eps21

263 26 8
                                    

Krist terlambat kembali ke kantornya, ditambah lagi dengan muka lebam. Dan mata bengkak karena terlihat habis menangis.
Krist yang pergi atas perintah Atasan hanya membawa handphonenya mengikuti Singto, hingga terjadi pertengkaran itu. Singto yang meninggalkan Krist begitu saja.
Terpaksa Krist kembali ke kantor naik taksi,
"Pak...maaf Bapak bisa menunggu sebentar. Dompetku di dalam kantor. Aku ambil dulu ya pak?"tanya Krist sambil meminta maaf dan memohon pada sang supir.
"Apa?!bagaimana Anda ini Khun!!!Ya sudah!!!cepat sana!!!Merepotkan saja!!!"Krist langsung berlari masuk ke dalam kantornya.
Kepala divisi sudah menunggunya di ruang kerja. Suasana yang tegang berubah setelah melihat wajah Krist.
"Krist!!!Apa yang terjadi padamu?"pekik O-som, lalu menutup mulutnya setelah melihat Pak Sha masih berdiri menatap Krist.
Kini bukan amarah yang terlihat, tetapi rasa ingin tahu apa yang terjadi. Krist mendekat ke arah Kepala Divisinya, Pak Sha lalu memberi salam...
"Maaf Pak saya terlambat. Beri saya waktu 5menit untuk membayar taksi yang menunggu di luar."pinta Krist.
"Baik. Setelah itu langsung ke ruanganku."Sha mengangguk langsung masuk ke dalam ruangannya. Krist langsung menyambar dompetnya, lalu keluar menuju luar gedung.
"Ini Pak. Kembaliannya bapak ambil saja. Terima kasih Pak atas pengertiannya."ucap Krist memberi salam pada sang supir.
"Ya. Aku minta maaf sikap kasarku tadi. Kau lebih banyak berhati-hati pada orang lain. Lebih baik kau laporkan pada polisi. Lebih berhati-hati lain kali Khun..."sang supir merasa kasihan terhadap Krist yang mengira Krist habis dirampok atau dihajar preman. Krist hanya tersenyum dan berlari memasuki gedung tempat kerjanya.
Langsung menuju ruangan Atasannya. O-som yang ingin bertanya, ditahan oleh Earth dengan menarik tangan O-som.

Tok tok tok

"Masuk."jawab Sha menghentikan pekerjaaannya, mempersilahkan Krist untuk duduk.
"Maaf Pak. Saya terlambat karena tidak membawa dompet tadi."ucap Krist.
"Kau tadi di panggil ke ruangan Pak. Singto dan...Aku sebagai Atasanmu...setidaknya bisa mencarikan solusi untukmu. Aku tahu Kau Krist. Kau pria yang baik. Tidak akan mungkin untukmu membuat masalah terlebih dahulu."Sha kini lebih terlihat khawatir karena yang ada di pikiran Sha bawahannya Krist ini bertengkar dengan Atasannya sekaligus Pemilik dari Gedung mereka berdua bekerja.
"Tidak ada apa-apa Pak Sha...ini murni kesalahan saya karena tidak hati-hati tadi."jawab Krist masih mencoba menutupi. Sha hanya mengangguk.
"Baiklah kalau itu maumu. Kini kembalilah bekerja. Aku harap tidak ada kelanjutan dari kejadian hari ini. Kau mengertikan Krist?!"Sha masih terlihat khawatir dan merasa kasihan pada Krist. Dalam pemikiran Sha kelanjutan dari semua ini adalah pemecatan Krist secara sepihak dari sang Atasan.
"Ya. Pak Sha. Saya sangat paham. Saya sudah siap dengan segala tanggung jawab atas kejadian hari ini."jawab Krist dengan penuh keyakinan.
"Baiklah. Kita masih berharap saja. Hal itu tidak akan pernah terjadi."ucap Sha tersenyum ke arah Krist.
"Pak Sha...saya sangat berterima kasih sampai 3tahun ini...saya merasa sangat bersyukur memiliki Atasan seperti Anda, begitu juga dengan teman-teman yang ada di sini. Kalau begitu saya kembali bekerja Pak."ucap Krist menahan air matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Ya. Krist. Silahkan."Krist keluar dengan teman-teman yang sudah menunggu di luar.
"Bergosipnya nanti!!!"Pak Sha kembali keluar hanya berdiri di depan pintu ruangannya, memperingatkan karyawan yang lain bahwa saat ini masih dalam jam kerja. Lalu kembali menutup pintu ruangan itu.
"Ppstt...pssst...Krist...bukankah tadi kau di panggil Pak Singto?!Kau berkelahi dengan Pewaris Perusahaan ini, debaak...apa yang terjadi?!"O-som masih dalam rasa penasarannya.
"Ooooo....kau tidak dengar tadi Pak Sha bilang apa?!Bergosipnya nanti...jadi setelah kita pulang nanti kita kumpul aja di Bar...bagaimana?!"tanya Tae yang duduk di samping meja kerja Krist.
"Setuju..."jawab O-som, Earth dan Janhe serempak.
"Hey....aku hari ini akan pulang ke rumah Mae..."Krist menolak ajakan teman-temannya.
"Ok. Kita ke rumah Krist. Aku ingin tahu Mae, dan calon suamiku yang tampan itu, phi Arthit...~kalian juga setuju kan?!~"pinta O-som dengan nada sedikit memaksa.
"Setuju...."Tae, O-som, Earth dan Janhe serempak menyetujui.
"Ssssst....nanti kita dimarahi Pak Sha...kalian ini...main setuju saja. Aku saja belum izin phi...itu rumah phi...bukan rumahku."Krist mencoba membuat alasan.
"Phi Arthit mana mungkin mengusir teman-teman adiknya, ya kan..."timpal O-som mengejek Krist. Kini Krist hanya diam tak berkutik.
"Krist...makanya...bilang dari sekarang sama phi Arthit...kalau kita mau mampir...atau sini...aku minta no phi Arthit..."ucap O-som dengan modusnya agar mendapatkan no Arthit.
"Kau pikir aku tidak tahu, kau meminta no handphone kakakku lalu menghantuinya tiap malam...gak!!!titik!!"ucap Krist mengejek O-som yang memanyunkan bibirnya, yang lain tertawa terbahak-bahak.
"Dasar Pelit!!!!"O-som merasa kesal karena rencananya mendapatkan no handphone Arthit gagal.
Krist yang mencari handphonenya, kini terkejut.
"Ada apa, Krist?"tanya Tae yang duduk di samping Krist.
"Handphoneku...apa terjatuh di tempat itu ya?atau di dalam taksi?"gumam Krist.
"Handphonemu hilang juga Krist..."Janhe bertanya merasa kasihan pada temannya ini.
"U'um...aku tidak yakin tertinggal di tempat itu atau terjatuh di taksi."ucap Krist terlihat ragu.
"Kalau sudah begitu, kamu check dulu ke tempat itu, dan bila tidak ada, lebih baik relakan saja. Sudah pasti hilang..."Krist mengangguk.
................................
Singto kembali dengan rasa panas dihatinya. Dengan segala umpatannya. Singto ucapkan kekesalannya di kantor.
"Brengsek itu cowok!!!Aku ingin menghajar mulutnya itu sampai hancur!!!"umpat Singto, berhenti setelah mendengar ketukan dari luar.
"Masuk!!!"teriak Singto. Puim yang tahu Atasannya ini kembali penuh dengan emosi, masuk membawakan air dingin dan memberikan pada Singto.
"Terima kasih...Puim!!!"Puim langsung meninggalkan Singto sendiri.
Singto mengeluarkan handphone nya...

Kriiing Kriiing Kriiing

"Hallo bro...."terdengar suara di seberang.
"Aku butuh bantuanmu. Kau kesini sekarang."Singto menatap menerawang.
"Ok."Chimonac langsung berdiri, menyambar tasnya dan mematikan game yang sedang dimainkannya.
................................
Sesampainya Chimonac di ruangan Singto.
"Hi~ bro....New tidak disini...?!kupikir kita akan berkumpul...apa yang membuatmu  gusar..."Chimonac langsung duduk di sofa.
"Aku sudah kirim photonya ke handphone mu. Aku ingin kau cari tahu orang itu sampai dapat."Singto duduk di meja kerjanya menghadap Chimonac, terlihat tampan dengan lipatan kemejanya sampai siku dan melipatkan tangannya di dada.
"Wow...cantik sekali broo..."Chimonac bersiul.
"Oho...dia yang membuatmu jatuh hati...pilihan Singto Prachaya memang luar biasa."Chimonac menggelengkan kepalanya.
Kini Singto menceritakan apa saja yang terjadi. Membuat Chimonac juga kesal.
"Sial cowok itu...merasa kecakepan dia..."Singto melemparkan data karyawan bernama Krist ke meja depan Chimonac duduk.
Chimonac membaca data Krist dengan seksama. Mendapati semua data Krist di otaknya dengan seksama.
"Dia lebih manis dibandingkan denganmu. Karena itu....Catherine?"Chimonac menatap Singto yang memicing ke arahnya.
"Sial...Lebih tampan aku!!!Kalau dia Pria manis memang ku akui..."ucap Singto, untuk kata yang terakhir terucap lirih.
"Hahahahaha....tetap saja Catherine memilihnya..."Chimonac tertawa terbahak-bahak menggoda sahabatnya ini.
"Sial...."Singto mengumpat kesal.
"Kalau bukan karena Mae...aku yakin dia memilihku!!!aku bisa melihat dari matanya...yang indah itu.."sanggah Singto.
"Oho!!!percaya diri sekali kau Sing...kau yakin?!"goda Chimonac.
"100%!!!"ucap Singto mengangkat dagunya.
"Ook!!!dengan begini aku bersemangat mencarinya!!!aku ingin melihat dia memilihmu atau menolakmu lagi!!!hahaha"Chimonac tertawa terbahak-bahak menggoda sahabatnya lagi.
"Shia...."Singto melempar penanya. Chimonac menangkap pena itu tepat ditangannya.
Lalu membuat catatan di note kecil yang selalu dibawanya.
"Kau ingin berkumpul, bukan?!Baiklah...akan ku bawa kau ke tempat dimana aku mulai jatuh hati pada Catty."Singto menyeringai. Chimonac merasa bergidik bila sahabatnya sudah mode 'on' seperti ini.

Hide Identity [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang