Kirania dan Rafan akhirnya sampai di lantai dasar. Mereka sekarang berada di aula besar yang penuh dengan berbagai acara khusus suatu organisasi. Dari tempat ini, hanya perlu beberapa menit lagi untuk mereka sampai di pintu keluar.
"Ah!?" Ucap Kirania sedikit berteriak.
"Gkgh!?" Lalu disusul dengan berdeham sedikit kaget dari Rafan.
Kirania menarik lengan baju laki-laki itu, dia menahan jalan Rafan agar terhenti.
"Sini, tunggu sebentar." Kata Kirania yang masih memegangi bajunya.
"Ada apa?"
"I-i-itu, kamu bisa antar aku sebentar ke sana?" Ucap Kirania sedikit gagap sambil menunjuk suatu tempat.
Rafan dengan refleksnya mengikuti arah telunjuk itu. Tapi, dia tidak menemukan sesuatu yang kira-kira bisa menarik hati perempuan. Di mata laki-laki itu hanya terlihat perkumpulan laki-laki dengan mobil antik mereka, salah satu organisasi yang sedang melakukan seminar, dan sales furnitur rumah berupa kasur dan sofa. Ketiganya itu ada di setiap sisi dan memenuhi masing-masing tempat aula yang sangat luas tersebut.
Jadi, Rafan pun memilih.
"Kamu mau ikut seminar di sana?" Tanyanya sedikit membelokkan kepala, "Atau mau cobain sofa empuk di sana?" Lanjutnya mengubah arah kepala ke sisi lain.
"Bukan ...!" Jawab Kirania dengan tegas sambil menggeleng, "Maksudnya ke tempat mobil-mobil itu."
"Mobil?" Rafan membuat wajah bingung melihat Kirania, "Kenapa mobil?"
"Itu bukan mobil biasa, 'kan? Itu mobil antik, lho ... keren, lho ...."
Kirania membuat wajah semangat, matanya terbinar-binar menahan hasrat terpendam seperti anak-anak yang senang melihat permainan baru.
"Hmn ... kalau gak salah mereka bukan sekali kumpul di sini. Harusnya kamu sudah tahu, 'kan? Kenapa kamu mau lihat sekarang?"
Maksud perkataan Rafan adalah acara dan perkumpulan mobil antik itu bukan merupakan sesuatu yang baru. Memang tidak rutin setiap minggu, tapi setidaknya satu kali di hari Minggu organisasi itu selalu muncul.
Kirania yang tinggal dan sekolah di tempat di kota ini seharusnya mengetahui hal tersebut. Mereka mengadakan perkumpulan dan memamerkan mobil antik tepat di aula besar dekat pintu utama, entah bagaimana mereka memasukkan mobilnya. Tapi yang penting, Kirania yang membeli alat gambar di sini seharusnya tahu, gadis itu mungkin punya jadwal rutin ke mall ini.
Oleh sebab itu, Kirania yang mengatakan ingin berkunjung ke tempat itu adalah hal aneh. Dia sendiri sudah sering bepergian ke mall selama dua tahun terakhir minggu pun menganggap hal ini biasa.
"Aku tahu ... aku tahu mereka suka muncul, cuman aku gak pernah ke sana langsung."
"Ke sana itu ... maksudnya?"
Kirania mengeluarkan Handphonenya, "Aku belum pernah foto mobil-mobil di sana, lumayan 'kan buat referensi gambar." Lalu lanjutnya sambil menaruh handphone tersebut sejajar dengan mulut dengan posisi siap memotret.
"Hmn ..." Rafan mencoba berpikir sambil melihat jam tangannya, "lama gak?"
"Sebentar, cuman sebentar, kok. Cuman foto dan aku langsung pulang."
"Kalau sebentar kenapa gak pergi sendiri saja?" Jawab Rafan sambil mengalihkan pandangan ke arah lain, "Aku bakal tunggu di sana sambil cobain sofa pijatnya." Ucapnya yang ingin menghindari tugas mengantar barusan.
"Anterin ... aku, aku gak mau ke sana sendirian."
"Hah ... lagi-lagi masalah gak mau sendiri." Gumam Rafan dengan nada pelan sambil membenarkan posisi tangannya yang sejak barusan dipegang Kirania, "Kalau kamu takut sendiri, kenapa kamu pergi ke sini sendiri? Ajak saja temanmu ... kayak si Intan, 'kan, buat antar kamu main ke mall gitu. Dan lagi, bukannya kamu sudah belanja alat gambar ini sendirian." Ucapnya sambil mengangkat sedikit belanjaan Kirania untuk ditunjukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!
RomanceM A T U R E Content ...!! Spin off dari 'Mind Taster'. Mengambil latar 3 tahun setelah 'Mind taster', tapi kalian masih bisa menikmati cerita tanpa membaca karya tersebut. ...