Bergerak tak nyaman, derasnya keringat dingin membasahi pelipis, leher dan punggungnya— bak bermandikan keringat. Wajah yang tadinya damai sekarang tidak terlihat, yang ada adalah wajah kegelisahan diliputi dengan ketakutan.
Tidak kuasa dengan mimpi yang ia alami, ia membuka kedua matanya. Bangun dari tidur— mengakhiri mimpi buruk yang barusan dia alami.
Napas naik turun, sedikit terengah. Beranjak turun dari kasurnya, meninggalkan kamarnya, pergi melihat keadaan putri kecilnya.
Perlahan dia membuka pintu kamar putrinya, senyum penuh kelegaan terpatri diwajah tampannya seakan ketakukan yang tadi ia rasakan menguap begitu saja kala menemukan keberadaan putri kecilnya yang tertidur damai diatas kasurnya.
Melangkah mendekati sang putri. Si pria Kang duduk disisi ranjang, menatap lekat malaikat mungil yang tidur dengan damainya.
"Nana-chan, kamu tau, Appa sangat menyayangimu. Meski kita tidak memiliki hubungan darah, Appa senang dengan kehadiranmu disisi Appa." Dia tersenyum, mengusap sayang puncak kepala Minami.
"Apapun yang terjadi nanti, Minami tetap anak Appa. Kamu akan selalu menjadi putri kecil Appa." Mengecup kening Minami dan tak terasa dia menangis. Matanya terasa perih.
"Ah~ kenapa aku menangis seperti ini." Menyeka kedua sudut mata yang berair. Malam ini rasanya dia terlalu emosional sampai menangis seperti ini— tidak biasanya Hyewon seemosional ini.
"Mimpi yang indah putri kecilku." Kembali menugsap puncak kepala Minami sebelum ia pergi meninggalkan kamar gadis Kang itu.
Menghempaskan tubuhnya keatas sofa, melirik jam yang menggantung diatas televisi. Sudah pukul sebelas rupanya dan Hyewon tidak bisa kembali tidur, rasa kantuknya menghilang begitu saja. Rasanya dia membutuhkan udara segar.
.
.
.
Berkeliling dengan scotter matic merah kesayangannya. Aneh memang tengah malam seperti ini berkeluyuran tak tentu arah hanya untuk mencari udara segar, katanya.
Tapi, nyatanya dia menghentikan motornya didepan rumah sang kekasih. Menatap jendela kamar gadisnya yang berada dilantai dua, lampu kamarnya padam menandakan jika gadisnya telah tidur.
Tidak, dia tidak ingin menghubunginya, takut jika mengganggu tidur Wonyoung.
Sepuluh menit dia menatap jendela kamar Wonyoung. Hanya memandang tempat dimana gadisnya berada sudah cukup membuat Hyewon tenang, setidaknya dia mengetahui gadisnya berada disana.
"Hah, aku merasa seperti seorang penguntit." Terkekeh karena ucapannya sendiri. Dia pun memutar kuncinya— menyalakan mesin motor.
Namun baru juga Hyewon akan menjalankan motornya, gorden kamar Wonyoung tersimbak dan memunculkan sang pemilik kamar yang menatap kepadanya. Hyewon tersenyum canggung lalu membalas lambaian tangan gadis Jang itu.
.
.
.
"Aku kira kamu sudah tidur." Wonyoung menggeleng, dia tersenyum polos kepada Hyewon yang duduk disampingnya.
"Insomnia ku kambuh. Dan aku pikir ada orang asing yang memarkirkan kendaraannya didepan rumahku, eh ternyata itu kamu." Kali ini Hyewon yang tersenyum, namun dia tersenyum bodoh, tengkuk yang tak gatal ia garuk sekadar menghilangkan kecanggungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You - HyeWony✔
Fanfiction"Karena rahasia terbesar ku adalah kesalahan terbesar ku. Dan perlu kau tau, kau adalah salah satu rasa bersalah yang selama ini aku rasakan. Tapi percayalah, kau adalah hal paling indah yang pernah ku miliki selama aku menghirup udara ini." ~Kang H...