dirangkul belum paham maksud dari yang merangkul.

"Saat melihatku dengan benda-benda itu, Seungyounnie."

"Oh."

Hidung bangir Seungyoun mendapat jawilan gemas tiba-tiba. Seungwoo baru saja memutar tubuh hingga benar-benar menghadapnya penuh. Tak lupa tatapan penuh harap menunggu jawaban pemuda yang lebih muda.

"Jangan hanya 'oh'. Aku menunggu."

Dibalas kekehan singkat yang mengalun dari bibir Seungyoun.

"Hyung yakin ingin tahu?"

"Tentu saja. Jadi, apa jawabannya?"

Bukannya menjawab segera, Seungyoun lebih memilih membuka kancing kemeja Seungwoo dari atas, satu persatu, perlahan-lahan. Sembari mendorong sedikit demi sedikit tubuh yang lebih tua, sampai punggung Seungwoo menyentuh sandaran sofa yang mereka duduki. Posisi Seungyoun yang sedikit berada di atas Seungwoo memudahkannya menyibakkan pakaian yang membalut lelaki yang lebih besar.

Kini tinta hitam yang tercetak permanen di dada kanan itu benar-benar terlihat seluruhnya. Jemari Seungyoun tidak bisa menunggu lama untuk menyentuhnya, meraba satu persatu huruf berwarna hitam itu dengan perlahan menggunakan telunjuknya. Seungwoo yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Ia tahu benar lelaki yang tengah menindih sebagian tubuhnya itu sangat mengagumi setiap ukiran tinta permanen yang tertanam di kulitnya.

"Seungwoo Hyung?"

"Hm?"

"I want to lock you up, can I?"

"Sure, if it's you who want to."

"How about lock you up with lick you first?"

"Not now, Youn-ah."

Seungyoun mendengus geli.

"Kau tahu, Hyung? Rasanya aku selalu ingin mengumpat."

Mata Seungyoun berpindah, dari tulisan di dada kiri, menuju pundak kanan Seungwoo. Jejeran angka tak terbaca itu menarik perhatiannya. Sampai detik berikutnya, lelaki bermata tajam itu bergerak lebih ke atas. Berusaha keras, hingga bibirnya mengecup pundak Seungwoo dengan intens, seakan berusaha membasahi goresan tinta hitam lain di sana.

"Rasanya aku harus mengumpat jika melihat hiasan favoritku ini harus ditutupi dengan pakaian. Apalagi benda sialan bernama plester itu."

Seungwoo tertawa kecil Tangannya yang sedari tadi tak bergerak, perlahan menyapa pinggang lelaki di atasnya. Kemudian remasan pelan membuat Seungyoun tersentak hingga tak lama, pakaian tidur berwarna hitam yang dikenakannya terangkat. Menunjukkan sebuah lukisan berbentuk senjata api mengarah ke bawah pinggulnya.

"Hyung!"

Pekikan Seungyeon terdengar ketika Seungwoo meremas pinggulnya lebih dan meraba pelan tato pistol di pinggangnya.

"Aku bersyukur kau melukisnya di sini, Seungyounnie."

"Mengapa?"

Seringai tipis timbul dari lengkungan bibir Seungwoo saat Seungyeoun hampir saja mengerang.

"Karena saat aku menyentuh dan menekannya, kau selalu menjerit seperti itu, Youn-ah. Dan aku akan dengan senang hati mendengar suaramu. Like it's the love shot!"
.

.

.

W/N:

I don't know what i just wrote buy still their tattoos got me crazy! Let's change into mature for this one 😭

THE MOST ONE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang