8 | Bracelet

147 25 3
                                    

Until the Cherry Blossoms Bloom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Until the Cherry Blossoms Bloom

~ Chapter 8 : Bracelet ~

Selamat Membaca

***

Siang hari ini, terasa lebih terik dari hari biasanya. Musim panas sudah berjalan beberapa hari yang lalu, terasa juga sudah berminggu-minggu aku kembali ke kota ini.

Ayuhan sepedaku, semakin ku percepat agar aku sampai di kedai ramyeon-ku tepat waktu. Hari ini aku harus kembali bekerja sendiri, karena eomma harus kembali ke desa tempat kami tinggal 10 tahun terakhir.

Alasannya ? kemarin kami mendapat kabar bahwa kesehatan nenek-ku menurun, jadi eomma harus ke desa untuk merawat nenek sementara waktu, selagi kakek-ku bekerja.

Sebenarnya eomma memintaku untuk tidak membuka kedai. Eomma tidak mau aku bekerja sendirian lagi, tapi aku tetap memaksa, bagaimanapun kami harus tetap mencari uang bukan ? dan kedai ini satu-satunya sumber penghidupan kami.

Lagipula aku tidak masalah, justru aku senang. Toh berdiam diri di rumah juga tidak enak.

Sudah 30 menit kau mengayuh sepeda dari rusun tempat-ku tinggal. Akhirnya aku sampai di kedai kecil milik ibu.

"Selamat pagi Yohan-ah !"

Aku berbalik, kemudian tersenyum menyapa pejalan kaki yang juga pelanggan kedai-ku.

"Pagi bibi," balasku ramah.

Setelahnya aku memarkirkan sepedaku, lalu masuk ke dalam kedai-ku.

Seperti biasa, aku akan merapihkan kedai ini terlebih dahulu, dari mulai meja, kursi, serta peralatan masak dan peralatan makan.

Setelah semuanya bersih, segera kubuka tirai kedai ini, menandakan kedai ini sudah buka.

"Hhh.." hela nafasku.

Kududuki salah satu kursi, lalu melipat tanganku dan menyandarkan daguku diatasnya.

Ingatan beberapa hari yang lalu, saat aku bertemu Junho di perpustakaan kota masih terbayang sampai sekarang.

Jujur saja, saat itu aku takut. Bagaiamana matanya menatapku dingin, bagaimana mulutnya berkata pedas padaku.

Semuanya masih membekas sampai sekarang.

Aku tahu, Junho seperti ini karena salah-ku juga. Siapa yang tidak marah jika memiliki teman seorang pembohong seperti-ku ?

Rasa bersalahku sembakin membesar, ditambah saat mengetahui bagaimana kacau-nya pertemanan kami semua.

Malam itu, saat kami berkumpul, aku merasa mereka seperti asing satu sama lain. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi pada mereka ? apa kepergianku 10 tahun yang lalu, benar-benar memberi efek yang besar pada mereka ?

Until the Cherry Blossoms BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang