"Katakan lagi, Jimin"
"Mimi"
"Bukan, yang tadi itu"
"Mamam"
"Yang lainnya"
"Cucu"
Seokjin kembali tertawa saat Jimin seakan mempermainkan ayahnya yang sudah sangat senang sesaat tadi.
"Cucu"
Jimin mulai melambaikan tangannya ke arah Seokjin. Meminta susunya.
"Nanti saja di rumah susunya"
"Cucu!"
Si kecil menggeliat bak cacing di pangkuan Namjoon. Meminta dilepaskam agar ia bisa menyusu pada sang Ibu.
"Tidak, Jimin"
"Cucu!"
Seokjin mengacuhkannya dan memilih untuk menikmati pancake ketiganya. Rasa vanila kali ini.
"Jinseok, sepertinya Jimin haus"
Seokjin menggeleng, menunjuk ke botol kosong yang berada di sepeda Jimin.
"Dia sudah meminum airnya tadi" beritahunya.
"Cucu, Mi!"
"Jinseok"
Merasa disudutkan oleh dua sisi, akhirnya Seokjinpun menyerah.
"Baiklah, kita pulang Jimin"
Kini giliran Namjoon yang sepertinya kurang setuju. Dilihat dari raut wajah kecewanya.
"Pulang sekarang? Kenapa cepat sekali" desahnya.
"Kau yang menyuruhku menyusui Jimin kan? Aku tidak mau melakukannya di tempat terbuka begini"
Namjoonpun melepaskan jaketnya, memberikannya pada pria hamil di sebelahnya.
"Tutupi saja dengan ini" tawarnya.
"Aku tidak-"
"Cucu! Hueeeeee! Cucu! Cucu!"
Jimin mulai memberontak di pangkuan Namjoon. Bahkan ia mulai berteriak dan menangis, membuat banyak pasang mata tertuju padanya.
"Baiklah, baiklah. Kenapa Jimin jadi manja sekali?"
Meski mengatakan demikian, Seokjinpun mengambil alih bayinya yang mengamuk itu, menutupi tubuh bagian atasnya dengan jaket Namjoon, memasukkan tubuh kecil si bayi kemudian membuka kancing teratas pakaiannya agar bayinya diam dan membiarkan bayinya mulai menikmati ASInya.
"Jimin lucu sekali ya"
Seokjin hanya tersenyum miring mendengarnya. Sudah biasa mendengar pujian pada anaknya ini.
"Jimin sudah bisa bicara apa saja?"
"Seperti yang kau dengar barusan"
"Aku akan mengajarinya memanggilku Papih. Bolehkan?"
"Heum"
Hanya gumaman yang Seokjin berikan sebagai jawabannya. Berbeda dengan Namjoon yang semakin lebar senyuman berdimpelnya.
"Boleh aku membelikan sepatu untuk Jimin lagi?"
"Untuk apa? Sebentar lagi kakinya juga semakin melebar"
"Benar juga, kalau baju?"
"Sama saja"
"Baiklah kubelikan mobil saja bagaimana? Agar bisa digunakan sampai Jimin besar nanti"