35 | Smile & Tears

191 28 22
                                    

Until the Cherry Blossoms Bloom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Until the Cherry Blossoms Bloom

Chapter 35 : Smile & Tears

Selamat Membaca

***

Pagi hari ini, ketika Yohan terbangun dari tidurnya, ia segera turun dari ranjang kemudian berjalan keluar dari kamar menuju dapur.

Ketika pintu kamar ia buka, tubuh gadis itu terdiam saat mendapati sosok yang semalam membuatnya menangis, kini tengah tertidur pulas.

Dilihatnya jam dinding, lalu tersenyum tipis.

"Ini masih jam 5," gumam gadis itu.

Ia masuk kembali ke kamarnya, mengambil selimut yang ia pakai, lalu membawanya ke ruang tengah dan memakaikan benda itu pada orang yang ia panggil appa.

Tubuh itu bergerak nyaman saat selimut Yohan menutupi tubuhnya yang sedikit merasa dingin.

Yohan tersenyum, jika mengingat lagi bagaimana malam tadi. Dirinya menangis, menatap tak percaya pada sosok yang tiba-tiba kembali, kemudian mendengar kata-kata maaf dari ayahnya yang membuat tangisnya semakin pecah.

Ayahnya menyesal.

Tentu saja, rasanya seperti kisah-kisah yang di pertontonkan di televisi. Tapi bedanya sang ayah tidak hidup begitu sengsara, dia masih hidup berkecukupan. Bahkan Yohan yakin jika jacket yang tengah dipakai ayahnya tidaklah berharga murah.

Dari cerita ayahnya, pria menyesal karena meninggalkan ibu dan dirinya hanya untuk wanita penggoda. Dia tidak begitu saja menyesal, pria itu menyesal ketika 5 tahun berlalu, saat dirinya tanpa sengaja melihat foto kelulusan SMA Yohan.

Pria itu bertekad ingin mengembalikan keluarganya seperti semula. Ayah dan ibunya tidak pernah bercerai, mereka hanya berpisah dalam waktu yang sangat lama.

10 tahun.

10 tahun Yohan menduga pria itu telah membencinya. Namun, saat itu sang ayah terlalu kalap oleh emosinya, sampai ia lupa betapa sayangnya ia dengan putri tunggalnya itu.

Kini ayahnya kembali, walaupun ibunya masih enggan berada dekat-dekat dengan sang ayah, bagi Yohan kepulangan pria itu sudah lebih dari kata bersyukur.

Mungkin sudah seperti anugerah.

Baru saja Yohan bangkit berdiri, tangannya merasakan sentuhan. Gadis itu menoleh, kemudian terkejut ketika mendapati ayahnya membuka mata sedikit.

"Yohan-ah ... kamu sudah bangun, nak ?"

Suara itu, suara berat itu kembali membuat hatinya berdesir. Yohan mengangguk, juga menahan rasa haru yang siap untuk membuatnya menangis.

"A-appa tidur di kamar Yohan saja. Disini dingin," ucapnya sedikit bergetar.

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Disini sudah cukup enak," ucap pria itu seraya tersenyum.

Until the Cherry Blossoms BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang