Rencana dimulai

5K 260 4
                                    


"Apa? Tidak! Enak aja. Kamu fikir saya orang gila apa?"

"Ya sudah kalau ga mau ga papa. Besok saya tinggal pergi menemui orangtua Bapak dan menceritakan semuanya. Lagian, kenapa tadi Sopir Bapak ngomongnya beda lagi? Katanya minggu depan mau ke Amerika karena ada perjalanan bisnis."

"Kamu fikir Aku bodoh? Kalau Aku bilang terus terang, pasti kamu juga ga bakal mau. Ish.."

"Ya udah sih, Pak. Biasa aja."

"Berani ya, Kamu?"

"Sekarang lagi di luar kantor. Bapak ga ada pengaruhnya buat saya. Hihi"

"Hemmm..."

"Antar saya ke Cafe Bulan ya, Pak?"

"Cafe Bulan? Dimana itu? Saya belum pernah mendengarnya."

"Ada kok. Bapak aja yang kurang wawasan tentang cafe."

Tiba-tiba mobil berhenti. Aku mengernyitkan dahi.

"Kenapa berhenti, Pak?"

"Kamu yakin besok Saya harus melakukan itu?"

"Oh, iya tentu dong. Kalau ga mau juga gapapa."

"Yaelah! Ada-ada saja."

"Hehehe. Ga sulit kok, Pak."

*****

Hari ini Aku bangun kesiangan. Masih dengan terburu-buru, Aku mengingat kejadian semalam. Hihi. 'Pasti nanti seluruh kantor terkejut-kejut'..

"Pagi, Mah."

"Pagi, Sayang. Semalam pulang jam berapa? Mamah ketiduran, jadi ga tau kapan Kamu pulang."

"Jam sembilan juga sudah pulang kok, Mah."

"Oh iya, Rika. Gimana kerjaan? Oke?"

"Sejauh ini sih oke, Ris. Waeyo* ?"

"Ga papa, nanya aja. Takutnya kamu ga nyaman, pindah ke kantorku aja. Lagi buka lowongan Manager."

"Gwenchana*, Aku bisa mengatasinya kok"

"Oh, baiklah"

"Mah, Riska berangkat dulu yaa"

"Rika juga, Mah."

"Iya, Anak Mamah. Hati-hati di jalan ya."

"Oke, Mah."

Riska telah lebih dulu keluar rumah. Aku masih bercermin sekali lagi ketika terdengar suara gaduh di depan. Aku segera berlari ke sumber suara.

"Ada apa sih?"

"Lho? Kok sama? Ko..k mirip? Kamu pake jurusnya Naruto ya, Rika?"

"Hey, aku di sini. Di depan kamu itu kakakku."

"Kalian kembar?"

"Iya. Ada apa?"

"Ga papa. Pagi Tante, saya Rendra. Temen kerjanya Rika."

"Lebih tepatnya, Direktur tempat Rika bekerja, Mah."

"Wah, sampe di jemput segala? Ada apa ya, Pak? Apa anak Saya berbuat salah?"

"Oh, Gak kok Tante. Cuma ada urusan sama Rika."

"Oh, Direktur. Pantesan arogan. Dia dari tadi narik-narik tangan Riska, Mah. Sakit."

"Iya maaf. Saya tidak tau kalo Rika punya kembaran. Sekali lagi saya minta maaf."

"Ya sudah, Riska berangkat ya Mah. Ati-ati di jalan Rika. Nanti kamu di makan lagi sama Dia"

"Hus, udah sana berangkat! Nanti telat."

"Oke, Mah."

"Kami berangkat dulu ya, Tante."

"Iya, hati-hati di jalan ya."

**
Mobil masih melaju di tengah-tengah kemacetan. 'Huh, tau gini tadi aku naik ojek online aja' sesalku dalam hati.

"Ada apa, Pak? Sampe jemput segala."

"Gak papa, cuma pengen ketemu Calon Mertua."

"Hah?"

"Hehehe, ya kan Kita mau nikah. Ga selamanya juga kan kita pacaran."

"Eling Pak! Eling! Kita cuma sandiwara. San-di-wa-ra. Jadi ga usah baper!"

"Saya ga baper kok. Yang saya bilang tadi seriusan."

"Apaan sih. Saya turun di sini saja Pak. Nanti kalau ketauan sama yang lain malah pada salam paham."

"Ya bagus kan?"

"Pak, please deh!"

"Hehehe, Iya iya."

Aku segera turun ketika mobil berhenti. Jangan lupa ya Pak, sama syarat saya semalam.

"Yaelah, pake acara di ingetin."

"Hehehhe.."

Aku segera masuk ke dalam Kantor. Terlihat sudah ada beberapa orang yang tengah menunggu lift.

"Pagi, Rika."

"Pagi, Fera."

"Dianter siapa? Kok tadi keliatannya turun dari mobil. Biasanya naik motor."

'Duh, Dia liat? Semoga aja ga lihat Pak Direktur deh.' batinku.

"Oh, emm iya. Di anter sepupu jauh sekali."

"Capek dong."

Tiba-tiba Rendra datang.

"Maksudnya?"

"Ya katanya di anterin Sepupu jauh sekali."

"Kan itu tali persaudarannya, Pak. Bukan jalannya."

Ting! Sebuah pesan masuk.

'Oh, kebalikan kamu ya? Kalo kamu kan jodohku yang dekat sekali.'

Aku melongo sambil melirik ke sebelahku. Tampak Rendra sedang memegang Hanphone nya.

Kubalas pesan itu dengan emoticon tengkorak.

"Iya Pak, tapi kalau Bapak lebih dekat lagi justru akan saya (emoticon tengkorak)"

"Sayang, maksud kamu ini apa?"

Aku dan sekumpulan Karyawan yang hendak masuk ke dalam lift, mengurungkan niat. Kembali menengok ke belakang. Nampak Rendra tengah menatapku sambil menunjukan isi pesanku.

Kurasakan panas di kedua pipiku. Malu!

"Cieeee.."

"Apaan sih?"

"Maaf, keceplosan."

"Au ah.."

Aku masuk kedalam lift dan langsung menekan tombol tutup. Meninggalkan mereka yang masih di luar.

Bodo amat!

Bersambung..

BOSS GANJEN (Season 1 Dan 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang