Aku masuk ke dalam cafe, memastikan bahwa dugaanku mencurigai Rendra itu tidak terbukti. Namun nihil, yang kudapati adalah Rendra sedang berdiri di samping Citra.
Deg! Rendra, sedang apa kamu di sini?
Aku hanya berdiri mematung, memperhatikan mereka dari kejauhan. Tampak Citra menunjukkan list mebu makanan, sedangkan Rendra hanya mengangguk tampak menyetujui.
Dadaku sakit, serasa di sayat oleh pisau berkarat. Ren, apa ini akhir kisah kita?
"Siang, Bu. Mau pesan apa?" Seorang pelayan menghampiriku.
"Tidak, Mbak. Terima kasih. Saya hanya asal masuk tadi."
Pelayan itu pergi sambil tersenyum. Aku memutuskan kembali ke mobil dan membelokkan stir menuju rumah.
***
Sesampainya di rumah, aku menghempaskan diri di kursi malas kesayanganku. Sudah lama kami tidak bercengkrama di sini. Biasanya, kalau Aldo dan Alda sudah terlelap, kami menyempatkan diri untuk sekedar bercerita, maupun bernostalgia tentang masa-masa terindah dalam pernikahan kami.
Air mataku menetes, mengingat kembali ke siang tadi. Kenapa kalian bersama, Ren? Aku bahkan tengah mengandung buah hati kita!
Deru suara mobil terdengar di depan rumah. Segera kuhapus air mata dan berusaha tersenyum.
"Assalamu'alaikum," ucapnya sambil masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikum salam. Baru pulang, Ren?"
"Iya, kamu lagi apa? Anak-anak mana?"
"Anak-anak lagi main di kamar sama si Mbak. Kamu mau makan?"
"Tidak usah, aku sudah makan."
Rendra berjalan menuju kamar. 'Apa kamu lebih memilih makan dengan Citra daripada aku, Ren?' batinku.
Aku menyusul Rendra ke dalam kamar. Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Segera kusiapkan piyama tidur untuknya.
Kriet..
Rendra telah selesai, kusodorkan baju dan mengambil handuk basah darinya."Makasih, Sayang." Kata Rendra sambil mengusap kepalaku.
"Oke." Aku berlalu ke kamar mandi, lalu membentangkan handuk sepaya kering.
"Kamu sudah mandi?"
"Sudah tadi, sepulang dari Dokter Anita." Jawabku.
"Lho, kok ke Dokter Anita gak ngajak? Kenapa sendiri?"
"Emang kamu ada waktu?" 'Bukannya waktumu kamu habiskan dengan Citra?' batinku.
"Ada. Apapun untukmu, Sayangku." Rendra berusaha mencium keningku, namun kutepis secepat kilat.
"Hei, kenapa?"
"Aniya," Aku mengatakan tidak apa-apa sambil menggelengkan kepala.
"Ada apa? Nggak usah bohong. Cerita." Ujar Rendra lembut.
"Nggak ada apa-apa, Ren. I'm fine." Aku berusaha tersenyum, namun gagal. Karena justru aku terisak.
"Tuh 'kan, ada apa sih?"
"Ren..."
"Hm?"
"Kamu ingat sama masa-masa kita Pendekatan sampai akhirnya menikah?"
"Tentu. Lalu?"
"Apa kamu masih mencintaiku?"
"Always, selalu sampai kapanpun. Bagaimana dan apapun keadaanmu, aku tetap mencintaimu. Kamu wanita yang kuat, meskipun kadang sablengnya keluar."
Aku menonjok dada-nya ketika kata 'sableng' itu ia keluarkan.
"Hahaha, ampun. Just kidding, okay?" Katanya sambil tertawa.
"Kamu gak bakal ninggalin aku 'kan?"
"Tentu, Sayang. Apalagi ada anak-anak."
"Jadi kamu mempertahankan aku hanya karena anak-anak?" Aku mulai merajuk.
"Ih, apa sih? Kok ngambek gitu? Ya nggak lah. Maksud aku, waktu kita masih berdua pun aku gak kepikiran buat ninggalin kamu, apalagi kalau kita sudah berempat gini. Apalagi bakal ada lagi yang bakal lahir nanti. Rasanya, hidupku sudah kelewat sempurna. Tak mungkin aku meninggalkan kalian demi dedaunan kering di luar sana."
Aku tersipu mendengar penuturannya. Ah Rendra.
"Janji?"
"Janji. Kamu kenapa sih?"
Aku menggeleng, "Tidak." Hehehe
***
Pagi hari, aku sudah sibuk menyiapkan bekal untuk para jagoan dan tentu saja, untuk princess imutku, Alda.
"Mah, Alda minta bekalnya yang banyak, ya?"
"Ih, Alda. Makan mulu di pikirin. Nanti badan kamu kaya gentong gimana? Makin nggak ada mirip-miripnya kita deh." Ejek Aldo.
"Hust! Aldo, kenapa ngomongnya gitu?"
Aldo terkejut mendengar Papinya sudah berada di belakang sambil menepuk pundaknya.
"Eh, Papi. Gak kok, Pi. Aldo cuma becandain Alda aja. Soalnya kalau aldo memposisikan diri sebagai laki-laki lain, bukan sebagai kakaknya, kayaknya Aldo gak mungkin ngelirik Alda."
"Alah, kita masih kecil, Kak. Ngapain mikirin kaya gitu." Bela Alda.
"Eh, kata siapa?"
"Kata aku lah, Kak."
"Tapi, sudah banyak tahu kakak kelas yang suka godain Kakak."
"Lah itu mah Kakak aja yang kegenitan."
"Persis Papinya."
Lalu kami tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS GANJEN (Season 1 Dan 2)
RomanceRika, 25 tahun, diawal bekerja sudah mengalami kesialan harus bertabrakan dengan seorang Pria asing selama 3x. Dan siapa sangka, ternyata Pria itu adalah Boss nya! yuk baca lebih lanjut 😂 #1 Lovestory 20.10.2019