Chapter 8

13.6K 1.8K 276
                                    

MinYeon berlari ke kamar mandi saat rasa mual itu kembali muncul. Padahal ini masih pagi, tapi ia sudah kembali muntah-muntah.

Sementara itu, Namjoon yang memang sudah bangun dan tengah memainkan ponselnya itu tak perduli sama sekali.

Ia lebih memilih mengagumi foto yang kemarin diambilnya. Foto Jimin dan Jinseoknya.

"Aku akan mengajarinya memanggilku Papih nanti" gumamnya.

Namjoon seakan bisa mendengar suara kecil itu memanggil-manggilnya, dan iapun terasenyum lebar hanya dengan membayangkan saja.

Namun, tak lama setelahnya iapun menoleh ke arah kamar mandi. Mengernyitkan kening saat mendengar suara muntahan yang sangat jelas darisana.

"Apa Jinseok juga muntah-muntah ya?" gumamnya khawatir.

Tentu saja bukan sang istri yang ia khawatirkan sekarang, melainkan pria yang tengah mengandung buah hati keduanya. Bukan istri yang tengah mengandung anak pria lain.

Namjoon buru-buru mencari di ponsel pintarnya mengenai kehamilan yang sudah melewati trimester pertama. Sejenius apapun dirinya, tentu saja ia masih buta kalau mengenai orang hamil. Dan ia masih membutuhkan bantuan dari ponsel pintarnya.

"Biasanya hanya trimester pertama ya? Tapi ada kemungkinan melebihi itu" Namjoon mengangguk-angguk saat membaca salah satu artikel disana.

"Namjoon sudah bangun?"

Namjoonpun menoleh pada istri pucatnya yang terlihat lemas.

"Apa menyakitkan?"

Sang istri yang mendengar pertanyaan balik itu bingung dibuatnya. Iapun kembali ke kasurnya sambil mengusap bibir basahnya menggunakan piyama.

"Apanya?"

"Hamil"

Meski masih bingung, tapi MinYeon langsung mengulas senyumannya saat ditanyai begitu. Seperti-

"Namjoon perhatian sekali" ujarnya masih senyum-senyum.

"Jawab saja, apa hamil itu menderita?"

MinYeon yang masih senyum-senyum itu menggelengkan kepalanya.

"Asal ada Namjoon, tidak sakit kok"

"Begitu ya"

"Iya, dukungan dari pasangan itu yang terpenting untuk mengurangi beban seperti mual dan lainnya"

Namjoon mengangguk-angguk paham. Kemudian menyimpan kembali ponselnya ke saku dan mulai beranjak.

"Namjoon mau kemana?"

"Tadi kau bilang dukungan pasangan itu yang terpenting kan saat menjalani masa kehamilan?"

Kini giliran MinYeon yang mengangguk.

"Kalau begitu, aku harus mendukung pasanganku melewati masa kehamilannya agar penderitaannya berkurang"

Melihat Namjoon yang mulai mengambil jaket dan kunci mobilnya, MinYeonpun mengerutkan keningnya.

"Maksud Namjoon apa?!"

"Jinseok membutuhkanku sekarang"

"Apa?! Jangan bilang pria itu-"

"Ya, dia sedang mengandung anakku sekarang. Sampai jumpa"

Kedua bola mata MinYeon melotot tajam, tak percaya akan ucapan yang barusan ia dengar dengan telinganya sendiri.

"Bagaimana bisa pria itu hamil?! Dia kan pria!"

Brak~

Pintu itu tertutup saat Namjoon sudah keluar tanpa membalas ucapan MinYeon lagi.

I am a Dad [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang