Chapter 21

12.3K 1.7K 266
                                    

"Ayo Mimi!"

Jimin yang sudah dimandikan dan diberi bedak di seluruh wajahnya oleh Bibi yang membantu di Rumah Byul Yi itu berlari ke arah kamarnya dan sang Ibu. Meski sebenarnya belum mahir berlari, bayi itu dengan tak sabarnya melangkah cepat.

Bugh~

Jatuh tak membuatnya menyerah dan putus asa. Ia segera bangkit kembali tanpa uraian air mata dan melanjutkan langkahnya menggapai kasur.

"Ayo Mi!" pekiknya.

Kesal karena sang Ibu tak menjawab panggilannya.

Dengan susah payah, Jiminpun naik ke atas kasur. Kembali berteriak agar mendapat respon dari Ibunya.

"Mimi!"

"Mamih masih mengantuk, Jimin"

Akhirnya bayi itu mendapat jawaban juga. Tapi tidak serta merta membuatnya senang. Ia justru semakin mendekat dan naik ke atas buntalan selimut yang ia anggap ada Ibunya disana.

"Tadi malam Mamih susah tidur, biarkan Mamih tidur sebentar lagi" keluh orang yang berada di dalam buntalan selimut itu.

"Pipi!"

"Iya, nanti kita ke Papih. Sekarang Mamih tidur sebentar"

"Pipi!"

"Jimin, Mamih mohon"

"Pipi! Pipi!"

Padahal Seokjin rasa ini terlalu pagi. Apalagi pinggangnya yang sakit semalaman akibat tidur duduk di kursi Rumah Sakit kemarin membuatnya susah tidur. Dan saat ia akhirnya bisa tidur selama beberapa jam, bayi itu kembali menganggunya.

"Jimin, main dengan Bibi dulu ya" bujuk Seokjin.

Diangkatnya si bayi dari atas tubuhnya. Meski tidak terlalu besar, tapi berat badan bayi itu tidak bisa dikatakan ringan juga.

"Main Pipi"

"Papih belum bisa diajak bermain, Jimin"

"Pipi!"

Astaga. Kepala Seokjin bisa pecah rasanya mendengar teriakan cempreng anaknya ini. Kenapa bisa melengking sekali coba?

"PIPI!"

Akhirnya Seokjinpun menyerah dan bangun juga. Dengan amat sangat terpaksa.

"Cucu"

"Mamih mau mandi dulu"

Diabaikan bayi yang tiba-tiba mencuitkan susunya dan mulai beranjak dari kasur. Sengaja memang. Biar tau rasa karena sudah mengganggu tidurnya.

"Mimi!"

Jimin kecilpun ikut turun dari kasur dan mengejar sang Ibu yang mulai hilang di balik pintu kamar mandi.

Namun naas, kaki kecil nan pendeknya tak berhasil mencapai Ibunya yang memiliki kaki berlipat-lipat lebih panjang darinya. Terlambat mengejar dan sang Ibu sudah menutup pintu kamar mandi tepat di depannya.

"Cucu~"

Tangan kecil itu mengepal dan mengetuk-ketukkan ke pintu tertutup dimana sang Ibu berada. Sangat miris, kasihan namun lucu di waktu yang bersamaan.

-*123*-

"Kau hanya ingin pindah tidur saja disini?!"

Seokjin tak mempermasalahkan teriakan itu. Seperti sudah kebal dan bisa ia abaikan begitu saja. Justru menata sofa panjang yang ada bantal disana senyaman mungkin untuk tempatnya berbaring.

"Saya masih mengantuk, tapi cucu Nyonya memaksa saya mengantarnya kemari"

Jika kemarin ia tidur dengan duduk adalah pilihan yang sangat tidak tepat, maka kali ini ia akan berbaring saja. Belajar dari pengalaman agar malamnya ia tidak akan seperti kemarin.

I am a Dad [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang