CHAPTER 27

3.8K 177 7
                                    


Ethan kembali meringis merasakan peluru panas yang menembus tepat di dada sebelah kanannya lagi. Ia perlahan mengalihkan matanya menatap Sean, ia sedikit tersenyum dengan darah yang mengalir melalui mulutnya.

"S..su..sudah.. se..t..timpal.." gumam Ethan pelan dengan sangat terbata-bata. Rasa pedih dan nyeri itu menjalar di sekujur tubuhnya, hingga ia tak kuasa meringis menahan sakit yang aman dalam ini.

Sean hanya menatapnya dalam diam, tetapi sebenarnya ia sangat geram. Bahkan ia sudah mati rasa, tidak merasa kasihan melihat Ethan yang kesakitan seperti itu.

"Masih kurang!! Kau tidak pantas hidup. Lebih baik kau mati, dari pada kembali hidup dan kembali meneror putriku dan calon menantuku!" Ucap Sean membalas gumaman Ethan.

Willie hanya diam memperhatikan mereka berdua. Sebenarnya ia juga merasa kasihan, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa jika Ayahnya yang sudah bertindak. Jika Willie yang berada di posisi Sean, ia akan melepaskan Ethan, karena dia rasa, siksaan ini sudah cukup membuat Ethan segan dan takut untuk menganggu keluarga mereka lagi.

Tetapi Ayahnya sudah pernah berjanji pada Istri dan Anaknya, jika ada penganggu ataupun peneror keluarga mereka, ia tak segan melenyapkannya. Dan semua yang pernah mencari masalah pada keluarga mereka, selalu berakhir dengan kematian yang tragis, yang di buat oleh Sean Ayahnya.

"Ayah.. stop it!" Perintah Willie merasa kasihan.

Sean balik menatap Willie, dan ia tersenyum kepada Putranya. "Aku berhenti jika ia sudah tak bernyawa." Jawab Sean.

Masih dengan posisi berdiri dan pistol masih ia arahkan ke kepala Ethan, Sean pun kembali menarik pelatuknya. Tetapi tiba-tiba tangannya terhenti saat mendengar suara langkah dan nafas memburu. Di belakangnya sudah ada Willia dan Rival yang sudah menatap Ethan dengan rasa kasihan.

"Ayah.." lirih Willia berharap Ayahnya masih mau mengampuni Ethan.

"I'm sorry, sweet.." gumam Sean. Tak sengaja ia melepaskan pelatuknya dan peluru tepat menembus jidat Ethan.

Sementara Willie hanya menundukkan kepalanya menyaksikan itu.

Mata Ethan tetap terbuka, tetapi nyawanya sudah melayang. Dan inilah akhir dari kisah hidup dan kisah perjuangan Ethan untuk merebut Willia. Dan semua yang di lakukan terhitung sia-sia!

Rival yang menyaksikannya hanya bisa diam dan kembali mengenang masa dimana keakraban nya bersama Ethan.

"I know you are a good person.." gumam Rival sembari ia tersenyum lirih menatap jasad Ethan.

☘️☘️☘️

"Tidak mengapa, ini sudah keputusan Sean untuk meleyapkan Ethan. Ayah mana yang mau putrinya di teror terus menerus. Dalam kasus kepolisian pun, Ethan tetap mendapatkan hukum mati. Karena ia telah melakukan pembunuhan berencana, walaupun korban hanya terluka, tetapi hukum tetap hukum. Pembunuh berencana adalah kasus terberat di lembaga kepolisian." Ucap Andrea menerangkan mereka yang berada di ruang keluarga.

Willia sedari tadi hanya diam dengan air mata bercucuran. Bagaimana pun juga, Ethan pernah menjadi sahabatnya, pernah menjadi sosok pelindungnya dan pernah menganggap Willia seperti adiknya. Hanya karena perasaan yang mengubah semuanya hingga menjadi permusuhan. Tetapi Ethan tetap Ethan, Willia tidak pernah menilai kejahatan Ethan di matanya, karena ia tahu, Ethan sudah di kendalikan dengan emosi dan keegoisannya.

Ia juga harus menerima apa yang Ayahnya lakukan pada Ethan. Mungkin ini yang terbaik untuk Ayahnya, karena ia tahu bahwa Sean tidak mau kejadian penculikan dan rencana pembunuhan itu terjadi kembali pada Putri dan calon Menantunya. Karena Sean adalah sosok Ayah yang sangat mencintai dan menyayangi keluarganya, ia tidak mau sampai terjadi apa-apa pada keluarganya.
Dan Willia sangat menghargai itu.

Willia's LOVE Journey ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang