CHAPTER 20

3.7K 189 7
                                    


Dengan masih membawa kendaraan, air mata Ametta tidak henti-hentinya menetes membasahi pipinya. Kini ia sedang di landa cemas, khawatir, takut dan marah. Semua tercampur aduk!

15 menit menempuh jalan dengan sedikit ngebut, akhirnya ia sampai di depan gerbang Mansion milik Sean Johanson.

Pintu gerbang terbuka lebar untuknya. Satpam di Mansion itu sudah sangat mengenali mobil milik Rival, jadi mereka tidak ragu untuk membukakan gerbang, walau tanpa meminta izin pada tuan rumah.

Setelah sampai di halaman besar Mansion milik Sean, Ametta langsung saja keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam Mansion tanpa permisi.

Ia berlari ke dalam sembari berteriak memanggil seisi Mansion.

"KAKAK WILLIA.. UNCLE..." panggil Ametta sembari ia teriak histeris dengan nafas memburu.

-

Di sisi lain, Willia yang sedang berbaring langsung terbangun dari tidur tidur ayamnya saat mendengar suara teriakan wanita yang memanggil namanya.

"Suara Ametta? Mengapa ia kesini selarut ini?" Gumam Willia bingung.

Willia langsung bangkit dari ranjang, ia berjalan menuju keluar kamar.

Belum sempat ia menuruni anak tangga, ia di kagetkan dengan keadaan Ayahnya yang sedang berada di sampingnya sedang berlari menuju ke arahnya.

"Ayah?"

Sean balik menghadap ke arah Willia.

"Kau dengar suara seorang wanita? Ia memanggil namamu dan sepertinya ia memanggil aku juga." Ucap Sean.

"Iya Ayah, itulah mengapa aku turun ke lantai bawah ingin melihat siapa yang memanggilku!" Jawab Willia.

"UNCLE.. tolong, aku butuh bantuan!" Teriak Ametta lagi dari lantai dasar.

Willia dan Sean langsung saja berlari menuruni anak tangga. Tatapan mereka tertuju pada seorang gadis yang malang tengah menangis merunduk di lantai.

Sean langsung datang menghampiri Ametta dan langsung memegang kedua bahu gadis malang itu.

"Hey sweet. What happen?" Tanya Sean lembut.
Sementara Willia sudah berada di samping Ametta sembari ia menggenggam tangan Ametta.

"Ada apa Ametta? Mengapa kau menangis? Dimana Rival?" Tanya Willia panik.

Ametta masih menangis, seperti susah untuk membuka suara.

"R..rivall di..di c..cul..lik.." ucap Ametta terbata-bata dengan isak tangisnya.

Willia langsung terjatuh ke lantai mendengar penuturan Ametta barusan. Begitu juga dengan Sean yang ikut kaget.

"APA???! Mengapa bisa? Dimana para pengawal yang ku kirim?" Tanya Sean panik.

Tiba tiba suara langkah kaki begitu banyak terdengar di pendengaran mereka bertiga. Terlihatlah Willie, Ibunya dan Audrey yang datang menghampiri mereka.

"Sean, ada apa ini? Mengapa Ametta menangis?" Tanya Eliza pada suaminya.

"Rival di culik.." jawab Sean.

Mereka semua tersentak mendengarnya.

"Astaga.. bagaimana bisa?" Tanya Willie ikut panik dan marah.

"Ayah juga tidak tahu! Willie, cari tahu tentang penculikan itu, dan suruh pengawal ke Mansion Rival. Periksa Mansion Rival dan bawa semua pengawal yang sedang menjaga di Manisonnya." Suruh Sean pada putranya.

Willie langsung mengangguk paham. "Baik Ayah!"

Willie langsung berlari menuju ke halaman Mansion mencari para pengawalnya.

Willia's LOVE Journey ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang