Diusir?

11.1K 244 1
                                    


Aura pria di depan terlihat lebih berat. Ini seperti dia adalah orang cerdas yang menekan udara dengan keberadaan dan kecerdasan hanya dengan menatap orang-orang di sekitar. Gerak tubuhnya begitu dingin dan pelan, tapi entah kenapa tajam hingga membuat orang bertatap langsung pada gerak-geriknya.

Kulit Kirania berasa merinding, suara pria tersebut layaknya angin dingin menghembus telinga. Dia kembali bersembunyi di belakang Rafan untuk mengurangi efeknya.

"Hmn?" Pria di depan itu menyadari gerakan kecil ketika Kirania bersembunyi di balik tubuh Rafan, "Apa? Kamu ke sini ingin pamer pacar barumu."

"Dia bukan pacarku." Jawab Rafan dengan tegas tapi tetap mendatarkan nadanya.

"Heh," Jawab Kaivan sambil terkekeh sekali, "memang kelihatan juga, sih."

"..."

Kirania dan Rafan masih berdiri di depan, mereka tidak dipersilahkan duduk dan dibiarkan begitu saja. Walaupun sebenarnya ada sofa panjang di sisi tembok samping ruangan, tapi Rafan tidak mengantarkan Kirania ke tempat itu. Aura di sana mencegah mereka seakan membuat spekulasi kalau mereka duduk dan menyampingi Kaivan, membuatnya terlihat tidak sopan.

"Jadi, cewek yang kamu bawa sekarang itu punya sihir juga?" Tanya Kaivan memulai percakapan lagi.

"Iya." Jawab Rafan.

"Kalau begitu biarkan aku melihat, kenalkan cewek itu, dan tunjukkan kemampuannya padaku."

Rafan mendengar itu pun melihat ke belakang untuk mendorong Kirania keluar dari cangkang. Dari jarak dan suasana sepi seperti ini, tentu saja gadis tersebut juga ikut mendengarkan. Arti dari pandangan Rafan sudah jelas tersampaikan.

"Woi," Panggil Rafan berbisik dengan suara kecil pada Kirania tepat di balik bahunya, "Kalau kamu diam saja, ini gak akan selesai."

" Iya, aku ngerti." Jawab Kirania yang ikut berbisik, "Tapi, kamu jangan ke mana-mana, Raf."

"Enggak akan ... memangnya aku mau ke mana? Izin toilet?"

Mereka berdua sempat mulai perdebatan kecil lewat bisik-bisiknya. Namun ....

"Ehem ...."

"...!?"

"...!?"

Deham Kaivan mencegah mereka melanjutkan pembicaraan 'tak penting melebar ke mana-mana. Tatapannya dari jauh seakan mengatakan 'bisa selesaikan ini dengan cepat?' dengan wajah tajam hingga membuat Kirania bergetar.

Rafan pun kali ini menurut, dia maju satu langkah dan menyampingkan tubuhnya agar Kaivan bisa berhadapan langsung dengan Kirania. Sesaat gadis itu menahan Rafan menjauh, pegangan tangan Kirania membuat laki-laki itu tidak bisa berjalan lebih jauh.

Pada akhirnya, walaupun Kirania sekarang berhadapan wajah langsung, tapi Rafan masih ada tepat di samping sambil dipegang tangannya.

"..."

"..."

Suasana malah menjadi lebih canggung. Kirania tidak kunjung memulai perkenalan, dan Kaivan juga terus memandanginya dengan serius.

"Huft ... hah ..." Tarik napas Rafan di samping yang mulai kesal, "Namanya Kirania ...."

"Hn!?" Respons Kirania sedikit terkejut dan refleks melihat ke arah Rafan.

"Dia teman sekelas, umurnya juga mungkin cuman beda beberapa bulan, dan kemampuannya—. Ath, aw, aakhg!?"

Rafan terpotong dari kalimatnya karena rintihan kesakitan. Dia dengan segera melihat sumber rasa sakit, dan itu berada di cengkeraman tangan Kirania. Gadis tersebut mengubah pegangannya selama ini menjadi cubitan keras.

Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang