eps14

327 36 4
                                    

Deg Deg Deg
Krist terlihat gugup. Krist terus memegangi dadanya.
Namun hatinya merasa riang. Saat memasuki rumah sakit. Gun dengan waspada melihat sekitar. Gun merasa tenang tak terlihat Lee di sekitar mereka.
Krist langsung menuju kamar inap yang diberitahukan Suster Kepala pada Krist. Sebelum memasuki kamar, Krist mengambil napas panjang.
"Kau sudah siap?"tanya Gun.
"Aku siap."Krist mengangguk cepat, tersenyum manis, jantungnya berdetak kencang. Namun hatinya terasa bahagia.

Tok tok tok

Krist, Arthit, Gun dan Off terkejut. Mendapati Krist dan Arthit kembar indentik. Sama persis. Seolah tidak ada yang bisa membedakan keduanya.
Arthit langsung memeluk kembarannya.
"Adikku..."ucap Arthit langsung berurai air mata. Begitu juga Krist.
"Phi..."Krist langsung menangis, memeluk kakaknya erat. Seluruh tubuhnya merinding. Dadanya serasa sesak. Gun juga menangis memeluk Off, kekasihnya.
Menyembunyikan rasa terharu terhadap sahabatnya. Kali ini Off yang selalu cuek, terlihat menahan matanya yang mulai berkaca-kaca. Memeluk kekasihnya, dan mengusap-usap lembut kepala Gun.
"Arthit...Apa Kiit sudah datang?"terdengar suara parau wanita setengah baya yang terbaring di tempat tidur pasien dengan berurai airmata.
Sedari tadi di hati nya merasakan kehadiran putranya ini. Seluruh tubuhnya terasa bergetar. Melihat putranya begitu lama membuka pintu. Hatinya semakin bertanya-tanya.
Arthit melepaskan pelukannya. Menarik Krist untuk masuk ke dalam. Diikuti Gun dan Off yang juga masuk kedalam kamar.
Krist mematung berdiri menatap Ibu kandungnya dengan airmata yang tidak mampu lagi dibendungkan. Dengan gerakan yang lemah Ibu Krist Nantana mencoba melapangkan tangannya.
"Kiit...kemari nak...Mae merindukanmu..."terdengar suara parau dari wanita separuh baya itu. Krist hatinya bergetar dan merasa sesak.
Seolah semua yang diinginkannya. Semua yang dirindukannya meluap begitu saja. Krist berlari menghampiri Ibu kandungnya. Memeluk erat Nantana.
Melupakan apa yang ada disekitar, melupakan kakaknya yang menangis. Melupakan Gun yang ikut menangis tersedu-sedu dipelukan kekasihnya.
"Mae....Mae....Mae..."Krist tanpa henti menyebut nama Ibu kandungnya. Airmatanya terus mengalir tanpa henti. Krist meluapkan segala. Rasa rindu. Rasa kesepiannya. Rasa ingin didalam pelukan Ibu kandungnya.
Entah berapa lama keduanya berpelukan sambil menangis. Setelah menumpahkan segala perasaan semuanya. Krist memperkenalkan Gun dan Off adalah sahabat Krist selama ini. Kini Krist duduk di kursi terus  memegang tangan Nantana.
"Kau bawa baju ganti untuk esok bekerja?"tanya Gun. Gun sudah tahu Krist pasti ingin tinggal lebih lama.
"Aku bawa. Tapi tas kerja ku..."rengek Krist.
"Ya sudah. Besok aku bawakan. Aunti'e kita pulang dulu."Gun berpamitan.
"Maaf...Aunti tidak bisa menyapa kalian dengan baik. Dan terima kasih Gun sudah menjadi teman Kiit selama ini. Menjadi sahabat Kiit. Selalu bersama Kiit. Menemani Kiit sepanjang waktunya."Nantana memeluk Gun dengan lembut.
"Tidak apa-apa, Aunti'e...setelah aunti kembali ke rumah. Gun janji akan sering main ke rumah menemui Krist."Gun tersenyum manis pada Nantana.
"Dengan senang hati..."Nantana tersenyum ramah pada Gun.
"Kami pergi..."Gun dan Off pergi meninggalkan kamar Nantana.
"Kau sudah makan Kiit?"tanya Nantana khawatir. Krist menggelengkan kepalanya.
"Arthit...Mae minta tolong belikan makanan untuk adikmu na...."pinta Nantana.
"Kau ingin sesuatu Kiit?"tanya Arthit.
"Aku saja phi...?"ucap Krist tidak enak hati dengan kakaknya.
"Kau temani Mae saja. Mae baru bersamamu hari ini. Kamu temani Mae saja. Jagain Mae..."ucap Arthit yang dari suaranya terlihat lebih dominan seperti seorang kakak.
"Ya Phi...Krist makan apa saja asal jangan yang manis-manis."pinta Krist.
"ahhh...sama sepertiku."ucap Arthit terkejut.
"Tentu saja. Karena kalian kembar."jelas Nantana tersenyum manis.
.............................
Dari pagi hingga malam Singto mengirim pesan pada Catty. Namun tidak satupun pesan itu terbaca. Singto mencoba menghubungi Catty. Namun hanya terhubung lewat operator.
Singto merasa khawatir. Merasa cemas. Singto mencoba mencari Catty di Bar. Namun Bar itu tutup hari ini. Singto ke rumah Gun. Tidak ada sahutan dari rumah Gun.
Singto kembali ke rumah dengan segala rasa yang dirasakannya. Dengan pikiran yang dipenuhi oleh Catherine.
..................................
Gun melihat sekitar sepanjang perjalanannya di koridor Rumah Sakit.
"Alaiwa..."Off menggelengkan kepalanya.
"Lee..."ucap Gun lirih.
"Yang terlihat mencurigakan di mata orang lain itu adalah tingkah lakumu, Gun...."Off masih menggelengkan kepalanya. Gun baru tersadar dan bersikap normal kembali. Hanya tersenyum malu ke arah kekasihnya.
"Kalaupun kita bertemu dengan Lee, Bukankah kau selalu memiliki 1000 ide gila mu itu...hahaha..."sindir Off yang membuat Gun kesal mempoutkan bibir sexynya.
"Jangan kau perlihatkan bibir sexymu itu pada orang lain. Is mine."ucap Off tiba-tiba. Membuat Gun terkejut. Memalingkan wajah nakalnya ke arah Off.
"Ayo~ cepat kita pulang....~"Gun mengalungkan tangannya erat di lengan kanan Off. Dibalas dengan Off mengangkat berkali-kali alisnya tersenyum nakal ke arah Gun.
.....................................
Di kota besar ini, Lee setiap harinya selalu sibuk dengan situasi UGD. Bahkan hari ini. Hingga Lee tidak menyadari akan apa yang terjadi.
...................................
"Mae sakit apa phi?"tanya Krist pada Arthit.
"Mae hanya terlalu lelah. Ditambah pikirannya yang belum menemukanmu."ucap Arthit setengah bercanda.
"Arthit...."protes Nantana.
"Bercanda Mae..."Arthir tersenyum manis ke arah Nantana. Sembari mengacak-acak rambut Krist. Menghiraukan gerutuan Krist yang merasa kesal Arthit selalu mengacak-acak rambutnya.
"Phi...."Krist dengan kesal menjauh dari kakaknya, lalu merapikan kembali rambutnya.
"Lusa...Mae sudah bisa pulang ke rumah. Kiit....kau tinggalkan Apartmentmu dan tinggal bersama kami ya?Menemani Mae bila phi sibuk bekerja."tanya Arthit lembut. Krist agak terkejut. Di mata Arthit Krist sedikit ragu.
"Bila kau tidak bisa tidak apa-apa..."ucap Arthit lagi pada adiknya. Krist langsung mengangguk.
"Bisa phi...tapi Krist berpamitan dulu dengan Gun dan Off phi...dan juga memberitahukan kepada Suster Kepala..."jelas Krist pada Arthit.
"Untuk Suster Kepala. Kita bersama-sama mengunjungi Beliau...Kiit..."pinta Arthit. Kata yang dilontarkan kakak kembaranya Krist tentang 'bersama-sama' membuat hati Krist berbunga.
Kini Krist menyadari dirinya tidak sendiri lagi. Kini Krist menyadari Maenya orang yang lembut. Kini Krist menyadarinya Arthit memang pantas menjadi kakaknya.
Terlihat bagaimana Arthit begitu peduli pada Mae dan dirinya, adik kandungnya. Arthit yang terlihat lebih dewasa. Arthit yang terlihat mirip seorang Ayah sekaligus kakak bagi Krist.
"Ayah pasti seperti phi Arthit..."batin Krist berbunga-bunga.
"Krist...?"Arthit terlihat bingung Krist yang menatapnya terus menerus. Krist terkejut dengar panggilan kakaknya. Membuyarkan lamunannya.
"Khap, phi Arthit..."ucap Krist tersipu malu. Arthit mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau ini....aku gemas melihatmu...selalu bersikap manis dan imuut seperti adik perempuanku saja."goda Arthit tertawa lepas. Kembali mengacak-acak rambut Krist.
"Phi....aku tampan...dan juga jangan mengacak-acak rambutku...Mae..."rengek Krist langsung mempoutkan bibir manisnya karena kesal.

Hide Identity [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang