Happy and Hurt

579 103 10
                                    




Kali kali double up boleh ya:v










Dikoridor lorong ruang operasi Wonyoung menatap cemas pintu ruang operasi. Gadis itu tidak henti-hentinya berdoa untuk kelancaran operasi Minami.

Sementara Jiheon hanya terduduk diatas kursi panjang, menatap Wonyoung yang tengah berjalan mondar-mandir didepan pintu operasi yang masih tertutup rapat itu.

Menghela napas, Jiheon pun bangkit dari duduknya, dia menarik lembut lengan Wonyoung dan menyuruh gadis Jang itu duduk. Dia menyodorkan sekotak susu pada Wonyoung.

"Minumlah, apa kau tidak lelah terus saja berjalan selama hampir dua jam?"

Ya, operasi sudah berjalan selama dua jam lalu. Dan Wonyoung tidak sedikit pun beranjak dari depan pintu ruang operasi itu.

"Aku mengkhawatirkannya Jiheon-ah." Lirih Wonyoung pelan, kepalanya menunduk menatap lantai putih. Jiheon kembali menghela napas pelan, dia berjongkok dengan satu lutut menyentuh lantai— menyamakan tinggi tubuhnya. Kedua tangannya meraih kedua pundak Wonyoung.

"Aku tau itu. Kau jangan khawatir, didalam sana para dokter pasti berusaha sangat keras. Percayalah." Ujar Jiheon lembut, sesekali dia mengusap pundak Wonyoung— mencoba memberi ketenangan untuk gadis itu.

"Aku takut Jiheonnie~" semakin melirih diikuti getaran menahan tangis dari gadis itu. Tak kuasa menahan tangis Wonyoung pun memeluk Jiheon dan menangis pada pundak pemda itu.

Entah kenapa dia tiba-tiba saja mengingat kembali pada saat ayah nya tengah menjalankan operasi. Dia benar-benar tidak ingin kejadian tiga tahun silam kembali terjadi, meski gadis mungil itu bukan siapa-siapanya tapi Wonyoung sangat menyayanginya, dia ingin Minami selamat.

"Shutt~ tengan Wony, aku ada disini. Jangan menangis." Jiheon membalas pelukan gadis itu, menepuk lembut punggung gadis Jang.






.

.

.






Hyewon terdiam menatap nanar kekacauan dihadapannya. Tubuhnya bergetar hebat, kepalanya mendadak pening.

Darah terus saja mengalir membuat kolam darah disana. Membuat robekan pada vena tidak terlihat karena tergenang.

"Tekanan darahnya menurun drastis!!!" seru Chaewon dari tempatnya kepada para dokter yang tengah berdiri disana.

Mereka harus menghentikan pendarahan itu dengan menjepit pembuluh darah. Namun itu akan sulit, tangan Hyewon yang bergetar hebat tidak mampu menggenggam apaun. Alat penyedot yang Heejin pegang pun tidak membantu.

Because You - HyeWony✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang