"Dada Mimi!"
Seokjin melambaikan tangannya saat anaknya semakin menjauh darinya bersama Byul Yi dan Hoseok.
Mereka mengajak Jimin jalan-jalan. Membelikan sepatu baru untuk bayi itu lebih tepatnya. Sementara Seokjin sendiri tidak ikut karena pinggangnya akan sakit kalau terlalu lama berjalan. Lebih baik ia di rumah saja.
Banyak hal yang bisa ia lakukan di rumah megah itu. Memasak salah satunya.
"Seokjin duduk saja sambil nonton televisi"
"Aku akan memasak saja, Bi"
Bibi yang bertugas membersihkan rumah itu tiap harinya. Orang yang membantunya menjaga Jimin pula.
"Duduk dulu, lagipula makan malam masih lama"
Seokjin hanya mendengus saja, kemudian beranjak menuju kamarnya.
"Aku akan mencuci baju saja kalau begitu"
"Sudah Bibi antarkan ke laundri baju-baju kotornya tadi"
"Bajuku juga?!"
"Iya, Pak Hoseok yang memintanya"
Seokjin hanya bisa mengusap kasar wajahnya. Kenapa masalah mencuci baju saja harus dicucikan juga?! Lalu kalau begini ia harus melakukan apa di rumah sebesar ini?!
"Baju Jimin-"
"Sudah bibi jemur"
Astaga. Bahkan baju anaknya juga bukan menjadi tanggungannya lagi. Ia benar-benar merasa tak berguna sekarang.
"Aku ingin segera pergi dari tempat ini kalau begini" gerutunya sambil melanjutkan langkah ke kamarnya.
Membaringkan tubuhnya di kasur besar itu dengan kaki yang menggelantung di tepi. Pandangannya tertuju ke gundukan yang berada di bawahnya.
"Sehat-sehat disana dan jangan membuat Mamih kerepotan seperti kakakmu ya" ujarnya seraya tersenyum dan mengelus lembut perutnya sendiri.
Ah, baru sebentar anaknya itu berangkat, Seokjin sudah rindu saja.
"Jimin pasti senang sekali diajak jalan-jalan" gumamnya lagi.
Kepalanya menoleh ke samping, tepat dimana ada boneka kesayangan anaknya. Mengambilnya dan mengecupnya singkat.
"Kalau dilihat-lihat lucu juga"
Ia mendudukkan boneka itu di atas perutnya, memain-mainkan tangan boneka itu sambil terkekeh.
"Kakakmu sangat menyukai boneka ini. Boneka yang diberikan oleh Papih kalian"
Kekehan kecil kembali Seokjin pancarkan saat merasakan gerakan kecil dari dalam tubuhnya. Anaknya menjawab panggilannya.
"Kenapa selalu bergerak kalau disentuh boneka ini? Padahal kan hanya boneka"
Meski masih tidak begitu terasa, Seokjin yakin jika memang nyawa di dalam dirinya itu benar-benar bereaksi pada boneka yang ada di atas perutnya.
"Nanti Mamih belikan boneka baru ya, kalau Baby sudah lahir saja ya. Mamih akan belikan boneka kelinci dengan warna favorit Mamih, pink. Baby pasti menyukainya"
Seokjinpun terus berdialog sendiri, seolah nyawa di dalam dirinya ikut mendengar dan menanggapi ucapan sepihaknya melalui gerakan kecilnya.
Hingga perlahan namun pasti, kedua matanya tertutup pelan. Seokjin tertidur.
-*123*-
"Waaa!"
Hoseok menangkap bayi yang berseluncur sendirian di bawah, di tempat yang penuh dengan bola-bola kecil.