Dia lagi?

5.8K 296 1
                                    

Ku angkat wajahku untuk melihat wajah orang yang menabrakku. Sudah ku siapkan wajah garang lengkap dengan tatapan sinisku. Tapi ketika aku memandangmya, ekspresi garangku berubah menjadi melongo. Dia lagi?

"Wah, ketemu lagi nih. Mbak pasti ikutin saya ya, Mbak? Sudah dari awal saya bilang, kalau saya ini jodohnya Mbak. Mbak sih ga percaya." Ujarnya sambil terkekeh.

"Huh, ga jelas!"

Aku berlalu meninggalkannya.

****

Kriiing...kriiiing!
Bunyi alarm membuatku segera membuka mata ini. Hari pertama kerja! Semangat!

Aku berjalan menuju lobby. Sambil berdiri di depan lift, aku membenarkan posisi bajuku. Baju warna pastel dan rok putih. Hem, perfect!

Masih menunggu lift, seseorang datang di sampingku. Ku acuhkan kehadirannya. Nampak semua orang memberi hormat dan salam padanya. Siapa dia? Apakah dia Direktur disini?

Ku balikkan badan dan melakukan hal yang sama dengan Karyawan lain. Ku pandangi wajahnya, cukup tampan. Setelan jas hitam membuatnya terlihat gagah. Tapi sepertinya aku pernah melihatnya. Iya, aku yakin pernah melihatnya. Tapi dimana?

Pintu lift terbuka dan kami pun berebutan masuk. Aku menekan angka 3, dimana kantorku berada.

Aku berjalan menuju ruangan Bu Citra, Managerku. Ku ketok pelan pintu nya dan langsung masuk begitu ada jawaban.

"Selamat pagi, Bu."

"Pagi, Rika. Wah, sudah siap bekerja? Sebentar ya"

Ku lihat Bu Citra seperti menelefon seseorang.

"Baik Rika. Posisi yang kamu dapatkan adalah menjadi Asisten Direktur. Tugasmu mengurus semua keperluan dia. Sssstt, dia ganteng lho."

Aku terkekeh mendengar kata-kata terakhir.

"Mira, antarkan Rika ke ruangan Direktur ya! Saya sudah menelefonnya."

"Baik bu!"

Kami berjalan menuju lift dan segera menekan angka 6.

******

Tok..tok..tok..

"Masuk."

Terdengar suara dari dalam. Suara yang sangat tidak asing. Kami pun masuk dan dipersilahkan duduk.

"Kamu boleh keluar!"

"Baik, Pak."

Dia tersenyum. Kenapa tersenyum. Apakah ada yang salah denganku? Melihatnya yang terus tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf, Pak. Bapak kenapa senyum-senyum dari tadi? Apa ada yang salah dengan saya?"

"Sudah Ku bilang bukan? Bahwa kita berjodoh."

"Ka-kamu?"

"Hehe, kenapa? Pangling lihat saya? Jauh lebih tampan menggunakan jas, bukan?"

Aku hanya tersenyum.

'Kalo ga inget gaji yang besar dan dia Direkturnya, sudah ku maki dia. Sabar, Rika.'

"Huuuffhhh.." tanpa sadar aku menghela nafas.

"Kenapa kamu? Pasti dalam pikiran kamu sedang memakiku bukan?"

"Eh? Tidak, Pak. Saya hanya merasa sesak saja."

"Kamu punya penyakit sesak nafas? Duh gimana sih Managernya? Penyakitan gini kok diterima."

"Eh bu-bukan pak. Saya ga ada penyakit apa-apa kok pak."

"Sungguh?"

"Ya" jawabku mantap.

"Baiklah, kamu boleh keluar. Meja kerjamu ada disana." Katanya sambil menunjuk ke arah meja di depan ruangannya.

"Baik, Pak. Terimakasih."

"Sama-sama" ucapnya sambil mengedipkan mata. Ya Tuhan!

*****
Waktu sudah menunjukan pukul Dua belas lebih tiga menit, segera ku langkahkan kaki mencari kantin.

"Hallo, baru ya? Kenalin, saya Fera."

"Oh, iya mbak. Saya Rika."

"Mau ke kantin? Yuk bareng."

Aku menganggukan kepala.

"Rika! Mau kemana? Ikut saya makan siang di cafe sebelah. Sekalian saya mau diskusi tentang pekerjaan."

"Tapi pak.."

"Saya tidak menerima penolakan.."

Ya tuhan! Baru setengah hari saja rasanya sudah... Huh!

Kami duduk berhadapan sambil menunggu pesanan kami datang. Ku tengokkan kepala ke kanan dan ke kiri. Berharap menemukan pemandangan yang bagus. Bahkan mungkin lebih bagus melihat mantan pacar bareng sama pacar barunya daripada duduk disini dengan makhluk menyebalkan di depannya. Sedari tadi, matanya terus memandangku. Kan aku gugup!

"Pak, bisa tidak kalau melihat saya jangan segitunya?"

"Kenapa memang?"

"Nanti kalau bapak jatuh cinta sama saya gimana?" Ku lontarkan pertanyakan ngaco.

"Memang sudah."

Hah?

*****

BOSS GANJEN (Season 1 Dan 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang