Kirania sampai di ruangan dalam TK, pintu terluar itu mengarahkan dia ke ruang tamu.
Ah, ketemu.
Lalu, dengan cepat dia menemukan kotak P3K tersebut. Letaknya ada di lorong luas yang menghubungkan ruang kelas dengan ruang tamu. Akan tetapi ....
Tinggi banget, kok kotaknya ditaruh tinggi-tinggi, sih?
Entah apa pikiran orang yang menaruh kotak tersebut, tapi letaknya sangat tinggi untuk dijangkau orang biasa. Bahkan, letaknya jauh di atas kepala Kirania yang tingginya 164 cm.
"Hng! Hnghm ...! Hgngh ... hah ... hah ...."
Beberapa kali Kirania berjinjit mencoba meraih kotak tersebut, tapi naas tingginya tidak cukup untuk menyentuh gagang kotak tersebut.
Mencoba berpikir, Kirania pun mencari sesuatu yang bisa dipakai pijakan. Dia berbalik kembali ke ruang tamu, tapi di sana hanya ada sofa yang tentu saja tidak mungkin digeser begitu saja untuk dijadikannya pijakan.
Mungkin di dalam kelas ada kursi.
Itu yang dipikirkan Kirania, lalu dilanjutnya berjalan cepat menuju ruang kelas. Namun, sesaat setelah menghampiri pintu masuk kelas tersebut, Kirania terhenti ....
"Nia ... kamu lagi apa?"
"Hh!?"
Karena tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh suara berat.
"Kenapa kamu cari-cari sampai ke sana? Kotak obatnya ada di sini."
Rafan masuk ke dalam bangunan TK, dia berjalan sambil bertanya arti tindakan Kirania. Laki-laki itu dengan santainya meraih kotak obat dan mengambil povidone iodine di dalamnya.
"..."
"..."
Tentu saja, dengan tubuh tinggi Rafan, kotak obat tersebut bisa diraihnya dengan mudah.
"..."
Kirania berjalan berbalik, sekitar jarak tiga meter dari tempatnya berdiri dan mulai menghadap langsung dengan Rafan.
"..."
"..."
"Ada apa?"
"A-aku bisa ambil sendiri, kok. Kamu gak usah bantuin juga aku bisa." ucap Kirania dengan nada sedikit mengancam.
"Huh?"
Reaksi yang dibuat Rafan cenderung mengarah ke bingung. Dia tidak mengerti maksud dari suara tinggi yang dilontarkan padanya.
"Heh, kalau gitu, coba saja ambil sendiri." ucapnya sambil menaruh kembali povidone iodine tersebut.
Namun, di dalam hati Rafan, terdapat perasaan kesal karena niat membantunya malah dibalas dengan sikap buruk.
"Tu-tunggu, Raf! Kenapa kamu malah taruh obatnya di tempat yang lebih tinggi!?"
Bukan di dalam kota, melainkan di atas kotak. Rafan sengaja membuat kesulitan pengambilan obat itu lebih tinggi untuk menghancurkan jawaban buruk Kirania yang diterimanya barusan.
"Kamu sendiri kenapa—."
Bugh.
"Mbuft!?"
Rafan menerima pukulan di perutnya. Kirania yang kesal dengan sikap balas Rafan melampiaskannya dengan kekerasan fisik. Di mata Kirania, tindakan tersebut sangat menjengkelkan dan menghina secara langsung tinggi badannya yang termasuk pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!
RomanceM A T U R E Content ...!! Spin off dari 'Mind Taster'. Mengambil latar 3 tahun setelah 'Mind taster', tapi kalian masih bisa menikmati cerita tanpa membaca karya tersebut. ...