Aku jatuh cinta?

4.6K 261 7
                                    


Kami telah sampai di Bali. Wajah semua orang terlihat lebih fresh dari biasanya. Mungkin karena ini liburan, jadi mereka tidak ada beban.

Begitu tiba di Hotel, kami di bagi menjadi beberapa kamar. Satu kamar di isi oleh tiga orang.  Aku satu kamar dengan Fera dan Kak Ningsih.

"Jangan lupa, nanti malam kamu temani saya makan malam dengan klien." Kata Rendra padaku sambil berjalan.

"Harus gitu?"

"Ya iya dong. Aku sudah memfasilitasi liburan kali ini. Jadi kamu wajib mengikuti perintah saya!"

"Wajib?"

"Iya, wajib. Kenapa? Keberatan?"

"Udah kaya sholat aja wajib"

"Lah kamu lupa?"

"Apa lagi?"

"Kan hubungan kita udah kaya sholat. Aku imamnya, kamu makmumnya"

"Kamu ga capek?"

"Capek? Maksudnya aku gak capek lari-lari di hati dan pikiran kamu gitu?"

"Dih, Pede! Kamu ga capek apa modusin orang mulu? Dasar!"

Aku segera menutup pintu sebelum dia mendengar debaran dalam hatiku. Sial, sial, sial!

Tok tok tok!

'Siapa lagi sih?' Aku segera membuka pintu. Ternyata makhluk ini belum pergi juga?

"Ada apa lagi, Pak Rendra?"

"Kamu ga sabaran banget, sih? Kan aku belum selesai ngomong. Untung cinta, kalo gak, udah aku cubit kamu."

"Cubit aja nih!"

"Beneran?"

"Iya. Ayo kalo berani."

Cup. 'Whaaaat? Apa yang dia lakukan?'

"Pak, Kenapa malah cium pipi saya? Bapak keterlaluan!"

"Hehehe, kan kita sudah pacaran."

"Emangnya kalau udah pacaran, boleh gitu main cium pipi? Dosa, Pak!"

"Iya maaf. Maafin aku ya, Rika. Aku khilaf"

"Khilaf kok sepertinya seneng gitu"

"Ya kan enak"

"Pak!"

"Iya, iya. Bercanda kok"

"Ya sudah, ada apa?"

"Nih, buat kamu. Harus di terima!"

"Ige mwoya*?"

"Ga usah pake bahasa planet kalo ngomong sama saya!"

"Eh? Hehehe maaf pak. Ini apa?"

"Buka aja. Jangan di sini, tapi di dalam"

"Ya sudah. Saya tutup pintunya ya?"

"Ya sudah, saya juga mau masuk kamar."

Kulihat dia membuka pintu kamar persis di depanku.

"Bapak kamarnya disitu?"

"Iya, kenapa?"

"Kok deketan sama saya sih? Takut kangen ya?"

"Ih, udah bisa modus nih. Cie cie, ati-ati nanti kamu jatuh cinta sama saya."

"Apaan sih." Kali ini aku beneran menutup pintu rapat.

****

Badan terasa lebih segar ketika selesai mandi.  Aku melihat Kak Ningsih yang sedang melamun.

"Kak, kenapa?"

"Oh, gak papa kok, Rika."

"Gak papa gimana? Kakak dari tadi bengong gitu kok. Ya kan, Fer?" Fera yang tengah menikmati es cream hanya mengangguk.

"Aku cuma lagi mikirin keluargaku. Ayah dan Ibu akan bercerai. Harusnya aku ajak adikku pergi ke sini untuk menghilangkan beban. Pasti dia lagi pusing menghadapi Ayah dan Ibu yang sedang bertengkar."

"Yang sabar ya, Kak. Kamu pasti bisa melalui semua ini! Semangat!"

"Makasih ya, Rika."

****

Malam ini rencananya Rendra akan mengadakan pesta barbeque setelah kami selesai makan malam dengan klien. 

Aku mematut diri di cermin agar tidak mempermalukan Rendra di depan klien. 'Ah, kenapa sih aku ini? Apa aku udah jatuh cinta beneran sama dia?'

"Rika, sudah selesai?" Terdengar suara Rendra di depan pintu.

"Sudah. Tunggu sebentar ya! Aku akan segera keluar."

Aku bercermin sekali lagi. Memastikan tidak ada yang salah. Yup! Aku rasa ini tidak berlebihan.

"Maaf membuat Bapak menunggu."

"Ya, gak papa. Bisa gak kalau sedang berdua jangan panggil Bapak? Panggil Rendra aja!"

"Ya, Rendra."

"Good job, sayangku." Kata Rendra sambil mengelus rambutku.

Blush! Kurasakan pipiku memanas. Apa ini? Kenapa debaran hati ini sangat keras? Oh Tuhan! Apa ini yang namanya jatuh cinta?

"Ya sudah, ayo kita jalan."

"Baik Pak."

****

Setelah acara makan malam selesai, aku dan Rendra segera berganti baju dan berbaur dengan yang lain. Karena yang lain sudah menunggu kami di lobby. Hihi, mereka tak sabar rupanya.

"Kita bagi tugas ya? Rahmi, Dika, Tasya dan Doni, kalian pergi ke resepsionis dan minta di siapkan alat pemanggang. Bilang aja di suruh sama saya."

"Nomor kamar Bapak berapa?" Tanya Rahmi.

"Untuk apa?"

"Takutnya nanti resepsionisnya nanya nomor kamar peminjam."

"Ga perlu, tinggal bilang nama saya aja."

"Baik, Pak."

"Emangnya mereka kenal kamu?" Kataku pada Rendda ketika Rahmi sudah pergi.

"Ya iya, kan ini hotel punya saya."

"Haaah?" Suara kami serempak.

"Serius?"

"Iya. Buat apa saya bohong."

"Daebak"

"Mulai lagi bahasa planetnya."

"Ini bukan bahasa planet, Pak. Tapi bahasa Korea"

"Iya, saya tau. Cuma pura-pura ga tau aja."

"Dih, biar apa? Biar keliatan bodoh?"

"Bukan, biar ada saja pembahasan denganmu"

"Cieeee"

Duh! Aku lupa kalau kami sedang bersama dengan yang lain.

"Tika, Surya, kalian ambil daging di resepsionis ya! Sudah sampai. Saya pesan lewat online"

"Siap, Bos."

"Dan kamu, Rika, temani saya membeli minuman di luar!"

"Tapi pak.."

"Tidak menerima penolakan!"

"Ish!"

"Dan buat kalian, potong daging yang benar ya. Pastikan rasanya pas. Saya mau kencan dulu sebentar. Yuk, Sayang." Katanya sambil menggandengku.

Dasar modus!

****

BOSS GANJEN (Season 1 Dan 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang