Cemburu

4K 102 2
                                    


Kirania melihat Rafan dalam posisi duduk, kursi yang dia pakai menghadap ke arah pintu keluar hingga mereka berhadapan langsung sekarang. Di ruangan tersebut tidak banyak sumber cahaya, maka ketika Rafan membuka pintu, ruas-ruas cahaya matahari mulai meneranginya.

Waktu hari ini masih cukup siang, cahaya tersebut cukup terang mengganggu penglihatan gadis itu hingga dia memicingkan mata melindunginya dengan telapak tangan.

Rafan pun tentu dengan jelas melihat reaksi tersebut. Dia berinisiatif untuk menutup kembali pintu ketika sudah masuk ruangan tersebut.

"Raf ... sebenarnya aku mau tanya, 'kamu mau apa ke sini' ..., tapi aku juga mau tanya yang lain dulu."

"Oh, silakan."

"Itu ... kamu, bawa anak siapa?"

"Hn? Ah ...."

Pada kedatangan Rafan hingga ketika masuk ke ruang ekskul, dia bersikap seolah tidak mempedulikan anak yang dia bawa.

"Kak, kak ... jalan, ayo jalan, jalan lagi ...."

Anak tersebut cukup kecil, mungkin masih berumur sekitar tiga tahun. Penampilannya didandani feminin, jadi bisa disimpulkan kalau anak tersebut berjenis kelamin perempuan.

"Namanya Azkia, anak bu Ana guru fisika. Katanya mau rapat sebentar, jadi aku suruh jagain anaknya." Jawab Rafan yang mengabaikan ucapan si anak.

Anak itu menempel di kepala Rafan, dia duduk di pundak dan terus menikmati pangkuan tersebut layaknya sedang mengendarai robot besar. Mungkin karena tubuh Rafan yang cenderung besar membuat anak itu bersemangat melihat dunia dari sudut pandang di atas.

"Kak, Kak!" Panggil Azkia yang mulai berteriak meminta perhatian, "Jalan ... Jalan~ ...."

Anak itu bersikap begitu manja, kata-katanya sangat mengikat dan bernada layaknya anak seumurannya. Sesekali dia menarik rambut Rafan dan mengarahkan kepalanya ke segala arah hingga benar-benar terlihat seperti si anak kecil mengendalikan robot besar.

"Jalan ke mana lagi? Sekarang sudah di dalam, mending turun saja dulu." Jawab Rafan yang mencoba tenang tidak terganggu.

"Enggak ... enggak mau." Jawabnya sambil terus memainkan rambut Rafan.

"Kakak mau duduk, nanti takut jatuh, 'kan Azkia?"

"Duduk saja~ ... nanti, nanti Azkia pegangan, kayak gini."

"Hgmn!?"

Anak itu berhenti memainkan rambut Rafan. Sebagai gantinya, kali ini Azkia memeluk kepala Rafan erat-erat, dia berusaha mengikatkan dirinya agar tidak jatuh tangannya yang melingkar membuat wajah ketua OSIS itu tertutupi sebagian. Kedua mata, dan juga mulutnya, pegangan Azkia malah membuat Rafan sedikit kewalahan.

Tapi, laki-laki itu tidak marah sama sekali. Dengan lembut dia mencoba menggeserkan letak tangan agar berhenti menghalangi mata dan mulutnya.

"Kakak duduk nih ... pegangan yang kuat." Ucap Rafan mengingatkan.

"Iya, sudah." Jawab Azkia dengan nada sedikit manja.

Rafan mulai menarik kursi lain di ruangan tersebut. Sambil berjalan, dia selalu memegang Azkia dengan satu tangan lainnya sebagai berjaga-jaga. Lalu, ketika dia hendak duduk, Rafan menguatkan penjagaan dengan menaruh kedua tangannya.

"Ahakh," Tawa Azkia sedikit tersedak ketika tubuhnya terguncang efek sentrifugal, Rafan yang menurunkan tubuhnya secara serentak untuk duduk adalah penyebabnya, "aha, ahaha ...." Namun, anak itu malah tertawa menikmati sensasi tersebut.

Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang