Sekarang hari Selasa, semua murid belajar di kelas bersama dengan gurunya masing-masing. Tapi, ada salah satu kelas yang menjadi pengecualian.
"Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima ... enam ... tujuh~ ... delapan."
Teriak bersamaan murid-murid di lapangan sambil melakukan gerak statis. Kepala ke samping, kepala ke depan, kepala ke belakang ... mereka semua terus bergerak meniru pemimpin di depan.
"Ehmn ... Hah ...."
Yah, benar ... mereka semua sedang senam. Beberapa dari mereka sudah kelelahan bahkan ketika setengah pemanasan telah berlangsung. Tidak seperti laki-laki yang bergerak penuh semangat, kebanyakan siswa perempuan lebih lemah secara fisik.
Gerakan kepala selesai, berganti ke tangan, lalu berganti ke pinggang, dan terus sampai ke kaki. Walaupun beberapa orang melakukan kegiatan tersebut dengan setengah hati, tapi tidak ada yang protes terhadapnya.
Setelah selesai, mereka pun membubarkan diri dari barisan dan membentuk dua kubu memisahkan rombongan laki-laki dan perempuan. Mereka duduk di tempat tertutup bayang gedung tanpa alas, menghadap guru yang berdiri di depan memimpin mereka.
Dengan pakaian training membaur dengan murid-murid, guru tersebut memegang buku tipis lalu berkata, "Anak-anak ... sekarang bakal ada tes lari dua puluh putaran."
"Hu ...."
"Hu ...."
Sorak murid-murid mengeluarkan reaksi malas dan ketidaksukaannya terhadap acara tersebut. Sebagian dari mereka terlihat serius, sebagian lagi hanya ikut meramaikan.
"..."
Dan tentu saja ... dari mereka juga ada beberapa orang yang tidak peduli hingga tidak merespons.
"Haa ... aah ...." Tarik nafas yang dilakukan salah satu teman perempuan, "Lari yah ... aku paling males tes lari. Dari semua tes olahraga, lari tuh yang paling cape. Iya 'kan, Nia?" Lanjut tanya teman tersebut sambil memalingkan wajahnya.
"..."
Namun, gadis yang diajak bicara masih memandang kosong, melamun tidak mengikuti kegaduhan murid maupun menjawab pertanyaan temannya.
"Nai? Kirania~ ...?" Panggil teman tersebut sambil sedikit mengubah nadanya.
"..."
Gadis tersebut masih diam. Dia duduk sambil memeluk kedua lipatan kakinya, membentuk lipatan tangan di atas lutut untuk akhirnya dia bertopang dagu di sana.
"Jangan banyak ngeluh. Kalau kalian beresin tesnya cepat, nanti waktu bebas buat mainnya banyak." Ucap guru di depan membalas reaksi keluh murid barusan, "Absen satu sampai sepuluh maju, siap-siap lari, sisanya tunggu di pinggir."
Mendengar perintah tersebut, semua murid di lapangan mulai mengangkat pantat dan meninggalkan lapangan. Beberapa dari mereka yang terpanggil juga mengambil jalan lain untuk bersiap di sudut lapangan. Tapi ....
"..."
Kirania masih melanjutkan lamunannya. Kali ini dia terlihat benar-benar terputus dari konsentrasi menghadapi lingkungan.
"Woi ...." Panggil teman tersebut sambil melambaikan tangan di depan wajah Kirania.
"Hh!?" Reaksi kaget Kirania yang akhirnya mengangkat wajah, "A-ah ... ada apa ..., ada apa, Intan?" Jawabnya sedikit terbata-bata melihat sekeliling.
"Kamu yang ada apa ... dari tadi kok melamun terus. Kamu sakit?"
"Enggak, kok ... enggak apa-apa."
Kirania menolak tindakan simpati dari Intan. Setelah tersadar, dia bangkit dari duduknya untuk menyusul murid-murid lain yang sudah berpindah ke pinggir lapang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!
RomansM A T U R E Content ...!! Spin off dari 'Mind Taster'. Mengambil latar 3 tahun setelah 'Mind taster', tapi kalian masih bisa menikmati cerita tanpa membaca karya tersebut. ...