Seokjin menghembuskan nafas panjang saat akhirnya baju terakhir milik Jimin yang harus ia jemur sudah terpampang nyata di depannya. Embernya sudah kosong yang artinya acara menjemurnya sudah selesai.
Jimin memang berulangkali berganti baju setiap harinya, paling banyak karena kotor dan basah. Anak itu sudah bisa main kemana-mana sekarang.
Dan mumpun si kecil sedang santai dengan sarapannya bersama Bibi yang membantunya, ia bisa mencuci dan menjemur dengan tenang.
"Mimi!"
Baru juga ia berniat mengangkat ember kosongnya, Jimin sudah masuk ke dalamnya.
"Mau bermain dengan Mamih?"
Ia berpegangan erat ke kedua sisi ember kosong itu, bersiap untuk diayunkan seperti biasanya.
"Mainnn!"
Seokjin tersenyum melihat betapa antusias si bayi yang sudah dalam mode full baterry nya itu.
"Jinseok"
Namun ada tangan lain yang menyentuh ember berisi Jiminnya. Seperti tak membiarkan Seokjin menyentuhnya juga.
"Kenapa kau kemari, Kim Namjoon?! Aku sudah mengatakannya padamu kemarin untuk tidak datang lagi!"
"Dan aku juga mengatakan tidak akan menyerah, bukan?"
Seokjin menghentakkan kakinya kesal, seperti anak kecil yang tengah marah.
"Mimi!"
"Minggir, anakku ingin bermain!"
Saat Seokjin akan meraih ember itu lagi, Namjoon kembali menahannya.
"Kenapa?!"
"Biar aku saja"
"Aku tidak mengizinkanmu bermain dengan Jimin!"
Seokjinpun mendorong Namjoon menjauh.
"Pergi darisini, dan kembalilah pada istrimu. Dia lebih membutuhkanmu sekarang"
Kata-kata itu lagi. Kata-kata yang tidak hanya menyakiti Namjoon, namun dirinya juga.
"Kau lebih membutuhkanku"
Seokjin menggertakkan giginya dan menggeleng cepat.
"Tidak, aku tidak membutuhkanmu!"
"Jinseok"
"Jangan menyentuhku!"
Baru saja Namjoon akan meraih tangan lembut yang lebih putih darinya, Seokjin sudah menolaknya mentah-mentah.
"MIMI MAINNN!"
Teracuhkan, bayi gembul itupun akhirnya ikut berteriak juga.
"Ah, maaf Jimin"
Seokjinpun berbalik, bagaimana ia bisa melupakan bayi kecilnya yang butuh banyak perhatian ini? Lebih tepatnya bayi kecilnya yang menyukai perhatian.
"Biar aku saja, Jinseok"
"Kau tidak punya hak apapun untuk bermain dengan Jimin"
"Aku ayahnya"
"Bukan, kau bukan ayahnya. Kau hanya orang yang kebetulan memiliki DNA yang sama saja dengan Jimin"
"Jinseok"
"Lepaskan aku!"
Kali ini Namjoon sedikit menunjukkan kekuatannya. Ia langsung menahan tubuh itu dengan memeluknya agar tidak ditolak lagi.
"Kumohon, dengarkan aku"
"Tidak ada yang perlu kudengarkan lagi! Semuanya sudah jelas!"
"Sekali saja percayalah padaku lagi"