.
Jika sebagian besar pria dewasa menganggap bahwa harta, tahta, dan wanita adalah godaan terbesar, itu tidak berlaku untuk Han Seungwoo. Godaan dan segala hal yang membuat dunianya berpusat juga bisa membuatnya serasa berhenti berputar ada pada tiga hal lain. Itu semua adalah Seungyoun, Cho Seungyoun, dan Han Seungyoun—jika suatu hari ia boleh menyelipkan nama depannya di sana.
Bagaimana tidak? Semesta tidak pernah bercanda padanya jika itu menyangkut pria yang sedang mematut di depan cermin di satu ruang bersamanya. Misalnya saja hari ini. Apa ini semua permintaan Seungwoo untuk bisa berada pada satu acara dengan Seungyoun? Tentu tidak. Bahkan, jauh-jauh hari mereka berada di tempat yang sama, menghirup udara yang sama. Hanya saja takdir belum mau membuat mereka bisa saling melempar pandangan juga menebar senyum dan sapa bersama-sama.
"Seungwoo hyung?"
Oh, lihatlah rambut hitam yang sedikit ditata sedemikian rupa hingga membuat keindahan Seungyoun berlipat ganda. Seungwoo bahkan merasa sulit hanya untuk sekeddar mengulum senyum. Jangan tanya soal pujian karena bibirnya kaku. Seungyoun dan keindahannya adalah bius terbaik.
"Hyung? Aku tanya bagaimana penampilanku. Mengapa masih diam? Bajuku tidak bagus? Aku harus menggantinya?"
Seungwoo mendekat, mengikis jarak diantara keduanya. Tangannya terangkat menyentuh kedua sisi wajah Seungyoun. Berapa kali menggerakan wajah Seungyoun ke kanan dan ke kiri hingga membuatnya tak tahan untuk semakin mendekatkan dirinya. Hidungnya sudah menyentuh milik yang lebih muda, menggesekkannya perlahan. Percaya atau tidak hal itu adalah favorit Seungwoo. Wlaupun apapun yang dilakukannya bersama Seungyoun adalah favoritnya, meskipun hanya bernafas dan berada di ruang yang sama.
"Kau yang terbaik. Selalu. Jangan merasa cemas. Kau yang paling menarik dari semua hal di seluruh dunia, Seungyoun-ah."
.
Seungwoo yang tiba-tiba saja mengulurkan tangan kirinya membuat Seungyoun mengernyit heran.
"Mau jalan sambil pegangan tangan sampai bawah, Seungyounnie?"
Serius, itu bukan candaan Seungwoo. Sang leader ini benar-benar ingin bergandengan dengan Seungyoun-nya. Kalau boleh untuk show-off, mengumumkan pada dunia bahwa Seungyoun ini punya Seungwoo, miliknya, satu-satunya. Dan alasan lain yang lebih penting adalah Seungwoo ingin memegang jemari Seungyoun, yang lebih kecil dari jari-jarinya, yang selalu membuatnya ingin melindungi sang pemilik. Itu seperti Seungyoun, manis dan hangat. Dan Seungwoo ingin menggenggamnya sampai tua.
"Tidak boleh, hyung. Off-cam saja, ok? Kau boleh memelukku juga setelahnya."
Baiklah. Seungwoo tentu akan mengalah untuk mendapat hal yang lebih baik. Tidak perlu show-off, nanti juga dunia tahu. Atau mungkin mereka sudah sadar terlebih dulu tentang Seungwoo dan Seungyoun-nya?
"Hm, tambah satu ciuman ya?"
.
Ada hal-hal yang membuat Seungwoo tidak terlalu memperhatikan acara yang sedang diikutinya. Bukan Seungyoun—yang sedang asyik mengambil gambar Sejin si mantan rekan satu timnya dulu, tapi tentu saja ini semua masih tentangnya. Seungwoo beberapa kali mengecek ponselnya, membuka sebuah aplikasi berlambang burung gemuk berwarna biru. Di dalamnya tersebar ratusan foto untuk acara yang sama, hanya saja Seungwoo fokus pada tahun sebelumnya. Gambarnya dan gambar Seungyoun tersemat pada banyak cuitan.
"Youn-ah?"
Seungyoun menoleh sambil melempar senyum. Oh tidak, Seungwoo! Ini masih di tempat umum, di depan banyak orang. Kau tidak bisa seenaknya menggigit pipinya yang merona seperti buah persik itu sekarang. Rasanya Seungwoo ingin pulang saat ini juga. Tentu saja dengan menyeret Seungyoun bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MOST ONE ✔
Short StorySHORT STORIES FROM THE LEADER AND HIS BELOVED ALL-ROUNDER. X1'S HAN SEUNGWOO - X1'S CHO SEUNGYOUN. RYEONSEUNG. WOO AND YOUN.