CHAPTER 30

3.9K 199 2
                                    


1 minggu kemudian..

Willia sedang melahap habis makanannya. Tidak biasanya ia makan serakus ini, bahkan kali ini ia bisa makan dua kali lipat dari porsi sesungguhnya.

Saat Willia menimbang berat badannya pun, berat badannya naik 3 kg! Bayangkan saja, hanya dalam waktu 1 bulan terakhir, timbangannya naik 4 kg.

Sebenarnya ada apa yang terjadi? Mengapa nafsu makannya naik secara tiba tiba.

Willia mengakhiri acara makan makannya, ia membereskan semua bekas makannya dan membuangnya ke tempat sampah.

Hari ini Willia sedang berkantor. Pekerjaan Kantornya cukup menumpuk, sepertinya ia akan kerja lembur hingga malam.
Sebenarnya ia merasa kelelahan, tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan itu tidak bisa di tinggalkan. Bisa di tunda, tetapi Willia tidak suka menunda-nunda pekerjaan, karena akan semakin memakan waktu.

Jadi lah sekarang ia kembali bergelut dengan data data yang berserakan di atas mejanya.

Tiba tiba pintu ruangannya terbuka. Di sana sudah ada Rival yang tersenyum menatap ke arahnya.

"Merindukanku, Nona?"

Willia hanya terkekeh mendengar pertanyaan penuh percaya diri itu, tetapi memang betul adanya, bahwa saat ini ia memang merindukan calon suaminya itu!

"Sangat merindukanmu!" Jawab Willia.

Rival ikut terkekeh, cepat cepat ia berjalan ke arah Willia dan memeluknya dari samping.

"Bagaimana harimu? Ku lihat hari ini kau keliatan sangat lelah, wajahmu sedikit pucat!"

Willia tersenyum kecil mendengarnya, "entahlah, kepalaku sedikit pusing, dan tubuhku sedikit merasa lelah."

Mendengar itu, Rival langsung meletakkan telapak tangannya di jidat Willia. Ia memeriksa suhu badan Willia.

"Tidak panas ataupun hangat!" Ucap Rival.

Willia menarik tangan Rival yang berada di jidatnya dan ia menggenggamnya. "Aku tidak sakit, mungkin aku kurang istirahat saja."

Rival hanya mengangguk. "Baiklah kalau begitu sayang, apa kau sudah makan?"

Belum sempat Willia menjawab, tiba tiba Willia merasa makanan di perutnya seakan naik ke tenggorokannya. Ia berdiri dan berlari menuju ke toilet, di ikuti Rival di belakangnya yang terlihat sangat panik.

"Hey sayang, ada apa?" Teriak Rival di belakangnya.

Sesampainya di wastafel, Willia memuntahkan lendir bening, tak ada bentuk hancurnya makanan, hanya lendir bening yang ia muntahkan.

Melihat itu, Rival langsung memijat punggung Willia dengan lembut, agar perasaan Willia membaik.

"Muntahkan semua sayang.."

Willia hanya mengangguk, perutnya sudah seperti terkocok-kocok. Ia bahkan merasakan mual yang amat dasyat.

"Kita harus ke rumah sakit sayang, kau sakit!" Seru Rival khawatir.

Willia membersihkan mulutnya dan melap nya dengan tissue. Setelah selesai, ia balik menghadap ke arah Rival.

"Bagaimana perasaanmu? Kita ke rumah sakit saja sayang, aku takut terjadi apa-apa padamu! Sepertinya kau sakit."

Willia tersenyum kecil dan mengangguk. "Iya sayang, tidak usah takut! Ayo kita berangkat!"

Rival mengangguk, ia langsung menarik tangan Willia dan di bawanya menuju ke Lobby.

Sesampainya di Lobby. Ia langsung membukakan pintu mobil untuk Willia masuk. Setelah Willia masuk, ia langsung menutup pintunya dan ia berjalan memutari mobil. Ia juga ikut masuk di kursi kemudi, dan ia langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.

Willia's LOVE Journey ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang