Krist keluar dengan tenang untuk berangkat kerja. Walau terlihat tenang tetapi Krist masih melihat sekitar untuk memastikan Singto sudah pergi.
"Alaiwa...kenapa aku harus mengendap-endap seperti ini..."Krist mengacak-acak rambutnya. Kepala Krist terasa pusing, badannya terasa berat. Wajahnya masih terlihat memucat. Krist baru merasa lega setelah masuk ke dalam ruang kerjanya.
..........................
Saat jam makan siang seperti biasa Krist, Earth, O-som dan janhe makan bersama. Tanpa Krist sadari Singto terkejut melihat keberadaan Krist yang keluar pintu keluar masuk elevator office.
"Puim...itu pegawai kita...namanya...Krist?"tanya Singto pada puim yang berdiri di belakang Singto. Singto setelah keluar dari lift, mendadak menghentikan langkahnya.
Terkejut melihat Krist yang berjalan keluar pintu keluar masuk elevator office. Memastikan penglihatannya sebelum menanyakan kepastiannya pada sekretarisnya Puim.
"Maaf...Tuan Singto...saya bisa mencarikan data pegawai kita. Sepertinya dari depatment keuangan. Karena saya mengenal salah satu pegawai perempuan itu."jelas Puim.
"Setelah aku kembali. Aku ingin data itu sudah ada di meja kerjaku."ucap Singto datar.
"Baik. Tuan Singto."Singto keluar kantor bersama Puim. Puim langsung menghubungi department personalia.
Saat makan siang bersama teman-temannya Krist tiba-tiba merasa merinding. Wajah Krist terlihat memucat.
"Krist...ada apa?Kau merasa sakit lagi?lihat kau berkeringat dan wajahmu masih terlihat memucat."tanya Earth. Krist berkeringat di dahi nya.
"Mungkin. Apakah aku masih terlihat sakit?"tanya Krist memastikan. Earth, O-som dan Janhe langsung menatap ke arah Krist, mengangguk mengiyakan secara bersamaan. Krist merasa lucu dengan tingkah ketiga temannya.
..............................
Sekembalinya Krist ke ruang kerjanya. Kepala divisinya memanggil Krist.
"Krist, kau diminta untuk ke ruang Tuan Muda Singto."Krist, Earth, O-som dan Janhe terkejut.
"Baik."jawab Krist. Jantungnya kini berdetak kencang.Tok tok tok
"Masuk"terdengar sahutan dari dalam. Puim mempersilahkan Krist untuk masuk. Di depan pintu Krist menghela napas sangat dalam. Jantungnya berdetak kencang.
Singto menatap Krist sesaat dan kembali pada pekerjaannya.
"Silahkan duduk."dengan detak jantung yang tidak karuan, Krist kini duduk di depan Singto.
Setelah menyelesaikan yang baru saja dilihatnya Singto menghentikan kegiatannya dan menatap Krist.
Singto meminta Krist datang setelah melihat data yang diterimanya. Terlihat olehnya kata 'Panti Asuhan Harapan Bunda'. Membuat Singto lebih penasaran.
"Apakah Catty berada satu panti dengan Krist ini, sehingga Krist menjadi kekasihnya?"batin Singto dan yang ada dibenaknya kini.
"Gila kau Singto...lalu bagaimana kau akan bertanya soal Catherine!!!"batin Singto kesal.
Singto melihat Krist dengan seksama. Jantung Krist sedari tadi berdetak dengan kencang, keringat dingin sudah mengucur didahinya.
"Saudara Krist..."Krist menelan ludahnya.
"Haruskah ku berkata...Ahh...khun yang di Bar waktu itu..."batin Singto.
"Bodoh kau Sing!!!itu tidak relevan!!!"batin Singto merutuki dirinya.
"Khap.?"suara Krist menginterupsi perdebatan hati Singto.
Menunggu Singto yang belum memulai pembicaraannya. Sedangkan jantung Krist sadari tadi sudah berdetak tidak karuan. Singto mengambil napas dalam.
"Maaf Pak. Apakah ini mengenai kejadian di Mall waktu itu?Saya minta maaf soal itu."Krist berdiri langsung membungkuk meminta maaf.
"Ohh...anda mengingat saya...tidak apa-apa. Bukan soal itu. Kalau begitu...saya juga ingat anda waktu di Bar itu bersama kekasih anda Catherine."ucap Singto.
"Apa-apaan kau Sing!!!sangat tidak beralasan kau ini. Langsung menyebut nama Catherine"batin Singto.
"Ingat Krist...pria itu tidak mengenalmu. Hanya mengenal Catty."Krist teringat perkataan Gun.
"Anda mengenal Catherine?"tanya Krist balik. Singto jadi terkejut.
"ahhh...iya kami berteman."jawab Singto.
"Aku harus menjaga jarak dengan pria ini."batin Krist.
"Maaf...untuk apa anda memanggil saya Pak Singto?"tanya Krist.
"ahhh...saya nanti sore bermaksud untuk mengundang anda makan malam."jawab Singto mencoba terlihat santai.
"Gawat..."batin Krist.
"Baik. Pak."jawab Krist.
"Kita ke Bar waktu kita bertemu itu saja."ucap Singto memastikan.
"Baik Pak. Saya permisi dulu."Krist meninggalkan ruangan Singto, setelah mendapat anggukan dari Singto.
Singto merutuki kebodohannya. Baru kali ini Singto bersikap tidak masuk akal karena Catherine.
"Sing....apa yang kau lakukan barusan..."Singto mengacak-acak rambutnya sendiri.
........................................
Setelah Krist keluar dari ruangan atasannya, Krist merutuki dirinya sendiri...
"Bodohnya kau Kiiit...bagaimana kau bisa mengiyakan ajakan Phi Singto."gumam Krist.
"Bagaimana Aku dan Catty bersama karena ajakannya."gumam Krist.
"Gun....gun....bagaimana ini..."Krist langsung mengirim pesan pada Gun.
....................................
Sekembalinya Krist ke ruang kerjanya, Krist sudah disambut Earth, O-som dan Janhe. Tae hanya menggelengkan kepalanya melihat ulah ketiga cewek itu.
"Krist...apa yang terjadi?"tanya O-som yang paling antusias. Ketiganya mengikuti Krist duduk .
"Boss mengajakku makan malam."jawab Krist lesu.
"HAH??!"ketiga trio itu serempak tak percaya dengan yang di dengarnya.
"Kau mengenal Tuan Singto, Krist..."tanya O-som lagi kini rasa ingin tahunya melebihi jiwa gosipnya. Krist hanya mengangguk.
"HAH??!"lagi-lagi trio cewek itu tidak percaya dengan pendengarannya.
"Krist...aku ikut ya...."O-som yang memuja Singto menjadi berbinar-binar. Pak Sa keluar dari ruangannya. Sa menggelengkan kepalanya melihat karyawan yang sudah sangat dikenalnya itu mengerumun berdiri di depan Krist.
"Ehemt!!!kerja-kerja...bergosipnya nanti!!!"Kepala divisi itu keluar ruangan setelah mendengar sedikit kebisingan di ruangannya. Earth, O-som dan Janhe buru-buru kembali pada pekerjaan mereka.
........................................
Drrrt Drrrt Drrrt
Sending message from Gun
"Apa😨!!!"Gun.
"Takdir yang mengenaskan😰!!!" Gun.
"Gun...jangan menambah pusing kepalaku...sekarang pikirkan cara menolaknya😖."Krist.
"Sorry..Ok.ok.ok..."Gun.
"Bilang saja yang sebenarnya."Gun.
"Kau cari mati. Dia putra pemilik perusahaan tempatku bekerja, Guun...."Krist
"Pura-pura sakit."Gun.
"Dia ke rumah gimana. Lalu memaksaku ke rumah sakit."Krist.
"Mati kita."Gun.
"Ha!!!kau tahu itu Gun!!!"Krist.
"Pantas saja perasaanku dari pagi tidak enak!!!"Krist.
"Cepat, Gun...pikirkan caranya..."Krist
"Catherine atau kamu harus ke panti. Jadi dia hanya bisa bertemu dengan salah satu diantara kalian."Gun.
"Ok. Kita pake ide itu."Krist.
"Tunggu!!!tunggu!!!Sebaiknya Catty saja. Kan kau bersikap kasar atau apalah kau berbuat padanya agar dia tidak suka dengan sikap Catty."Gun
"Ok. Kau sahabat terbaik. I Love you....😘"Krist.
Pesan terakhir membuat Krist bisa tersenyum dan bernapas lega.
"Akan ku buat kau membenci Catty."Krist menyeringai.
.................................
Sepulang dari kerja Krist langsung bersiap-siap untuk bertemu dengan Singto.Kriiing Kriiing Kriiing
"Siapa?"Krist bertanya-tanya.
"Hallo."jawab Krist.
"Nak Krist. Suster kepala sakit. Baru saja pingsan. Bisa kau kesini sekarang."suster Ruth, suster yang juga sudah lama melayani di Panti Asuhan Harapan Bunda bersama Suster Kepala Maria, sewaktu Krist ditinggalkan di depan pintu Panti itu.
"Baik. Suster Ruth."Krist berlari mencari taxi dan menghubungi Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Identity [COMPLETED]
RomanceCast : Krist Perawat Catherine Singto Prachaya Gun Attaphan Lee Thanat Off Jumpol 2 IDentitas yang dijalani Krist Perawat. Sebagai Catherine dan Krist Perawat. Hingga Krist menemukan cintanya, begitu juga cinta pertamanya.