"Uhukh ... uhuk ...."
Beberapa setelah batuk terakhir, Rafan pun mulai berdiri walau masih menahan rasa sakit di perutnya.
"Hah ... hah ..." napas Rafan masih menstabilkan kondisinya, "Selama hidupku ... dan selain oleh ibuku, baru kali ini aku dipukul sama cewek." Ucap Rafan bergumam keras agar Kirania mendengar.
"Hng!?"
Kirania bisa mendengarnya, respons cemberutnya kini bertambah besar, malah mengarah ke emosi lain seperti kekesalan dan kemarahan.
"Terus apa? Kamu mau dapat pukulan kedua sekarang?" Ancamnya sambil mengepalkan tinju kecil di tangannya.
Rafan menyadari ancaman tersebut, dia mencoba tidak memprovokasi gadis itu lebih jauh. Tapi, kenyataan kalau Rafan masih tidak mengerti kesalahannya tidak terbantahkan. Wajahnya masih datar dan tidak menimbulkan ekspresi berdosa sama sekali, walaupun terkadang secara bias dia menunjukkan respons kesakitan.
"Memangnya salahku apa? Aku cuman ngajak ngobrol cewek barusan."
"Salahmu itu karena gak ngerasa kalau kamu itu salah!? Maksudku ... kenapa kamu manfaatin cewek itu? Tadi ... kamu ... ambil kesempatan, 'kan? Buat bisa dekat-dekat sama cewek ... pakai kekuatanmu. Iya, 'kan!?"
"Hah ..." Napas Rafan mengeluh karena sikap merepotkan Kirania, "Bisa gak kamu gak cerewet tentang itu lagi? Setidaknya dengerin dulu penjelasanku barusan."
"..."
Kirania sedikit tenang melihat sikap Rafan yang tidak melawan balik. Gadis itu mulai mengendurkan ekspresi wajah dan menurunkan tinju kecilnya barusan.
Wajah dan mata Rafan tidak mengarah pada Kirania, laki-laki itu lebih memilih bergeleng-geleng mencari benda yang terjatuh. Botol sihir yang sebelumnya terlepas dari tangan ingin dia pungut.
"Humn," Responsnya ketika menemukan botol itu dan berusaha memungutnya dari tanah, "botol ini bakal menghisap emosi positif, 'kan? Kemampuanku bisa bikin orang menyukaiku bahkan sampai pada tahap cinta. Jadi, aku coba tes dan hasilnya aku bisa ambil emosi cewek barusan."
"Hn? Hmn ...?" Respons Kirania memiringkan kepalanya.
Rafan menunjukkan botol tersebut, di sekitar botol tersebut ada satu bola cahaya kecil yang berputar mengelilingi benda tersebut.
"Kamu lihat, cahaya ini itu emosi positif yang dikeluarin cewek tadi, dan kalau dikumpulin—."
*Whoush ....
"Ah?"
Saat tengah bicara, bola cahaya kecil yang sebelumnya mengelilingi botol itu pun terbang menjauh. Gumpalan menyilaukan tersebut tidak masuk ke botol, melainkan pergi mengarah pada siswa perempuan barusan.
"Ah ... ternyata memang tidak mungkin berjalan semudah itu." Gumam Rafan melihat peristiwa tersebut.
"Apa? Aku masih gak ngerti."
"Intinya cara yang aku pakai barusan itu gak valid. Energi barusan gak mau masuk ke botol dan terbang lagi. Iya ... lagipula kekuatanku cuman bikin ilusi, kebahagiaan yang dia rasakan juga sebatas ilusi sementara."
Kirania menyipitkan matanya, ekspresi gadis itu melihat bingung dengan pembicaraan Rafan yang cenderung berjalan satu arah. Dia masih tidak mengerti dengan kata sihir dan kekuatan, tapi tetap ada satu hal yang tersampaikan padanya.
"Kekuatan kamu gak bisa dipakai buat isi botol itu. Begitu maksudnya, 'kan?" Tanya Kirania memastikan.
"Barusan sih iya. Tapi, aku baru pakai dan bikin cewek itu kagum layaknya cewek kagum ke artis dan bahagia waktu ketemu mereka. Aku masih bisa ke tahap lanjutan dan bikin cewek itu cinta mati sampai pelukan dan ciuman bisa membuatnya pingsan—."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi ...!
RomanceM A T U R E Content ...!! Spin off dari 'Mind Taster'. Mengambil latar 3 tahun setelah 'Mind taster', tapi kalian masih bisa menikmati cerita tanpa membaca karya tersebut. ...