Chapter 23

13.2K 1.7K 251
                                    

"Aku baik-baik saja sekarang, mau pulang saja" cuit Seokjin yang merasa dirinya tidak perlu dirawat inap di tempat ini.

Jimin yang sudah kenyang menyusu itu tertidur lelap di sebelah Ibunya. Sedangkan Namjoon, duduk di sebelah ranjang.

"Ya sudah, kuantar ya" setuju Namjoon yang memang sudah memastikan sebelumnya pada dokter yang memeriksa Seokjin. Hanya butuh istirahat katanya.

"Kau gila?! Kau tetap disini, Namjoon"

"Lalu kau pulangnya bagaimana?"

"Aku bisa berjalan kaki, tidak terlalu jauh juga dari rumah Hoseok"

"Kau yang gila, Jinseok. Tidak kuizinkan"

Seokjin mendesis pelan, takut membangunkan si kecil yang baru terlelap itu. Akan merepotkannya kalau jam tidur Jimin dipotong secara paksa.

Ia melirik ke arah jarum jam yang menempel di dinding ruangannya, berpikir sejenak sebelum teringat sesuatu yang sangat penting.

"Aku harus segera keluar darisini, Namjoon"

"Kenapa begitu?"

"Aku tidak punya uang untuk membayar biayanya"

Ya, penting bagi Seokjin tentunya. Ia bahkan tak tahu siapa yang menanggung biaya Rumah Sakitnya sekarang. Tak tahu kepada siapa ia merepotkan.

"Ayahku sudah membayarnya"

Kedua bola mata Seokjin melebar saat mendengarnya.

"Kenapa ayahmu?!" pekiknya tertahan.

Namjoon hanya mengedikkan kedua bahunya.

"Mungkin karena ayahku bodoh" jawabnya asal.

"Aku serius, Namjoon. Bagaimana aku membayarnya jika Ayahmu yang menaggungnya?!"

Seokjin mulai panik sendiri sekarang.

"Ayahku tak akan pernah meminta bayarannya. Uangnya tak akan habis hanya karena hal kecil begini"

Seokjinpun menutup wajah manisnya dengan kedua telapak tangannya. Mencoba meredam kepanikannya sendiri.

"Aku harus bekerja lagi, Namjoon" gumamnya pelan, dibalik jemari lentiknya.

Namjoon menghela nafas panjangnya. Tak mengerti bagaimana percakapan mereka bisa berakhir begini.

Dengan pelan, iapun meraih tangan lebih kecil darinya yang masih berada di tempat yang sama. Menggenggamnya lembut sebelum menariknya menjauh, agar ia bisa melihat wajah manis itu lagi.

"Biarkan aku saja yang melakukannya. Kau hanya perlu merawatku, dirimu sendiri, Jimin, dan Baby Kelinci" ujarnya.

"Namjoon-"

"Mungkin sekarang aku adalah Namjoon, dan kau adalah Jinseok. Namjoon dan Jinseok belum menjadi kita. Tapi tak lama lagi, aku dan kau akan menjadi kita. Aku berjanji"

Seokjin yang akan menyela itu langsung saja tersipu mendengarnya. Dadanya juga bergemuruh cepat seakan mau loncat dari tempatnya saja.

"Sejak kapan kau jadi romantis begini?"

"Sejak dulu. Aku akan menjadi sangat romantis jika kau menginginkannya"

Bukan hanya wajah Seokjin yang merona, kini telinganya juga ikut memerah karena hal kecil semacam itu. Murahan sekali menurutnya.

"Kalau aku melamarmu lagi, kau sudah tidak memiliki alasan untuk menolaknya. Aku lelah mendengar penolakanmu dari dulu"

Seokjin hanya diam saja, bahkan kini sambil menggigit bibir bawahnya.

I am a Dad [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang