Untuk Apa Dia Ke Sini

2.9K 95 2
                                    


Rafan menyadari perubahan emosi pada Kirania barusan. Dia berusaha melihat kilas balik dari kalimat yang keluar, meneliti kemungkinan kata kasar yang bisa melukainya.

"..."

Tapi, tetap tidak bisa ditemukan. Menurutnya pembicaraan itu tidak mengandung kata kasar atau hal sensitif lain.

Sebelum Rafan kembali berpikir lebih dalam, "Jadi, kamu mau apa sekarang, Raf? Pamerin anaknya bu Ana ke aku?" Kirania bertanya sambil berusaha menghilangkan getaran emosi barusan.

"Hn? Azkia gak boleh di sini?" Namun, yang menjawab adalah Azkia sendiri, anak itu bertanya sambil menengadahkan kepala ke atas bertanya pada Rafan.

"Ah, enggak, enggak ... enggak apa-apa, kok." Jawab Kirania sedikit panik untuk mengubah nadanya dari sedikit tenang menghadapi Rafan menjadi lembut menghadapi Azkia.

"Uu, uuumn ...." Azkia sedikit panik, dia merasakan getaran tak menyenangkan hingga membuatnya berlindung menyembunyikan wajah memeluk Rafan.

"Eh ...?"

Hal tersebut sedikit membuat Kirania bingung, ucapan yang dikiranya sudah selembut mungkin malah mendapat respons negatif seakan Azkia takut padanya.

"Tenang saja ... kamu bebas, kok. Mau main ke sini atau mau gambar di sini." Kata Rafan membantu Kirania sambil kembali mengelus kepala Azkia.

"Beneran?"

"Iya, beneran."

"Ehe, ehehe ..." Azkia merasa senang, semua tindakan Rafan membuat hati anak itu menjadi senang, "Kalau begitu Azkia mau gambar lagi, kak Rafan lihat, yah." Lanjutnya sambil kembali memegang pensil untuk melanjutkan menggambar.

Keadaan di sana kembali tenang, Rafan bisa mengendalikan emosi anak itu dengan baik. Namun, keadaan sekarang bukan berarti tidak berubah, kali ini tatapan Kirania yang menjadi sedikit kesal.

"Hn?"

Rafan menyadari tatapan itu, dia pun menjawab tatapan Kirania dengan sedikit mengubah garis wajah, layaknya mengatakan, 'ada apa?' pada gadis tersebut.

Kirania sadar dengan arti wajah tersebut dan mulai bertanya, "Kenapa kamu bisa ngomong sama dia, tapi giliran aku kok dia malah takut?"

"Karena kamu motong pembicaraan dia, itu malah bikin kaget. Dari awal Azkia ngomong sama aku."

"Kalau begitu kapan giliran aku bisa ngomong? Dia 'kan dekat terus sama kamu gara-gara kekuatanmu?"

"Oh ... jadi kamu mau ngobrol juga sama dia."

"..."

Rafan menarik kesimpulan dari kata-kata berputar dari Kirania. Bicara soal cemburu, ternyata bukan Azkia saja yang mengalaminya, tentu Kirania pun bisa merasakannya. Rafan mengira kalau Kirania juga ingin ikut bicara, tentu saja itu hal yang wajar untuk beberapa orang yang punya ketertarikan pada anak kecil.

Rafan sedikit menggeser membenarkan posisi duduknya karena sedikit pegal. Dia pun melihat ke Azkia yang sedang fokus menggambar, gerakan dan lirikan Rafan sudah cukup untuk mendapat perhatian anak di pangkuannya.

Ketua OSIS itu mengajak bicara Azkia, ucapannya begitu lembut walaupun masih disertai nada datar, intinya berbeda dengan nada bicaranya ketika bicara dengan Kirania. Inti dari ucapan Rafan adalah mencoba membujuk Azkia untuk bermain dan akrab dengan Kirania juga.

"Azkia, kamu bisa pindah sebentar? Main duduk sama kakak yang di situ?" Ucap Rafan sambil menunjuk dengan pandangan ke arah Kirania.

Awalnya anak itu terlihat ragu-ragu, dia enggan berjauhan dengan Rafan. Di sana Kirania sendiri juga berusaha tidak memaksa Azkia, dia dengan usahanya menyuruh Rafan untuk berhenti mendorong Azkia jika dia tidak suka.

Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang