بسم الله الرحمن الرحيم
Tentukan pilihan cinta terbaik untukmu.
Kediri, 23 September 2019
-Alfiyah Untukmu-***
Pagi-pagi sekali, Kayla sudah siap dengan semuanya. Kayla memoleskan sedikit make up di wajahnya. Dengan menggunakan dress hijau menggunakan sepatu berwarna hitam dengan rambut yang terurai panjang, Kayla mengambil kopernya di ranjang.
Pagi ini Kayla berencana untuk berangkat menuju Puncak, Bogor bersama Maya. Dengan mendapat izin dari kedua orang tua, Kayla berangkat menuju kesana. Untuk beberapa hari atau beberapa minggu kedepan, Kayla dan Maya pergi dari kota Jakarta untuk menenangkan diri dari masalah terbesarnya. Ya, Reino.
Kayla berharap, kepergiannya bisa membuat hatinya tenang dan sangat berharap bisa seutuhnya melupakan Reino. Kayla sekilas menelisik kamarnya. Ruangan yang penuh kenangan. Pasti bakal rindu. Gumamnya. Kayla menutup pintu kamar dan menguncinya. Kayla menghela nafas yang panjang, lalu melangkah pergi.
Dengan menjinjing koper di tangannya, Kayla menuruni satu persatu anak tangga. Kayla terhenti sejenak melihat Abah dan Umahnya belum pergi bekerja.
"Abah ... Umah," panggil Kayla lau meneruskan langkahnya menghampiri mereka.
"Jadi ke Bogor?" tanya Umah. Kayla mengangguk.
"Villanya gimana Umah?" tanya Kayla.
"Tadi Umah sudah telpon yang nunggu villa kita, katanya sudah di siapkan. Berapa hari kamu disana?"
"Ya gak tau sih, Mah, ya nanti kalau Kay pulang nanti Kay kabarin," jawab Kayla lalu memeluk Umahnya erat-erat. Kayla mencium punggung tangan Abah dan Umahnya lalu berjalan menuju garasi mobil. Rencananya Kayla menjemput Maya di rumahnya terlebih dahulu.
Mobil Kayla berjalan menuju ke rumah Maya. Rumah mereka tak begitu jauh, hanya sekitar 10 menit sudah sampai.Pagi ini, jalanan Jakarta cukup padat namun beruntungnya belum sampai kemacetan.
Saat memasuki kompleks rumah Maya, terlihat Maya sudah menungguinya di depan gerbang rumah. Ya, rumah Maya memang sudah terlihat saat memasuki komplek. Mobil Kayla berhenti tepat di depan rumah Maya. Dan akhirnya mereka berdua menuju ke Bogor.
***
Pagi ini Faris ada jadwal mengajar di pesantren kelas 1 Tsanawiyah. Para santri sangat antusias diajar oleh Faris. Penjelasannya sangat mudah dimengerti oleh para santri.
Pagi ini Faris mengajarkan sebuah kitab yang sangat umum di pesantren. Ya, Alfiyah Ibnu Malik yang menerangkan tentang Nahwu dan Shorof. Sebuah kitab yang Faris proses hafalkan saat ini. Faris sudah cukup memahami kitab ini, namun Faris belum juga hafal setiap Nadhom Alfiyah.
"Adakah yang ingin bertanya?" tanya Faris seusai menjelaskan kitab itu.
"Ana." Seorang santri mengacungkan tangannya.
"Silahkan!" Faris mempersilahkan santri itu bertanya. Santri itu tampak ragu perihal apa yang akan di tanyakan.
"Ustadz, ana ingin bertanya, namun tidak bersangkutan dengan materi ini boleh?" tanya santri itu memberanikan diri. Faris mengangguk.
"Ustadz, seumpama ana di khitbah oleh dua orang lelaki, namun dalam waktu berbeda saya harus menerima yang mana? Yang pertama atau yang kedua?" tanya salah seorang santriwati.
"Cieehh ..." ejek santri yang lain dan membuat riuh seisi ruangan. Faris hanya tersenyum simpul melihat para santri.
"Kamu mau menikah?" tanya Faris kepada santri itu. Dia hanya mengangguk. "Saya dikhitbah dua orang laki-laki Ustadz, saya bingung pilih yang mana." jawab santri itu. Faris tersenyum.
"Dalam hal ini, ada di dalam Alfiyah Ibnu Malik. Tinggal kalian saja yang bisa memahaminya atau tidak.
إن عاملان اقتضيا في اسم عمل # قبل فللواحد منهما العمل
والثان أولى عند أهل البصرة # واختار عكس غيرهم ذا أسرة"
Faris membacakan sedikit nadhom Alfiyah yang akan di bahas."Maksudnya Ustadz, saya kurang paham?" tanya salah seorang santri.
"Tatkala dua amil menuntut amal pada satu ma’mul yang sama.
Maka berikanlah amal tersebut pada salah satu dari keduanya.Ulama Basyrah memilih untuk memberikan amal pada amil yang kedua.
Sedangkan selain Ulama Basyrah memilih amil yang pertama.Menentukan pilihan hidup bukanlah hal yang main-main, semuanya harus melalui pemikiran juga pertimbangan yang matang. Semisal di kalangan wanita, jika ada dua orang yang menyatakan cinta padanya, maka dia harus memilih salah satunya. Tentunya dengan pertimbangan yang logis dan sesuai dengan keinginan hati.
Sama seperti perdebatan ulama nahwu tadi, maka bisa saja sang wanita itu memilih orang yang pertama, karena memang paling awal menyatakan cinta, atau mungkin juga memilih orang yang kedua dengan alasan karena yang paling baru. Namun kedua alasan itu harus sesuai dengan pertimbangan yang disebutkan sebelumnya, karena keelokan paras saja tidak cukup, harus ada unsur cerdas juga dewasa dalam diri setiap orang yang ingin melanjutkan kejenjang yang selanjutnya." jelas Faris.
"Ustadz seumpama lelaki yang pertama itu orang kaya namun akhlaknya kurang baik dan lelaki yang kedua itu orang yang kurang mampu namun akhlaknya lumayan baik. Nah saya memilih yang kedua, terus dia bingung masalah maharnya itu bagaimana?" tanya seorang santri.
"Saya akan menceritakan sebuah kisah seorang wanita yang maharnya paling mulia yaitu Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah. Beliau dikenal dengan nama Ummu Sulaim.
Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam.
Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan akidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.
Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya sahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam."
"Dalam Hadist Rasulullah Sholallallahu 'Alaihi Wasallam, Beliau bersabda : “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad)
dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)" jelas Faris.
Para santri tampak kagum dengan penjelasan Faris.
###Jangan lupa vote ya❤
.
.
.
Semoga cerita di atas bermanfaat🌸
.
.
.
Jangan lupa shodaqoh🙏
.
.
.
Syukron🍁
![](https://img.wattpad.com/cover/197628276-288-k997348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU1] Alfiyah Untukmu✓ [OPEN PREE ORDER]
Teen Fiction[romance-islami] Mencintai seseorang yang berbeda jauh darinya, membuat seorang gadis cantik bernama Kayla itu memutuskan untuk memantaskan diri. Berhijrah! Cintanya begitu rumit, hingga ia harus merasakan pahitnya kehilangan. Cinta pada sesosok le...