Chapter 19

11.9K 1.7K 143
                                    

"Wanita itu sedang diselidiki oleh polisi"

Seokjin menggigit bibir bawahnya saat mendengar penjelasan dari Jackson. Sudah lama rasanya Seokjin tidak menjumpai pria blasteran ini. Dan dengan tampang yang seperti tidak pernah menua, pria tampan yang lebih pendek darinya ini berkunjung ke ruang rawatnya. Bukan tanpa tujuan tentunya. Hoseok yang menyuruhnya datang dan menjelaskannya langsung.

"Aku tidak mengerti" gumam Seokjin pelan.

Karena pingsan lagi, jam kepulangan Seokjin jadi mundur lagi. Dan karena Jimin mulai rewel dan ingin menyusu, akhirnya bayi itu dibawa kemari. Dan kini tengah dipeluk erat oleh Ibunya setelah puas menyusu.

"Singkatnya, wanita itu yang menjadi penyebab Namjoon bisa seperti sekarang"

"Wanita gila" sahut Byul Yi tanpa ragu.

Hoseok hanya bisa menghembuskan nafas panjang sambil berdoa dalam hati agar janin dalam kandungan sang istri akan lahir mirip sepertinya saja. Laki-laki atau perempuan sekalipun.

"Tapi aku tadi melihatnya" ucap Seokjin.

"Yah, mungkin tadi terlalu panik hingga Ibu Namjoon membiarkannya ikut"

Seokjinpun semakin mengeratkan pelukan pada si kecil.

"Memangnya apa yang membuat wanita jelek itu nekat?"

"Apalagi? Tentu saja perceraian mereka. Wanita itu pasti tidak terima"

"Dasar tidak tahu diri. Sudah diberi tempat tinggal yang nyaman, justru melunjak. Ular be-"

"Sudah, jangan mengumpat lagi"

Akhirnya Hoseok tak tahan juga. Bukan apa-apa, mitosnya kan nanti bisa-bisa janinnya mirip dengan yang dibicarakan. Dan Hoseok tak mau jika anaknya mirip dengan wanita sinting itu. Apalagi ada anak kecil disini, bukan contoh yang baik untuk ditiru.

"Nanti kukabari lagi jika aku mendapat informasi. Kalian bisa mengandalkanku"

"Terimakasih, Jackson"

-*123*-

Saat akan pulang, Seokjin memohon agar setidaknya ia ingin melihat sebentar bagaimana kondisi Namjoon dengan mata kepalanua sendiri, bukan hanya dari mulut Jackson atau Hoseok saja.

Tentu saja Byul Yi yang menolaknya keras, tak sudi jika Seokjin bertemu dengan Nyonya besar yang ia benci. Dan dengan bujuk rayuan sang suami, akhirnya disinilah Seokjin sekarang.

Dengan Jimin di gendongannya, ia memberanikan diri melangkah ke tempat yang sempat Jackson beritahu tadi.

"Pipi?"

"Iya, Jimin akan bertemu Papih"

Kedua bola mata sipit itu membulat, seolah paham apa yang diucapkan sang Ibu padanya. Nampak girang dalam gendongan Seokjin.

"Pipi! Pipi!"

Seokjin tersenyum saja dan menghembuskan nafas besarnya.

"Sssttt, tidak boleh berteriak"

Ditutupnya dengan paksa mulut kecil yang baginya cukup berisik karena suara cempreng si bayi menggunakan dua jari putihnya.

Seokjin memutuskan langsung masuk, tanpa mengetuk pintu yang rasanya akan sia-sia saja. Mengetuk atau tidak mengetuk, rasanya sama saja baginya.

"Selamat sore" sapanya saat sudah berhasil masuk ke ruangan yang cukup luas itu.

Sesuai dugaannya, ada wanita paruh baya disana. Wanita yang kini mendongak dan menatapnya nyalang.

I am a Dad [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang