No, I Don't Wanna See That

616 126 4
                                    



Pria berjas putih itu menarik selimut berwarna pink sampai leher purtinya, mengecup lama kening gadis kecil menggemaskan itu.

"Nana-chan istirahat dulu ya, pasti Nana-chan lelah setelah bermain seharian dengan Jiheon Oppa, kan?" Hyewon mengusap lembut kening Minami, gadis kecil itu mengangguk pelan.

"Tunggu sebentar ya. Appa harus memeriksa keadaan Jiheon dulu." Hyewon berbalik, hendak meninggalkan Minami, namun tarikan pada bagian bawah jas yang ia kenakan menghentikan langkahnya.

Hyewon berbalik kembali, menatap putri kecilnya dengan senyum lembut, meraih tangan mungilnya yang tadi menarik jas putihnya. Mengenggam lembut tangan mungil Minami.

"Ada apa Nana-chan?" tanya Hyewon lembut, tangannya kembali mengusap rambut Minami yang kali ini dipotong sebahu.

Minami terlihat sedik ragu untuk berbicara kepada ayahnya. Tapi, gadis kecil itu harus menanyakannya sekarang.

"Eumm... Appa tidak marah kan?" pria Kang itu merenyitkan alisnya, menggeleng pelan meski dia tidak mengerti apa yang Minami katakan.

"Appa tidak akan memarahi Jiheon Oppa juga kan?"

Aahh... kali ini dia mengerti.

"Tidak, Appa tidak marah kok. Justru sebaliknya, Appa sangat senang karena sekarang Minami mempunyai teman untuk bermain jika Appa sedang bekerja." Minami tersenyum lebar. Lega rasanya mengetahui bahwa Ayahnya tidak memarahinya dan Jiheon.

"Nah, baiklah. Sekarang Appa harus memeriksa Jiheon dulu ya, Nana-chan tunggu disini." Minami mengangguk, menarik kembali selimutnya sampai leher.

Tersenyum lembut melihat putrinya yang hendak memejamkan mata. Sebelum meninggalkan kamar Minami, Appa muda itu mengecup kembali kening Minami.





















"Argh..." pemuda Baek mengerang kesakitan, memegangi perutnya yang terasa nyeri. Jemarinya merasakan sesuatu yang basah pada baju yang ia kenakan.

"Hey, Jiheon kamu kenapa?" Wonyoung yang baru saja keluar dari kamar mandi segera menghampiri Jiheon yang tengah kesakitan diatas ranjangnya.

Wajah gadis itu terlihat khawatir dan cemas ketika melihat ada darah yang merembes dari balik piyama Jiheon.

"Ya Tuhan, perutmu berdarah..." pekik Wonyoung.

Ditengah kepanikan Woyoung yang tak tau harus berbuat apa, pintu kamar rawat Jiheon tiba-tiba saja terbuka dan terlihat Hyewon dari balik pintu.

"Jiheon kau kenapa?" mendengar Jiheon yang kembali mengerang kesakitan, Hyewon segera saja menghampiri pemuda menggemaskan itu. Wonyoung menggeserkan tubuhnya— memberi ruang kepada pria itu.

Dengan segera Hyewon menyimbak piyama merah muda yang dikenakan Jiheon. Terlihat darah merembes dari perban yang membungkus luka operasi usus buntunya. Membuka laci pada nakas yang tak jauh dari jangkauannya, lalu mengambil kotak putih— yang isinya peralatan jahit darurat.

"Jahitan bekas operasinya belum kering, karena Jiheon terlalu banyak bergerak jahitannya terbuka kembali dan jadi seperti ini."

Dengan telaten, dia membersihkan darah yang sedikit mengalir dari luka bekas operasi Jiheon menggunakan kapas yang diberi alcohol sebelumnya. Selanjutnya, dia menyuntikkan obat bius yang membuat mati rasa disekitar luka itu.

"Tahan sebentar Jiheon-ah, ini akan terasa sakit."

Jiheon, pemuda itu terlihat meringis menahan sakit saat benda tajam itu menembus kulitnya. Sedangkan Wonyoung, dia hanya dapat menutup matanya karena sedikit ngeri melihat kulit seseorang yang dijahit seperti itu.

Because You - HyeWony✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang