Namjoon kembali dari toilet dengan wajah cerahnya. Ia juga membasuh wajah agar lebih segar.
"Jinseok, aku tidak tahu kalau Byul Yi sudah hamil"
Iapun kembali duduk ke tempatnya semula, dan langsung mengatakan apa yang ia lihat tadi.
"Heum?"
Seokjin sendiri yang langsung mengembalikan ponsel si pemilik ke tempat asalnya sebelum ketahuan melihat itu seperti orang yang tertangkap basah. Berusaha mengatur raut wajahnya agar terlihat baik-baik saja.
"Aku melihat susu Ibu hamil di dapur tadi waktu ke toilet" jelas Namjoon.
"Ah... Itu... Ya, Byul Yi memang sedang mengandung sekarang"
Bukan. Tentu saja susu itu miliknya. Susu yang dibelikan paksa oleh si pemilik rumah meski ia tak memintanya.
"Aku ikut senang kalau begitu"
Seokjin tersenyum paksa dan mengangguk singkat.
"Tujuanmu sudah tercapai kan? Lebih baik kau pulang sekarang" usir Seokjin halus.
"Aku...tidak boleh menunggu Jimin pulang?"
Seokjin menggeleng kecil.
"Istrimu lebih membutuhkanmu sekarang" jawabnya dengan senyuman tipisnya.
Berbeda dengan Namjoon yang justru mengerutkan kening bingung. Sudah sangat jelas sekali jika sikap Seokjin kembali seperti awal tadi, berbeda dengan Seokjin yang merona malu sebelum ia ke toilet. Dan lagi-
"Kenapa tiba-tiba membahas istriku? Aku tak perduli padanya" ujarnya jujur.
Seokjin terkekeh kecil, kemudian menunduk dan memainkan ujung telinga boneka yang duduk di pangkuannya.
"Sebaiknya kau segera pulang. Kau punya istri yang menunggumu di rumah, bukan disini tempatmu" ujarnya yang terdengar menyakitkan.
Namjoon semakin bingung dengan perubahan sikap pria manis ini. Bahkan melihatnya saja sepertinya enggan.
"Kenapa terus saja mmembahas istriku?"
"Karena kau bertanggung jawab padanya, tidak padaku"
Namjoon tak suka percakapan ini. Ia lebih memilih untuk membicarakan perkembangan Jimin atau tentang kehidupan Seokjin selama ini.
"Sudahlah, aku tidak mau membahas wanita itu"
"Tapi aku menyuruhmu pulang, Namjoon"
Selalu begini. Seokjin juga pernah menyuruhnya untuk menembak gadis yang satu kelas dengannya dulu, menjadikannya kekasih paksaan yang hanya bertahan beberapa jam saja tanpa Seokjin ketahui. Tentu saja, Namjoon sama sekali tak menyukai gadis itu dan lebih memilih menyakitinya.
Ia juga ingat ketika hujan deras dan ada gadis yang lagi-lagi satu kelas dengannya belum pulang juga, dan saat itu Seokjin menyuruh Namjoon untuk mengatar gadis itu pulang, sementara Seokjin sendiri pulang dengan basah kuyup, berlari menerjang hujan.
"Aku ingin menunggu Jimin. Aku ingin melihatnya"
Tapi sekarang Namjoon ingin menolak satu permintaan ini. Ia ingin melihat anaknya lagi.
"Jagan egois, Namjoon"
"Kau yang egois, kau yang mencegahku bertemu Jimin"
"Kau sudah punya kehidupan sendiri, dan istrimu lebih membutuhkanmu"
"Kau bicara apa? Aku sudah mengatakannya tadi jika kalianlah kehidupanku"
"Kau sudah menikah"
"Kau yang menyuruhku, Jinseok"