O.4 Aku Sayang Mama

32 8 5
                                    

Monthly event completed!
Written by : SiThaTa

ㅡ Aku Sayang Mama ㅡ

Waktu yang terus berjalan tanpa kenal lelah, hari, bulan hingga tahun yang terus berganti membuat kita merasa waktu berjalan begitu cepat. Hingga kadang terlintas pada pikiran ingin kembali ke masa lalu, ke masa yang sudah dilewati. Entah untuk mengulang masa itu atau memperbaiki kesalahan yang terjadi pada masa itu.

“VANI, BANGUN. KAMU MAU TIDUR SAMPAI JAM BERAPA?”

Teriakkan super ala ema-ema kompleks sudah menembus ke kendang telinga Vani, ia melonjak kaget dan beranjak dari tempat tidurnya. “Suara Mama?” Gumam Vani bingung.

Ia edarkan pandangannya pada setiap meter ruangan yang sekarang ia huni ; ‘Kamarku’ batinnya. Sungguh, ia masih tidak mengerti apa yang terjadi padanya.

“VANI” Teriakkan itu terdengar lagi.

“IYA ,MA.” Balas Vani dengan teriakkan dan bergegas mengganti bajunya.

“Ada apa, Ma?” Tanya Vani setelah turun dari kamarnya dan menemui Mamanya di dapur.

“Ada apa? Kamu bilang ada apa?” Rika mempunyai tanda tanya besar di kepalanya setelah mendengar anaknya Vani bertanya padanya.

“Otakmu geser?” Satu alis Vani terangkat mendengar Mamanya bertanya tentang otak.

Pletak

Gagang sodet sukses mendarat di kepala Vina dan tentu saja pelakunya adalah Mamanya sendiri.

“Sakit, Ma.” Protes Vina seraya mengusap kepalanya.

“Lihat jam itu!” Rika menunjuk jam dinding bulat dengan sodetnya. “Sudah setengah sembilan. Kamu malah tanya ‘ada apa?’ . Kamu tidak ke kampus, hah?”

“Kampus?”

“Vani.”

Vani berlari ke kamarnya setelah melihat sodet yang ada di tangan Mamanya itu terangkat dan meraih tas yang tergantung di kamarnya, dengan cepat ia berlari turun tangga. Vani mencium punggung tangan Mamanya dan melesat pergi keluar dari rumahnya.

*•••*

Vani duduk di anak tangga salah satu Universitas di Jakarta, ia masih merasa lelah. Vani teguk habis minuman yang ada di tangannya, menghilangkan  rasa haus yang masih bersarang di tenggorokannya. Menit berikutnya Vani kucek kasar matanya ,agar ia yakin bahwa apa yang di lihatnya itu benar.

“Saras?”

Vani heran, seingatnya sahabat satu-satunya itu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya, tapi apa yang kini ia lihat Saras sahabatnya ada di depan matanya sekarang. Vani beranjak dari duduknya untuk menghampiri sahabatnya itu.

Vani memegangi kepalanya, mencoba melindungi salah satu kaset berharganya karna setelah Vani menceritakan apa yang ia alami pada sahabatnya itu, kepalanya malah mendapat hantaman buku tebal yang ada di tangan Saras.

“Tapi aku tidak berbohong, Saras.”

Buk

Vani meringis karna buku tebal itu melayang ke kepalanya lagi.

monthly eventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang